Browsing by Author "Budiharti, Uning"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian Status Mekanisasi Pertanian Mendukung Program Swasembada Padi Di Provinsi Papua(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nurhasanah, Ana; Budiharti, Uning; Nursani, Daragantina; Wulandari, Septi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Konsekuensi dari negara dengan jumlah penduduk yang besar berdampak pada tingginya pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan pokok. Salah satu permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian swasembada pangan adalah semakin berkurangnya jumlah dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta kurangnya mekanisasi pertanian (alat dan mesin pertanian). Dengan penerapan alsintan dalam kegiatan usaha tani dapat memberikan mutu hasil yang lebih baik dan lebih efisien serta efektif. Selain itu melalui pemanfaatan alsintan, dapat mendukung upaya pemecahan masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status mekanisasi pertanian (alsin produksi padi) di Provinsi Papua untuk mendukung swasembada pangan nasional. Survey data alsin produksi padi ini dilakukan dalam rangka kegiatan identifkasi status mekanisasi serta pemetaan mekanisasi berbasis GIS dalam upaya peningktan produksi padi tahun 2016. Responden dipilih secara purposive sampling. Survey dilakukan di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Merauke, Keerom dan Nabire. Dari hasil survey dapat diketahui bahwa penggunaan alsin produksi padi yang sudah banyak digunakan adalah traktor roda dua, RMU, thresher serta combine harvester, sedangkan alsin traktor roda 4 dan dryer sangat terbatas dan hanya ada di kabupaten Merauke. Traktor roda 2 yang umum digunakan adalah yang bertenaga diesel 8,5 HP, sedangkan thresher bertenaga 6,5 HP. Hasil analisa menunjukkan bahwa tingkat kecukupan alsintan di Provinsi Papua baik tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan pada tahun 2015 rata-rata jenuh. Walaupun demikian alsintan akan sangat banyak diperlukan terkait target pembukaan lahan sawah 9 juta hektar hingga tahun 2025. Untuk mempermudah penyebaran informasi, status mekanisasi pertanian ini dapat secara langsung diakses di katam.info.
- ItemOptimalisasi Pemanfaatan Alsintan Di Provinsi Bengkulu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Budiharti, Uning; Y. Gultom, Reni; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Dukungan alsitan memberi peran signifikan pada peningkatkan produksi padi di propinsi Bengkulu. Produksi padi selama 2016 mencapai 658.589 ton atau meningkat 106.939 ton dibanding 2015. “Peningkatan tersebut terjadi dengan bertambahnya luas panen dan indeks tanam padi pada 2016, di sembilan wilayah kabupaten dengan optimalisasi program Upsus termasuk alsintan. Anonim, 2016. Ketersediaan alsin mendukung produksi diprovinsi Bengkulu didominasi alsin traktor roda dua dengan status ketersediaan jenuh sebesar 110,93%, traktor roda 4 dan thresher sangat kurang 12,4% dan 4,64%, dan dryer status kurang dengan ketersediaan 44,074%. Indek penggunaan alsin dipropinsi Bengkulu untuk traktor roda dua mencapai 100 persen, traktor roda 4 sekitar 10 – 45 persen, Thresher sekitar 98 %, transplanter dan combine harvester sekitar 10-40% Optimalisasi pemanfaatan alsin dapat dilakukan dengan cara memobilisasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya selain dapat saling memenuhi kekurangan alsin dalam lingkup suatu kabupaten, juga dapat meningkatkan kapasitas kerja alsin tersebut. Radius mobilisasi alsin di provinsi Bengkulu untuk traktor roda dua : 30 km, traktor roda 4 sekitar 10 km dan mesin panen dapat lebih dari 50 km. Namun saat ini kondisi umum, pengelolaan alsintan di tingkat kelompok masih berorientasi pada kepentingan kelompok saja. Penentuan sewa alsin variatif dengan kisaran hari kerja traktor roda dua sekitar 30- 85 hari/musim. Dengan biaya sewa traktor roda dua Rp. 1.400.000 – 1.800.000/ha maka, coverage area minimum untuk mencapai BEP per tahun adalah sekitar 18 ha/thn. Sedangkan untuk thresher hari kerja sekitar 30-70 hari/tahun dengan custom rate berkisar Rp. 864.000 – Rp. 3.500.000 dan coverage area minimum adalah 2-6 ha. Makin rendah biaya sewa alsin maka coverage area minimum untuk mencapai BEP makin besar dan demikian sebaliknya. Terdapat potensi peningkatan kapasitas kerja alsintan sebesar lebih dari 12% melalui optimalisasi pemanfaatan alsintan.
- ItemPemetaan Alsintan Provinsi Kalimantan Timur Dan Kalimantan Utara(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Budiharti, Uning; Mulyani; Nursani, Daragantina; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Alat dan mesin pertanian (alsintan) memiliki peran penting dan strategis dalam sistem pertanian industrial terkait dengan peningkatan produksi, efisiensi dan nilai tambah komoditas pertanian. Pemerintah telah mendorong penerapan alsintan dalam produksi tanaman pangan melalui berbagai skim bantuan alsintan dan pengembangan kelembagaannya, namum masih banyak yang kurang tepat sasaran. Database Alsintan di Indonesia hingga saat ini belum tersusun secara sistematik dan belum memberikan gambaran yang jelas akan status dan kondisi serta pemanfaatan alsin. Pengembangan Basis Data yang mencakup jenis, jumlah, spesifikasi teknis kondisi dan status pemanfaatan alsintan di setiap daerah perlu dilakukan secepatnya sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam rencana pengembangan pertanian di setiap daerah. Permasalahan dan tantangan untuk produksi pangan di provinsi Kalimantan Timur dan Utara adalah alih fungsi lahan pertanian ke perkebunan, terbatasnya tenaga kerja baik jumlah maupun ketrampilan, lokasi lahan pertanian antar hamparan terpisah jarak yang jauh dibatasi dengan sungai sehingga menyulitkan mobilisasi alsintan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan status kecukupan alsintan di provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dan optimalisasinya berbasis internet. Metode penelitian ini meliputi survey lapang dalam rangka pengumpulan data berupa: luas lahan sawah, indeks pertanaman, jumlah tenaga kerja, pertanian, dan kalender tanam, serta data ketersediaan alsin berupa traktor roda 2, traktor roda 4, pompa irigasi, transplanter, power thresher, pedal thresher, combine harvester, dan mesin pengering; analisa data berupa perhitungan kecukupan alsintan dan mobilisasi alsintan; serta pemetaan status kecukupan alsintan. Status kecukupan alsintan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan utara cukup bervariasi, untuk traktor roda dua dibeberapa wilayah sudah jenuh, namun untuk alsin lainnya didominasi berstatus sedang sampai sangat kurang. Mobilisasi alsintan di provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara sulit dilakukan karena selain waktu tanam yang sama, jarak antar kecamatan yang jauh (lebih dari 20 km) dan sarana transportasi pengangkutan alsintan tidak mamadai.
- ItemPendekatan Sistem Dinamik untuk Mempelajari Model Mekanisasi Penggilingan Padi untuk Memperkirakan Produksi Beras(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2007-04) Budiharti, Uning; Tjahjohutomo, Rudy; Harsono, Harsono; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianBeras merupakan komoditas yang penting dan strategis bagi bangsa Indonesia, karena merupakan makanan pokok bagi masyarakatnya, sehingga ketersediaan dan harga beras sangat berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Penggilingan padi sebagai muara dari kegiatan pengolahan padi menjadi beras merupakan komponen penting dalam mata rantai produksi beras. Lebih dari 60 % unit pengolahan padi terdiri dari penggilingan padi kecil (PPK) dengan ciri teknologi yang digunakan sederhana, dimana susunan konfigurasi mesin terdiri dari husker-polisher saja. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pengaruh input teknologi pasca panen yang berpengaruh dalam peningkatan produksi beras. Hasil dari simulasi model mekanisasi penggilingan padi menunjukan kemungkinan penambahan beras sebesar 300,000-400,000 ton jika dilakukan perbaikan konfigurasi mesin pada PPK. Hasil simulasi sistem dinamik menghasilkan prediksi defisit beras yang cukup tinggi yaitu berkisar 500,000-600,000 ton. Defisit tersebut dapat dikurangi, salah satunya dengan melakukan perbaikan (renovasi) PPK dan penanganan pasca panen yang dapat menurunkan susut. Dari analisis simulasi, renovasi penggilingan padi dapat menurunkan defisit dan jika dibarengi dengan upaya penurunan susut kemungkinan dapat mencapai surplus pada tahun 2010. Rendemen giling nasional dari rata – rata 62,78 % akan meningkat menjadi 63,48 %.
- ItemPengembangan Teknologi Pengolahan Tempe Higienis(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Budiharti, Uning; Sulistyosari, Novi; Sirait, Parlahutan; Samudiantono, Arif; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianIndustri tempe di Indonesia saat ini mencapai 32.171 unit dengan 83.352 orang tenaga kerja. Nilai bahan baku dan bahan pembantu industri ini saja mencapai Rp 54,9 triliun. Sedangkan nilai produksinya sebesar Rp 92,3 triliun dengan nilai tambah mencapai Rp 37,3 triliun. Industri tempe di Indonesia merupakan industri yang dirajai oleh produsen kecil dan menengah yang jumlahnya sangat besar. Namun sebagian besar kondisi industri tempe selama ini masih kurang higienis. Pengolahan dilakukan menggunakan peralatan sederhana, dimana material yang digunakan tidak memenuhi standar food grade. Sementara itu seiring dengan kemajuan teknologi dan ekonomi, maka tuntutan konsumen terhadap produk yang higienis semakin tinggi. Untuk menjaga kehigienisan produk, maka alat mesin yang digunakan pada setiap tahapan metode harus terbuat dari material yang memenuhi standar food grade. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu untuk menjaga lingkungan atau tempat pengolahan tetap dalam keadaan higienis. Model pengembangan yang diterapkan, ditargetkan melalui perbaikan sistem manajemen dan sistem kelembagaan yang melibatkan instansi terkait dengan fungsi masing-masing, yaitu terbentuknya kelompok/lembaga yang dapat membantu dalam menerapkan teknologi pengolahan tempe yang higienis secara berkelanjutan. Koordinasi dilakukan dengan beberapa lembaga daerah terkait diantaranya BPTP memiliki fungsi sebagai pengawal inovasi teknologi, BAPPEDA, Dinas Perindustrian Perdagangan dan koperasi, serta aparat desa (Camat dan Kades) yang berfungsi sebagai Pembina dan Pendamping. Mesin yang diterapkan adalah mesin pengupas kulit ari kedelai, serta alat pendukung lainnya yaitu pemisah kulit ari, rak fermentasi, perata tempe lembaran bahan kripik tempe. Kelebihan mesin pengupas yang diterapkan jika dibandingkan dengan mesin yang ada adalah materialnya terbuat dari material yang food grade yaitu stainless steel dan dalam pengoperasiannya tidak diperlukan penambahan air lagi. Kapasitas kerja mesin ini adalah. Kapasitas pengupasan rata-rata (berdasar input): 374 kg/jam dan (berdasar output): 342 kg/jam dengan persentase kedelai terkupas 98 %.
- ItemPengujian Unit Pengering ERK-Hybrid Untuk Padi Kapasitas 5 Ton(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2011-10) Harsono, Harsono; Widodo, Puji; Budiharti, Uning; Mulyantara, Lilik Tri; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianMasalah krusial pada proses pasca panen padi adalah proses pengeringan padi terutama pada saat panen bertepatan musim hujan, sehingga penjemuran padi tidak dapat berlangsung secara sempurna. Penggunaan pengering mekanis dengan bahan bakar terkendala pada pengunaan bahan bakar minyak tanah karena harganya mahal, sementara energi surya dan biomass masih merimpah. Oleh karena itu, penggunaan pengering hybrid diharapkan dapat meningkatkan produksi padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan unit pengering hybrid kapasitas 5 ton dengan bahan bakar biomass untuk meningkatkan produktivitas padi. Metode penelitian ini menggunakan metode perekayasaan yang meliputi: desain dan fabrikasi prototype, uji fungsional, dan uji kinerja unit pengering hybrid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit pengering hybrid telah mampu mengeringkan padi sebanyak 3 ton selama 10 jam, konsumsi energi spesifik penguapan gabah 9,146 MJ/kg, energi biomass 2.153,25 MJ berasal dari batok kelapa 22,5 kg dan tongkol jagung 120 kg, dan energi matahari 280,14 MJ dalam kondisi cuaca mendung clan hujan, penurunan kadar air rata-rata 0,9%/jam, kadar air gabah 12% dan efisien panas ze-aeringan sebesar 31,74%.
- ItemPeningkatan Kinerja Penggilingan padi Kecil Melalui Perbaikan Konfigurasi Penggilingan padi untuk mendukung Program P2BN(BPTP Jambi, 2008) Budiharti, Uning; Harsono; Juliana, Reni; Suheiti, Kiki; BPTP JambiDalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) untuk mencapai target peningkatan produksi beras tahun 2007 sebanyak 2 juta ton dan kemudian peningkatan produksi sebesar 5% setiap tahun. Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dalam proses produksi beras, perlu dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Kinerja penggilingan padi kecil (PPK) yang merupakan mayoritas dapat ditingkatkan kinerjanya melalui perbaikan konfigurasi mesinnya. Dengan penambahan separator pada konfigurasi Husker-Polisher terdapat peningkatan rendemen sebesar 0,9% dan penambahan alsin pembersih gabah (paddy cleaner) dan separator pada konfigurasi Husker-Polisher terdapat peningkatan rendemen sebesar 1,9%. Hasil simulasi sistem dinamik dihasilkan prediksi untuk tahun 2007- 2010, bahwa tanpa perbaikan teknologi terdapat defisit beras yang cukup tinggi yaitu berkisar 500.000-600.000 ton beras.
- ItemRevolusi Mekanisasi Pertanian(IAARD Press, 2018-12-30) Sulaiman, Andi Amran; Herodian, Sam; Hendriadi, Agung; Jamal, Erizal; Prabowo, Abi; Prabowo, Agung; Mulyantara, Lilik Tri; Budiharti, Uning; Syahyuti, Syahyuti; Hoerodian, Hoerodian; Sekretariat Badan Litbang PertanianMekanisasi Pertanian merupakan salah satu komponen penting dalam modernisasi pertanian yang memanfaatkan alat dan mesin pertanian sebagai instrumen untuk meningkatkan efisiensi usaha tani dan daya saing produk pangan dan pertanian di Indonesia. Ubtuk percepatan peningkatan efisiensi dan daya saing melalui modernissi pertanian perlu upaya massif gerakan peningkatan pemanfaatan alsintan dalam negeri menjadi sangat penting dan strategis. Selama 3 tahun pembangunan pertanbian (2015-2017) kebijakan dan program penerapan mekanisasi pertanian dalam rangka modernisasi pertanian telah banyak perubahan yang meliputi peningkatan jumlah dan tagam bantuan alsintan kepada masyarakat petani. Buku ini menguraikan beberapa hal berkaitan mekanisasi pertanian, diantaranya adalah kebijakan mekanisasi pertanian Kabinet Jokowi-JK, revolusi teknologi dan mekanisasi mendukung kegiatan pratanam, teknologi panen dan pascapanen padi di Indonesia, pemanfaatan hasil samping penggilingan padi, erta dukungan kelembagaan dan dampak kebijakan pengembangan mekanisasi di Indonesia. Buku ini juga mengulas sejarah mekanissi pertanian di Indonesia. Diharapkan buku ini menjadi salah satu reherensi ang memberikan pandangan secara utuh tentang kemajuan mekanisasi di Indonesia.