Browsing by Author "Balittas"
Now showing 1 - 20 of 38
Results Per Page
Sort Options
- ItemAlat dan Mesin Perajang Daun Tembakau(Balittas, 2016) Fatah, Gatot S.A.; BalittasPetani tembakau menggunakan alat dan mesin ini untuk merajang daun tembakau yang telah dipanennya. Alat perajang daun tembakau berupa bangku kayu yang dilengkapi dengan kotak penjepit gulungan dan sebuah pisau potong yang sering diasah agar tetap tajam. Sedangkan mesin perajang daun tembakau dilengkapi dengan motor bensin atau motor listrik, sehingga mudah dioperasikan serta dibawa ke lahan penjemuran hasil rajangan tembakau maupun di tempat yang tersedia aliran listrik. Mesin dapat menghasilkan rajangan tembakau yang seragam. Pisau perajang berbahan baja sehingga tajam dan awet. Untuk mengasah pisau perajang, tinggal melepas baut pisau dan diasah seperti mengasah pisau atau sabit.
- ItemBiologi dan Morfologi Tembakau Madura(Balittas, 1999) BASUKI, Sesanti; Anik Herwati; Sri Yulaikah; Balittas
- ItemBiologi Tembakau Temanggung(Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, 2000-10) Sesanti Basuki, Fathkur Rochman; BalittasTembakau rajangan temanggung merupakan komponen utama baban baku rokok keretek de- ngan komposisi mencapai 14-26% (Isdijoso et al., 1995). Dacrab penanamannya sampai saat ini masib terpusat di lereng G. Sumbing dan G. Sindoro, Kabupaten Temanggung. Hasil survai Balittas melaporkan babwa penyebaran tembakau temanggung meluas sampai ke Kabupaten Wonosobo, Magelang, dan Kendal, yang dikenal dengan sebutan tembakau temanggungan (Anonim, 1989).
- ItemBronesia : Kapas berserat cokelat(Balittas, 2019-08-13) Balittas; ; ; ; BalittasBalai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) telah melepas tiga varietas kapas berserat cokelat pada tahun 2018 yaitu Bronesia 1, Bronesia 2, dan Bronesia 3. Ketiga varietas memiliki tiga gradasi warna yaitu cokelat muda, cokelat muda terang, dan cokelat tua. Permintaan kapas serat warna dapat juga berasosiasi dengan pengembangan serat kapas organik untuk menekan pencemaran bahan kimia terutama pestisida dan dampak pengguaan pestisida terhadap kesehatan mulai alergi, asma, hingga penyakit kanker.
- ItemBunga Rampai Peningkatan Produktivitas Tebu Untuk Mempercepat Swasembada Gula(IAARD Press, 2016) Penyunting: Subiyakto; Emy Sulistyowati; Bambang Heliyanto; Rully Dyah Purwati; Titiek Yulianti; Djumali; Gatot Suharto Abdul Fatah; BalittasSetelah mengalami dua kali target swasembada gula tidak tercapai tahun 2009 dan 2014, maka pada akhir tahun 2016 Pemerintah kembali menetapkan beberapa target swasembada gula yang dituangkan dalam Peta Jalan Menuju Swasembada Gula. Pemerintah mencanangkan bahwa swasembada gula untuk konsumsi langsung rumah tangga dapat tercapai pada tahun 2019, dengan produksi gula dalam negeri sekitar 3,26 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi langsung rumah tangga diperkirakan 3,12 juta ton. Untuk swasembada gula total (kebutuhan 80%) baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun konsumsi industri makanan dan minuman dapat tercapai pada tahun 2025 dengan target produksi gula dalam negeri sekitar 6,19 juta ton dengan kebutuhan dalam negeri 6,34 juta ton. Berbagai asumsi yang digunakan oleh Pemerintah dalam pencapaian swasembada gula antara lain deregulasi kebijakan yaitu merevisi beberapa Peraturan Pemerintah, penambahan lahan sekitar 705 ribu ha, intensifikasi areal existing, revitalisasi, dan amalgamasi PG, kebijakan industri gula satu pintu dan terintegrasi, stabilisasi harga, pengembangan infrastruktur, pengembangan riset dan teknologi serta optimalisasi kelembagaan petani. Dalam mengeksekusi asumsi tersebut diperlukan kerjasama berbagai pihak antara lain Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tantangan Kementerian Pertanian dalam target swasembada gula adalah dalam bidang on farm yaitu dukungan teknologi untuk mempercepat pencapaian swasembada gula. Dukungan teknologi tersebut telah berhasil disusun dan disajikan dalam buku Bunga Rampai. Buku ini terdiri atas 15 bab yang didahului dengan Pendahuluan, Isi berupa dukungan teknologi (Pemuliaan Tanaman Tebu sampai Pengelolaan Tebang Muat Angkut, dan Diversifikasi Produk) serta Penutup. Terimakasih kepada para penyusun, penyunting, redaksi pelaksana dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian Bunga Rampai ini. Semoga sumbang pemikiran ini bermanfaat dalam upaya mempercepat pencapaian swasembada gula untuk menuju kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
- ItemKANESIA 8 DAN KANESIA 9: VARIETAS UNGGUL BARU MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS NASIONAL(Balittas, 2006) Sulistyowati, Emy; Siwi Sumartini; Hasnam; Hadi Sudarmo; BalittasProgram perbaikan varietas kapas telah menghasilkan dua varietas unggul baru, yaitu Kanesia 8 dan Kanesia 9 yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 2003. Kanesia 8 merupakan hasil persilangan Deltapine Acala 90 x LRA 5166 memiliki keunggulan produktivitas 1,85—2,73 ton kapas berbiji/ha dan persen serat 33,3–38,7% (rata-rata 35,3%). Mutu serat Kanesia 8 cukup tinggi dan disukai oleh industri tekstil, yaitu panjang serat 30,3 mm, kekuatan serat 24,7 g/tex, kehalusan serat 3,9 mikroner dengan kerataan serat 84%. Sedangkan Kanesia 9 merupakan hasil persilangan dari DPL Acala 90 x SRT 1 memiliki tingkat produktivitas 1,91—2,73 ton kapas berbiji/ha dengan persen serat 32,5–39,5% (rata-rata 35,2%). Mutu serat Kanesia 9 adalah panjang serat 29,2 mm, kekuatan serat 22,6 g/tex, kehalusan serat 4,7 mikroner dengan kerataan serat 83%
- ItemKEBUTUHAN AIR TANAMAN TEBU(Balittas, 2015) Prima Diarini, Riajaya; BalittasTanaman tebu dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan masalah utama ketersediaan air baik kekurangan (kekeringan) maupun kelebihan (drainase buruk). Curah hujan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produktivitas tebu sangat tinggi. Lahan berdrainase lancar dengan suplai air cukup sangat sesuai untuk tebu untuk menghindari terjadinya genangan terutama pada fase kemasakan. Produktivitas tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, lahan, dan pengelolaan tanaman. Di lahan kering rata-rata produktivitas tebu lebih rendah dibanding lahan beririgasi. Untuk memperoleh produktivitas tebu yang tinggi diusahakan agar tanaman mendapat air menurut kebutuhan pada setiap fase pertumbuhan. Namun, kenyataan di lapang sulit untuk mendapatkan kondisi optimum pada setiap fase pertumbuhan.
- ItemKemungkinan Pengembangan Tebu di Kawasan Selatan Pulau Jawa dan Pulau Madura(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012-01) Basuki, Teger; BalittasKawasan Selatan Pulau Jawa maupun Madura didominasi lahan kering tadah hujan dan dibandingkan dengan kawasan tengah maupun kawasan Utara Pulau Jawa tanaman semusim yang diusahakan relatif kurang beragam, sehingga ada kemungkinan pengembangan tebu akan lebih cepat di kawasan ini. Apalagi bila ditunjang dengan paket kredit sarana produksi berupa pupuk, biaya hidup dan sebagainya.
- ItemKompatibilitas Palawija Dengan Kapas Di Lahan Sawah Tadah Hujan(Balittas, 2006) Kadarwati, Rahmianna, Agustina Asri Fitriningdyah Tri; BalittasTanaman kapas pada mulanya ditanam pada lahan kering dengan pola monokultur. Namun da-lam perkembangannya, pertanaman kapas diarah-kan juga ke lahan sawah dengan sistem tumpang sari dengan palawija. Hal itu dilakukan berdasar-kan hasil penelitian bahwa usaha tani kapas dan palawija dapat mengurangi risiko kegagalan dan meningkatkan pendapatan petani. Pengembangan kapas dengan sistem tumpang sari diawali pada ta-hun 1988 dengan diperkenalkannya sistem tum-pang sari kapas dan kacang hijau atau kapas dan jagung di lahan kering serta sistem tumpang sari kapas dan kedelai di lahan sawah, juga sistem ta-nam berjalur (strip cropping) kapas dengan jagung untuk menghindari penundaan waktu tanam (Hasnam et al., 1989).
- ItemKonservasi Lahan Tembakau Temanggung(Balittas, 2017) Hidayati, Sulis Nur,; Roni, Syaputra; Balittasembakau rajangan temanggung merupakan komponen utama bahan baku rokok keretek dengan komposisi mencapai 14–26% dalam blending rokok.Tembakau temanggung mempunyai karakter yang aromatis dengan kadar nikotin 3–8% sehingga dalam rokok keretek berfungsi sebagai pemberi rasa. Tembakau temanggung sesuai ditanam di dataran tinggi, dengan ketinggian 700–1.500 m dpl. Daerah penanaman meliputi 108 desa dari 12 kecamatan, dengan luas rata-rata selama lima tahun terakhir antara 9.326–19.313 ha. Curah hujan pada daerah- daerah penanaman tersebut berkisar antara 2.200–3.100 mm/tahun dengan 8–9 bulan basah dan 3–4 bulan kering. Lahan-lahan tersebut terhampar di lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau, dengan kemiringan lahan datar sampai terjal
- ItemPemuliaan Tembakau Madura(Balittas, 1999) SUWARSO; Anik Herwati; Abdul Rachman, SK; Slamet; Balittas
- ItemPENATAAN VARIETAS TEBU(Balittas, 2015) Fitriningdyah Tri, Kadarwati; BalittasPenataan varietas tebu adalah penyusunan komposisi varietas berdasarkan kesesuaian tipologi lahan, serta keseimbangan kategori kemasakan yang sesuai untuk masa tanam dan masa tebang di suatu wilayah pengembangan tebu.
- ItemPENGENDALIAN SERANGGA HAMA PADA TANAMAN TEBU(Balittas, 2018) Subiyakto; BalittasAda 43 jenis hama (serangga dan bukan serangga) yang menyerang tanaman tebu. Namun hama yang sering dijumpai pada pertanaman tebu di Indonesia adalah penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, dan uret.
- ItemPENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS KAPAS DENGAN PHT DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN(Balittas, 2006) Nurindah; Mukani; Balittas
- ItemPeningkatan Produksi dan Mutu Tembakau Madura Melalui Inovasi Teknologi dan Dukungan Kebijakan(IAARD Press, 2018-10) Balittas; BalittasTembakau (Nicotiana tabacum Linn.) adalah tanaman asli benua Amerika dan masuk ke Indonesia sekitar 400 tahun lalu, sehingga sudah lama beradaptasi dengan lingkungan tumbuh yang beragam di Indonesia. Salah satu sentra utama tembakau di Indonesia adalah Pulau Madura, di mana tembakau telah diintroduksikan di Kabupaten Sumenep, Pamekasan dan Sampang sekitar 170 tahun yang lalu
- ItemPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI KAPAS(IAARD Press, 2013-02-11) Balittas; BalittasBuku mengenai kapas memuat 19 makalah yang disajikan dalam bentuk semi populer yaitu: 3 dari pemuliaan, 5 dari ekofisiologi, 6 dari hama dan penyakit, 3 dari pascapanen, serta 2 dari sosial ekonomi. Buku ini merupakan revisi Monograf Kapas Buku 1 (terbit tahun 2001) dan Monograf Kapas Buku 2 (terbit tahun 2002). Penerbitan buku ini diharapkan dapat menambah wawasan stake holders yang berkecimpung dalam tanaman kapas baik langsung maupun tidak langsung antara lain: petani, penyuluh, pengelola/ pengusaha, dinas terkait, perguruan tinggi, dan para peneliti, serta pengambil kebijakan.
- ItemPENYAKIT Cucumber Mosaic Virus (CMV) PADA TANAMAN TEMBAKAU(Balittas, 2016) Cece Suhara; BalittasVirus mosaik ketimun adalah virus tanaman yang berbentuk polihedral dengan diameter 28 nm, menginfeksi lebih dari 775 spesies tumbuhan dalam 67 famili dan dapat ditularkan oleh 75 spesies afid secara non-persistent (Murant dan Mayo, 1982). Virus mosaik ketimun mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain menyerang tanaman ketimun, virus mosaik ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit, tanaman polong-polongan, pisang, tanaman famili Crucifereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, zinia dan beberapa jenis gulma (Agrios, 1988). Dibeberapa negara, virus mosaik ketimun telah menyebabkan penyakit yang berat pada tanaman tertentu. Virus mosaik ketimun terdapat hampir di semua negara dan strain yang berbeda sifat biologinya telah dilaporkan dari berbagai tempat. Virus mosaik ketimun mempunyai banyak strain, oleh karena itu mempunyai jumlah inang yang banyak serta gejala yang ditimbulkan beragam.
- ItemPenyakit Kerupuk / Keriting(Balittas, 2017) Yulianti, Titiek; BalittasPenyakit kerupuk ini banyak menyerang tanaman tembakau di daerah tropik, terutama di awal musim kemarau. Gejala pada tanaman tembakau biasanya diawali dari bentuk daun yang mengerut dan berubah bentuk (Gambar 1a da 1b). Pada permukaan bawah daun terlihat pertulangan daun menebal dan berwarna hijau tua. Pada stadia generatif, bentuk bakal bunga, dan bunga sedikit menyimpang dan terpelintir, sementara bentuk buahnya menjadi tidak normal. Jika dicabut, akan terlihat sistem perakaran mengecil. Batang akan terlihat lebih pendek dan berbentuk Roset. Keseluruhan tanaman akan terlihat kerdil.
- ItemPenyakit Lanas(Balittas, 2017) Yulianti, Titiek; BalittasPenyakit lanas banyak ditemukan pada tanah-tanah yang memiliki drainase kurang baik atau tergenang. Gejala umumya terlihat setelah pengairan. Tanaman layu tiba-tiba, seluruh daun terkulai tetapi masih hijau. Ketika dicabut, pangkal batang terlihat hitam meskipun perakaran masih terlihat sehat. Pada kondisi lembap, akan terlihat miselia jamur di sekitar pangkal batang yang sakit
- ItemPenyakit Layu Bakteri(Balittas, 2016) Yulianti, Titiek; BalittasPenyakit layu bakteri biasanya banyak ditemukan pada tanah-tanah tegal ringan dan tidak berpengairan. Gejala khas dari penyakit ini adalah layu satu sisi, bahkan pada daunpun, hanya satu sisi yang terserang. Gejala berawal dari 1–2 daun layu pada kondisi udara yang panas, namun akan segar kembali di sore hari Jika kondisi cocok untuk perkembangan patogen, biasanya seluruh daun layu secara cepat namun masih tetap hijau dan masih menempel pada batang (Gambar 2). Jika kondisi kurang mendukung, maka perkembangan layu lambat, daun menjadi pucat kekuningan (Gambar 3). Gejala nekrotik akan terlihat di sepanjang pertulangan daun. Jika batang yang sakit dibelah, akan terlihat eksudat bakteri berwarna putih keruh keluar dari pembuluh kayu