Browsing by Author "BPTP Balitbangtan Riau"
Now showing 1 - 20 of 63
Results Per Page
Sort Options
- Item1. APPLYING A SSI APPROACH TO INDONESIAN RICE INDUSTRY FOR IMPROVING THE WELFARE OF INDONESIAN SMALL SCALE FARMERS: A PRELIMINARY ASSESSMENT(BPTP Balitbangtan Riau, 2017-07) Rizqi Sari Anggraini; BPTP Balitbangtan RiauSebagai komoditas penting, beras memainkan peran dominan dalam membentuk ekspektasi terhadap inflasi dan stabilitas ekonomi di Indonesia. Karena itu, pengelolaan beras menjadi krusial juga. Penelitan ini bertujuan untuk menilai kinerja industri beras Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan petani skala kecil Indonesia. Penelitian ini didasarkan pada penelitian literatur menggunakan Sistem Sistemal Inovasi (SSI) kerangka untuk menilai seberapa efektif elemen dari suatu sistem beroperasi dan berinteraksi dalam kondisi saat ini. Temuan ini mengkonfirmasi produksi beras memainkan peran penting dalam ekonomi Indonesia. Namun, seperti komoditas pertanian lainnya, produksi beras juga di bawah ketidakpastian yang diciptakan oleh sosio-ekonomi dan kondisi politik dan perubahan iklim. Untuk menghadapi semua tantangan ini, inovasi harus menjadi bagian terpadu dari produksi beras di Indonesia.
- ItemADOPSI INOVASI TEKNOLOGI VUB PADI PADA UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) BPTP RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2017-07) Rachmiwati Yusuf, Marsid Jahari; BPTP Balitbangtan RiauMengantisipasi permintaan benih padi yang berkualitas dan berkesinambungan oleh pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian telah membuat kebijakan percepatan inovasi varietas ungul baru melalui kegiatan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS), diantaranya di BPTP Riau. Untuk mendukung kebijakan tersebut, sudah dilakukan analisis adopsi inovasi VUB padi yang berhubungan dengan fungsi produksi UPBS. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara yakni: terhadap petani kooperator UPBS BPTP Riau sebanyak 20 orang pada musim tanam 2015. Untuk mengetahui adopsi inovasi teknologi VUB padi dan pengaruhnya digunakan Analisis Regresi Logistik melalui fungsi Produksi (Cobb-Douglas), parameter yang diamati dalam model yakni umur (UM), pendidikan formal (PDD), pengalaman budidaya padi (PB), penguasaan lahan (LL), curahan tenaga kerja (CT) dan intensitas penyuluhan/pelatihan (IP). Hasil tabulasi data diperoleh: usia petani masuk katagori usia produkstif (34-43) tahun); pendidikan formal SLTP; pengalaman budidaya padi 18-23 tahun; penguasaan lahan 1-2 hektar; dan curahan tenaga kerja 6-75 HOK/musim tanam dengan intensitas penyuluhan 1-2 kali pertemuan. Hasil analisis diperoleh bahwa parameter yang diamati berpengaruh positif terhadap adopsi inovasi teknologi VUB padi (R2 = 0.8007) dan hasil uji t yang signifikan berpengaruh adalah pengalaman budidaya padi (0,114659**), penguasaan lahan (0,0276198*) dan intensitas penyuluhan (0,069547**), namun secara bersama sama parameter tersebut signifikan berpengaruh (F-hitung= 38,086***). Untuk kesinambungan adopsi inovasi teknologi VUB padi pada kegiatan UPBS seyogyanya disesuaikan dengan aspek sosial, kondisi teknis dilapangan dan keberlanjutan penyuluhan maupun pelatihan. Kata Kunci: Adopsi, Inovasi Teknologi, VUB Padi, UPBS BPTP Riau
- ItemANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH PASANG SURUT PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-12) Anis Fahri, Usman, Marsid Jahari dan Emisari R; BPTP Balitbangtan RiauAnalisis kelayakan usahatani beberapa varietas unggul baru padi pada agrekosistem lahan pasang surut di Provinsi Riau dilaksanakan di Desa Kuala Cenaku, Kecamatan Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, pada bulan April sampai September 2016. Penelitian ini bertujuan menganalisis usahatani beberapa varietas unggul baru padi di agroekosistem lahan pasang surut Provinsi Riau. Menggunakan analisis kelayakan usahatani B/C ratio. Varietas yang digunakan adalah varietas Inpara-1, Inpara-3, Inpara-9 dan Varietas Ciherang. Hasil penelitian menunjukkan Inpara-9 memberikan hasil gabah tertinggi (6,17 t/ha) dibandingkan dengan ketiga varietas lainnya. Kemudian disusul oleh varietas Inpara-1 (5,92 t/ha), Inpara-3 (5,45 t/ha) dan terendah varietas Ciherang (5,38 t/ha). Kata Kunci : produktivitas, varietas unggul baru, agroekosistem lahan pasang surut.
- ItemANTISIPASI INVASI OPTK A2 Clauvibacter michiganensis subsp. Michiganensis PADA TANAMAN CABAI DI PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-12) Suhendri Saputra, Rika Nurbayani Ginting, Sri Swastika; BPTP Balitbangtan RiauCabai merah merupakan komoditas strategis pertanian yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pelaku usaha akibat kontribusinya terhadap perekonomian nasional.Dengan segala permasalahannya, pemerintah telah bekerja keras menyeimbangkan harga cabai melalui program- program unggulan dan berhenti mengimpor karena produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri tidak hanya menciptakan ketergantungan, namun ada dampak ikutan yang sangat membahayakan, yaitu masuknya hama dan penyakit atau OPT dari luar yang sebelumnya tidak ada di Indonesia yang dapat menyebabkan gagal panen. Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) adalah organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan Pemerintah untuk dicegah masuknya kedalam dan tersebar di dalam wilayah negara Republik Indonesia.Clavibacter michiganensis adalah patogen penyebab penyakit kanker atau busuk bakteri umumnya pada tanaman Solanaceae.C. Michiganensis Subsp. Sepedonicus (Cms) juga telah terdeteksi berada di Indonesia pertama kali pada tahun 2009 di Jawa Barat. Kata Kunci : Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK), C. michiganensis, Patogen.
- ItemBudidaya Tanaman Sawi(BPTP Balitbangtan Riau, 2010) Usman, Maripul; BPTP Balitbangtan RiauDiantara tanaman sayur sayuran dataran rendah yang layak dibudidayakan adalah sawi ( Brassica Juncea ). Karena Sawi sangat mudah dikembangkan dan banyak disukai. Sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokkan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C
- ItemDO THE CHANGES IN OIL PRICES AFFECT FOOD PRICE? CASE STUDY IN INDONESIA(BPTP Balitbangtan Riau, 2018-07) Erwin Candra, Rizqi Sari Anggraini; BPTP Balitbangtan RiauThis paper aims to find out the correlation between a changed of fuel price to food inflation in Indonesia. This paper also try to analyse all kinds of oil fuel and try to comparing the case in 5 difference provinces in Indonesia. This study uses time series and panel data. Time series data are used to the descriptive analysis of inflation rate development in Indonesia. Furthermore, the panel data are used to analyse by province in Indonesia. Whereas, the number time series (t) is 34 years in the period 1979-2012 and the number of panel data (t) is 3 years in the period 2013 – 2015. This study are used secondary data related to oil fuel price and inflation rate in Indonesia. The analysis in this study deploys descriptive analysis and Ordinary Least Square (OLS) method with fixed effect estimation. The result showed The effect of gasoline and diesel price change significantly correlate to inflation in Indonesia. It can be seen from R2 0.88, means 88 % fluctuation in inflation rate are determined by oil-fuel price. However, the model gives the strange result. Keyword: rice, sectoral system of innovation
- ItemEFEKTIVITAS PEMBERIAN NPK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI DI PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-07) Emisari Ritonga, Rathi Frima Zona; BPTP Balitbangtan RiauKedelai merupakuan salah satu sumber protein nabati. Permintaan kedelai yang cukup tinggi sebagai salah satu bahan makanan memicu pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan menggunakan pupuk sebagai penyedia nutrisi tanaman seperti NPK organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK organic terhadap tanaman kedelai. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2011 di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya adalah: N0 (tanpa pupuk NPK organik), N1 (pupuk NPK organic 20 gram/tanaman), N2 (pupuk NPK organik 30 gram/tanaman), dan N3 (pupuk NPK organic 40 gram/tanaman). Adapun parameter pengamatan yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hari), umur panen (hari), jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas (%), berat 100 biji kering (gram) dan berat biji kering/plot (gram). Data yang dikumpulkan dari masing-masing perlakuan dianalisis secara statistic dan dilanjutkan dengan Uji BNT pada level 5%. Berdasarkan analisis statistik, pupuk NPK organik 40 gram/tanaman (N3) memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hari), umur panen (hari), jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas (%), berat 100 biji kering (gram) dan berat biji kering/plot (gram). Kata kunci: NPK Organik, pertumbuhan, produksi, kedelai
- ItemFAKTOR PENENTU KEBERHASILAN TEKNOLOGI DALAM PERSPEKTIF AKSELERASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-07) Anita Sofia, Oni Ekalinda; BPTP Balitbangtan RiauFaktor penentu keberhasilan teknologi dalam peningkatan produksi ditentukan oleh banyak faktor. Faktor teknis ditentukan dari keragaan tingkat adopsi teknologi yang diterapkan sesuai rekomendasi. Dari keragaan tingkat adopsi teknologi yang menerapkan teknologi sesuai rekomendasi untuk petani koperator rata-rata 83,6 % sedangkan petani non koperator 53,6 %. Faktor penentu sosial yaitu karaktristik petani responden yang diketahui bahwa, lebih dari 80% tergolong usia produktif, dengan tingkat pendidikan sekitar 50% hanya sekolah dasar, pengalaman berusahatani +15 tahun, luas penguasaan sawah 0,5-1,0 ha, penggunaan tenaga kerja 141,6 HOK untuk petani koperator dan 144,8 HOK non koperator. Hampir semua responden berpartisipasi dan terlibat sepenuhnya dalam kelembagaan lokal didesa, perencanaan usahatani pada petani koperator telah dilakukan dengan baik. Faktor penentu ekonomi berupa sumber modal usahatani berasal dari modal sendiri, pengadaan sarana produksi petani dengan membeli sendiri ke kios sarana produksi atau pasar lokal, sumber penyediaan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga. Dari analisa ekonomi usahatani, penerapan teknologi pada PTT padi, memperlihatkan nilai MBCR 0,98. Kata kunci: Faktor Penentu, Teknologi, Peningkatan Produktifitas Padi
- ItemHUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR INTERN PETANI DENGAN TINGKAT MOTIVASINYA DALAM PENERAPAN ADOPSI TEKNOLOGI INOVASI PADA TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN (TTP) SIAK(BPTP Balitbangtan Riau, 2017-07) Oni Ekalinda; BPTP Balitbangtan RiauPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (i) faktor-faktor interen yang mendorong tumbuhnya motivasi petani dalam menerapkan teknologi introduksi di TTP Siak; (ii) tingkat motivasi petani dalam menerapkan teknologi introduksi di TTP Siak; (iii) hubungan faktor- faktor interen petani dengan tingkat motivasinya dalam menerapkan teknologi introduksi di TTP Siak. Penelitian menggunakan metode survey dengan jumlah responden sebanyak 40 orang petani dikawasan TTP Siak. Lokasi kajian di Desa Muara Kelantan, Kecamatan Mandau, Kabupaten Siak, tahun 2017. Analisa data menggunakan skala pengukuran ordinal. Sedangkan untuk melihat hubungan faktor-faktor interen petani dengan tingkat motivasinya dalam menerapkan teknologi introduksi digunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52% responden berumur produktif yaitu kurang dari 51 tahun (kategori tinggi) dengan tingkat pendidikan formal sebanyak 44% (kategori sedang), tingkat pendapatan petani tergolong rendah (Rp1.900.000–Rp 3.500.000 per bulan), partsipasi petani dalam kelompoknya termasuk kategori sedang (64%), demikian juga tingkat keberanian petani dalam mengambil risiko termasuk kategori sedang (80%). Sebanyak 72% petani menerapan teknologi disebabkan adanya motivasi ekonomi (kategori tinggi). Sedangkan untuk motivasi afiliasi dan motivasi prestasi berada pada kategori sedang (48%). Umur petani, tingkat pendidikan formal dan keberanian mengambil risiko tidak berhubungan nyata dengan motivasinya dalam menerapkan teknologi introduksi di TTP Siak. Sedangakan pada variabel pendapatan rumah tangga memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata dengan motivasi ekonomi petani dalam menerapkan teknologi introduksi dengan nilai koefisien korelasi 0.721. Demikian juga pada variabel partisipasi petani dalam kelompok tani menunjukkan hubungan yang nyata dengan motivasi ekonomi petani dalam menerapkan teknologi introduksi dengan koefisien korelasi 0.538 Kata kunci : faktor-faktor interen petani, tingkat motivasi, adopsi teknologi inovasi,TTP Siak
- ItemHUBUNGAN PARTISIPASI PETANI DENGAN KEMAMPUAN PETANI MEMECAHKAN MASALAH PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN BENGKALIS(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-07) Reni Astarina, Anita Sofia; BPTP Balitbangtan RiauPartisipasi petani memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang lebih besar dalam cara berpikir dan bertindak petani. Kemampuan petani memecahkan masalah dalam berusahatani dapat ditingkatkan melalui partisipasi petani dalam penyuluhan pertanian. Adapun tujuan dilakukan kajian ini untuk mengetahui pengaruh partisipasi petani terhadap kemampuan petani memecahkan masalah pada usahatani padi sawah dalam penyuluhan pertanian. Partisipasi petani memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan petani memecahkan masalahnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa : (1) petani mempunyai pengetahuan dan wawasan yang cukup untuk dapat memahami permasalahan, memikirkan pemecahannya atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuannya, (2) petani akan termotivasi untuk bekerjasama dalam kelompok jika ikut bertanggung jawab di dalamnya dan menambah kesempatan untuk pengambilan keputusan kolektif. Petani dapat mencurahkan permasalahan yang sedang dihadapi dan dapat dipecahkan secara bersama-sama di dalam kelompok, (3) petani dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dilingkungannya seperti bank, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas pertanian, koperasi, warung saprodi dan tanaman disekitarnya, (4) petani memiliki wawasan untuk memperoleh sumberdaya yang diperlukan seperti kredit dan pemasaran hasil, (5) terjalin hubungan yang erat antara petani dengan pemerintah, dimana dalam program penyuluhan pertanian sebaiknya mengikutsertakan petani dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, memonitor sampai mengevaluasi program penyuluhan pertanian. Kata kunci : Partisipasi petani, kemampuan petani memecahkan masalah, penyuluhan pertanian.
- ItemINOVASI TEKNOLOGI MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2019-07) Anis Fahri, Taufik Hidayat dan Ida Nur Istina; BPTP Balitbangtan RiauABSTRAK Perkebunan Kelapa sawit mempunyai kedudukan yang penting didalam pengembangan pertanian di Provinsi Riau. Sebagian besar dari luas lahan kebun sawit di Riau, 1.360.855 ha (56,97%) merupakan perkebunan rakyat, jauh melebihi luas kebun sawit perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara yang masing-masing hanya 954.450 ha (39,22%) dan 92.714 ha(3,81%). Produksi kelapa sawit petani pada umumnya jauh dibawah perkebunan milik negara maupun perkebunan swasta dengan tingkat produktivitas antara 12-16 ton tandan buah segar (TBS) per hektar, sementara potensi produksi komoditas kelapa sawit bisa mencapai 30 ton/ha. Produktivitas CPO perkebunan rakyat rata-rata 2,5 ton dan 0,33 ton minyak inti per hektar sementara pada perusahaan perkebunan rata-rata mencapai 4,82 ton CPO dan 0,91 ton minyak inti per hektar. Rendahnya produksi perkebunan kelapa sawit rakyat karena belum diterapkannya teknologi secara tepat mulai dari penggunaan bibit unggul, teknologi budidaya, panen dan pasca panen. Petani belum menerapkan teknologi budidaya, seperti pemupukan organik. Kajian pemupukan untuk mendukung pengembangan kawasan perkebunan kelapa sawit telah dilakukan di Kabupaten Indragiri Hulu dari bulan Januari – Desember tahun 2016 dan Rokan Hilir dari bulan Januari - Desember 2017. Hasil penelitian di Desa Bukit Meranti, Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu menunjukkan Paket Teknologi Urea 3,0 kg + TSP 1,5 kg + KCl 3 kg + Kieserit 0,75 kg + Borax 0,075 kg/pohon/th dan 15 kg pupuk menghasilkan rata-rata TBS sebesar 19.205 kg/ha/th dengan pendapatan sebesar Rp. 12.281.330/ha/th,dan nilai B/C ratio 1,15; sedangkan di Desa Bagan Permai, Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir pemberian pupuk kandang sapi 15 kg/btg menghasilkan produksi TBS tertinggi sebesar 25.360,8 kg/ha/th, dan pendapatan sebesar Rp. 25.737.080/ha/th dengan nilai B/C ratio sebesar 2,09 lebih tinggi dibanding tanpa pemberian pupuk kandang. Kata kunci: Inovasi Teknologi, kelapa sawit, kawasan, Provinsi Riau
- ItemINOVASI TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN DI PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2019-07) Ida Nur Istina, Nana Sutrisna dan Nurhayati; BPTP Balitbangtan RiauABSTRAK Kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, sementara luasan lahan pertanian tidak bertambah menyebabkan perluasan pengembangan pertanian kearah lahan suboptimal seperti tanah gambut. Kendala pengembangan lahan gambut untuk pertanian dikaitkan dengan sifat fisik dan kimia tanah gambut diantaranya sifat mudah rusak, derajat keasaman tinggi, dan kesuburan rendah untuk itu pengembangan tanah gambut untuk tujuan swasembada pangan di Provinsi Riau perlu menerapkan strategi dan pemanfaatan inovasi teknologi secara tepat dan spesifik lokasi, yaitu 1) teknologi tata air, 2) pemilihan komoditas bernilai tinggi dan adaptif terhadap lahan gambut, 3) ameliorasi, 4) pemupukan dan 5) pemanfaatan sumberdaya hayati indigenous tanah gambut. Kata kunci: gambut, produktivitas, ketahanan pangan
- ItemIntegrasi Sawit-Sapi(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-09) BPTP Balitbangtan Riau; BPTP Balitbangtan RiauMengenai Siklus Integrasi, pasar, porsi campuran pakan, proses pembuatan pakan permentasi dan komposisi nutrien bahan pakan
- ItemKAHAT HARA PADA TANAMAN KEDELAI(BPTP Balitbangtan Riau, 2012) Nurmili Hariyani, Oni Ekalinda; BPTP Balitbangtan Riaukekurangan (kahat) salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kedelai tidak sebagaimana semestinya yaitu kelainan atau peyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya tampak layu dan menggering. keadaan demikian yang merugikan petani dan tentu saja sangat tidak diharapkan oleh petani
- ItemKAJIAN PEMUPUKAN MIKRO MAJEMUK PADA KELAPA SAWIT DI LAHAN PASANG SURUT PROVINSI RIAU(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-12) Nurhayati, Masganti dan Hery Widyanto; BPTP Balitbangtan RiauKelapa sawit merupakan komoditas strategis yang mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia, apalagi dengan kondisi semakin menipisnya sumber minyak bumi dan gas alam di dunia. Selain pupuk makro, pupuk mikro juga sangat penting untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa sawit. Penelitian pemberian pupuk mikro majemuk terhadap tanaman kelapa sawit telah dilaksanakan di lahan pasang surut tipe C di Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis. Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui respon pupuk mikro majemuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) perlakuan dosis pupuk, yang diulang 3 (tiga) kali. Perlakuan yang digunakan berturut-turut adalah (pohon/tahun): A) 5 kg NPK Phonska; B) 3 kg Mikro Majemuk + 5 kg NPK Ponska; C) 5 kg Mikro Majemuk + 5 kg NPK Ponska ; D) 5 kg Mikro Majemuk + 5 kg NPK Kebomas. Variabel pengamatan yang dikumpulkan adalah: produksi, biaya tenaga kerja, harga TBS, analisis usaha tani, dan pendapatan petani. Hasil analisis tanah awal menunjukkan kandungan hara lokasi kegiatan pada kisaran sangat rendah sampai rendah. Satu tahun pengamatan menunjukkan perlakukan C memberikan produksi TBS tertinggi sebesar 30,62 ton/ha, disusul dengan perlakuan D sebesar 30,22 ton/ha, perlakuan B sebesar 29,7 ton/ha, dan terakhir perlakuan A sebesar 29,4 ton/ha. Hasil perhitungan R/C ratio menunjukkan bahwa usahatani ini efisien. Nilai tertinggi dihasilkan perlakuan A disusul perlakuan B dan C, dan terendah perlakuan D. Efektifitas tertinggi dihasilkan dari perlakuan C dengan nilai RAE 100%. Kata kunci: pupuk, kelapa sawit, pasang surut
- ItemKAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PEMBENAH TANAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG PADA LAHAN GAMBUT(BPTP Balitbangtan Riau, 2019-07) Muhammad Giri Wibisono, Nurhayati; BPTP Balitbangtan RiauJagung merupakan komoditas pangan utama selain padi dan kedelai yang produksinya terus ditingkatkan dalam rangka mencapai swasembada pangan di Indonesia. Peningkatan produksi jagung terus diupayakan melalui program extensifikasi lahan, salah satunya dengan memanfaatkan lahan-lahan suboptimal seperti lahan gambut. Sifat gambut yang kurang subur memerlukan inovasi dalam perbaikan kesuburan gambut melalui aplikasi bahan pembenah tanah. Tujuan dari tulisan ini adalah mengkaji peningkatan produktivitas tanaman jagung di lahan gambut melalui pemanfaatan bahan pembenah alternatif. Tulisan ini menggunakan metodologi literature review, yaitu dengan mengkaji tulisan hasil penelitian mengenai tanaman jagung dan bahan pembenah tanah yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa potensi produksi jagung pada lahan gambut dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan bahan pembenah tanah alternatif seperti kompos tandan kosong kelapa sawit, zeolite, arang aktif dan abu boiler. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa produktivitas jagung pada lahan gambut dengan menggunakan bahan pembenah tanah dapat meningkatkan produksi hingga 153,93% dibandingkan tanpa penggunaan bahan pembenah tanah. Hal tersebut dapat terjadi karena sifat yang dimiliki bahan pembenah tersebut dapat memperbaiki/meningkatkan kesuburan tanah gambut. Pemanfaatan bahan pembenah tanah alternatif ini merupakan suatu terobosan yang berpotensi dapat meningkatkan kesuburan tanah gambut dalam upayanya mendukung peningkatan produksi tanaman jagung pada lahan gambut. Kata Kunci: Jagung, Pembenah Tanah, Gambut
- ItemKARAKTERISTIK DAN PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA MENDUKUNG BIOINDUSTRI KELAPA TERPADU DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR(BPTP Balitbangtan Riau, 2018-07) Empersi, Oni Ekalinda; BPTP Balitbangtan RiauKabupaten Indragiri Hilir merupakan sentra produksi gula kelapa di Provinsi Riau. Produsen gula kelapa merupakan industri rumah tangga yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Indragiri Hilir. Pengembangan gula kelapa secara ekonomi sangat prospektif, hal ini terlihat dari total kapasitas poduksi mencapai 136 ton/bulan dengan nilai produksi mencapai Rp. 1,56 milyar/bulan. Penerapan teknologi prosesing gula kelapa masih dilakukan petani secara tradisional oleh sebagian besar industri gula kelapa di kabupaten Indragiri Hilir. Hal ini menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak konsisten, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perbedaan kualitas gula kelapa juga mempengaruhi harga jual ditingkat pedagang lokal. Curahan waktu yang digunakan untuk pembuatan gula kelapa berkisar antara 7-8 jam/hari, dengan hasil 12-15 kg/hari. Curahan waktu kerja yang cukup besar ini menyebabkan petani sulit bersosialisasi pada kegiatan kemasyararakatan setempat. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gula kelapa, diperlukan dukungan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana penunjang , aspek keselamatan kerja sebagai penyadap nira dan aspek pemasaran serta bimbingan teknis dari institusi terkait sehingga gula kelapa yang dihasilkan lebih kompetitif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani gula kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir. Kata Kunci: Karakteristik, prospek, gula kelapa, Kabupaten Indragiri Hilir
- ItemKARAKTERISTIK PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI INTRODUKSI PADA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN KAMPAR(BPTP Balitbangtan Riau, 2016-07) Oni Ekalinda, Dian Pratama; BPTP Balitbangtan RiauProgram Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah memiliki muatan teknologi inovasi yang berorientasi untuk mempercepat peningkatan produksi dan produktivitas padi dalam cakupan yang lebih luas. Tingkat pengetahuan petani dan karakteristik teknologi introduksi merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan dalam mengadopsi suatu teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani dalam mengadopsi teknologi introduksi pada PTT padi. Penelitian ini dilakukan di Desa Ranah Baru dan Desa Ranah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar tahun 2015, menggunakan metode survey terhadap 30 orang responden. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman (rs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berkorelasi erat dengan adopsi teknologi, dengan derajat keeretan sebesar 0,602. Pendidikan berkorelasi erat dengan adopsi teknologi dengan derajat keeratan sebesar 0,550. Umur, jenis kelamin, keanggotaan dalam kelompok tani, penguasaan lahan dan status lahan garapan memiliki nilai korelasi yang lemah terhadap adopsi teknologi. Kata Kunci: Karakteristik petani, adopsi teknologi, PTT Padi
- ItemKEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN(BPTP Balitbangtan Riau, 2018-07) Mardawilis; BPTP Balitbangtan Riausangat sentral. Dalam menata sumberdaya air ada dua pengertian yaitu nilai air dan harkat air. Nilai air ditentukan oleh imbangan penawaran (kemampuan menyediakan air) dengan permintaan (jumlah kebutuhan akan air). Nilai air berkaitan dengan perlakuan terhadap air sebagai komoditas atau barang ekonomi, oleh karena itu air mempunyai nilai paling tinggi dalam pertanian. Harkat air ialah nilai air menurut pertimbangan khusus seperti baku mutu, kemampuan pengadaan dan penggunaan air. Faktor permasalahan air diantaranya ialah (a) Pemakaian air yang beragam, (b) Sikap sebagian Air merupakan sumberdaya alam yang terpenting bagi umat manusia karena peranannya yang besar masyarakat yang masih melihat air sebagai sumberdaya terbarukan, (c) Belum ada pola pengelolaan air yang terpadu, dan (d) Pembangunan fisik yang sering mengabaikan komponen daur hidrologi. Beberapa peraturan penting yang mendukung kebijaksanaan pengembangan sumberdaya air untuk ketahanan pangan adalah 1. Peraturan Pemerintah No. 22/1982 tentang Tata Pengaturan Air, 2. Peraturan Pemerintah No. 23/1982 tentang Irigasi, 3. Peraturan Pemerintah No. 27/1991 tentang Rawa, dan 4. untuk kebijaksanaan pengembangan sumberdaya air bagi ketahanan pangan berkelanjutan, masih bisa dilakukan upaya penghematan air seperti penerapan hasil riset tanaman hemat air, pemilihan tanaman yang rentan dan bisa hidup dengan air berkualitas rendah, serta penerapan teknologi konservasi air seperti sistem pertanaman lorong, strip rumput, tanaman penutup tanah, teras gulud, teras bangku, rorak, mulsa, embung dan panen hujan aliran permukaan melalui dam parit. Kata Kunci : Kebijaksanaan, Pengembangan Sumberdaya Air, Teknologi konservasi air, Ketahanan Pangan.
- ItemLargo Super (Larikan Padi Gogo Super)(BPTP Balitbangtan Riau, 2019) BPTP Balitbangtan Riau; BPTP Balitbangtan Riau