Browsing by Author "Asikin, Syaiful"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- ItemFAUNA TANAH(Balittra, 2021) Maftuah, Eni; Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaTanah merupakan sumber daya alam yang penting bagi sejumlah ekosistem dan proses biosfer seperti produksi tanaman, siklus bahan organik dan nutrisi, penyimpanan C dan air, dan pelepasan N2O, CO2 dan metana (Lavelle, 1996). Tanah adalah sistem hidup yang mengandung berbagai jenis organisme dengan fungsi berbeda. Setiap jenis tanah mempunyai sifat kimia, fisika maupun biologi yang berbeda-beda. Komponen biologi tanah meliputi bagian yang berperan dalam proses biologi baik itu organisme tanah (mikroorganimse dan fauna tanah) maupun lingkungan yang memengaruhinya. Fauna tanah keberadaannya tergantung pada faktor biotik dan abiotik, di antaranya kondisi ekosistem, jenis tanah dan tingkat pengelolaannya
- ItemGulma Rawa sebagai pendukung Pertanian Organik(Balittra, 2019) Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaGulma di dalam ekosistem pertanian dapat dipandang sebagai organisme pengganggu tanaman, karena memiliki daya kompetisi yang tinggi, dapat tumbuh secara cepat, dan daya serap yang tinggi terhadap unsur-unsur yang tersedia di tanah. Namun tidak semua gulma menjadi musuh bagi petani.
- ItemHama Kedelai Dan Pengendaliannya Di Lahan Rawa Pasang Surut(Balittra, 2019) Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKedelai di lahan rawa pasang surut ditanam pada lahan-lahan tipe luapan C dan D, sedangkan pada lahan tipe B ditanam pada sistem surjan. Hama merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya kedelai di lahan rawa pasang surut. Jenis hama yang sering menyerang pertanaman kedelai di lahan rawa pasang surut
- ItemKEANEKARAGAMAN TUMBUHAN HUTAN RAWA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PESTISIDA NABATI(IAARD Press, 2014) Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaRINGKASAN Hutan mempunyai keanekaragaman flora yang sangat beragam. Di lahan rawa Kalimantan Selatan dan Tengah ditemukan berbagai jenis tumbuhan hutan dan berdasarkan hasil eksplorasi diketahui sebanyak 66 jenis yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Efektivitas tumbuhan hutan ini dalam mengendalikan hama serangga bervariasi antara 70-95%. Dengan melihat keanekaragaman hayati, keadaan sosial ekonomi petani, program intemasional yang sangat mendukung penggunaan pestisida nabati, hasil-hasil penelitian dan teknologi sederhana yang tersedia maka penggunaan pestisida nabati di Indonesia mempunyai prospek yang baik. Pestisida nabati diperlukan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik dan memenuhi permintaan pasar akan produk pertanian yang sehat.
- ItemKendalikan Serangga Hama dengan Gulma Rawa(Balittra, 2021) Asikin, Syaiful; Hartati, Sri; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawaulma yang dipandang sebagai tanaman yang tidak diinginkan kehadirannya di lahan pertanian ternyata justru mampu memberikan asuransi keberhasilan dalam usahatani yang tentunya tidak terlepas dengan penerapan prinsip dan konsep PHT. Mengapa, bagaimana, di mana, kapan dan gulma apa saja yang mampu berperan mengendalikan organisme pengganggu tanaman akan dikupas dalam buku ini. Buku tentang gulma rawa sebagai insektisida nabati ini dibuat karena pertanian di lahan rawa merupakan pertanian yang ideal berdasarkan karakteristik lahan yang dimilikinya, termasuk pemanfaatan gulma rawa yang berprospek dalam mengendalikan serangan hama dan tentu mendukung dalam meningkatkan produksi/produktivitas tanaman pertanian yang diusahakan. Beragamnya gulma rawa begitu juga beragamnya manfaat dalam mengendalikan berbagai hama tanaman akan dijelaskan juga dalam buku ini, disamping itu ada beberapa gulma rawa yang berkhasiat insektisida nabati bahkan keberadaannya cenderung membuat lahan menjadi indah/menarik bagi orang yang melihatnya
- ItemPEMANFAATAN ANJING SEBAGAI PREDATOR DAN KOMPONEN PENDUKUNGNYA DALAM MENEKAN POPULASI HAMA TIKUS Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Thamrin, Muhammad; Prayudi, Bambang; Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDilahan pasang surut Kalimantan Selatan sampal saat ini kerusakan padi yang disebabkan oleh hama tikus masih terjadi dan berakibat merugikan. Pengendalian hama tikus dilahan pasang surut dengan menggunakan anjing sebagai predator yang dikombinasikan dengan mercon (fumigasi) dan sarang buatan (bumbung bambu) efektif dalam mengendalikan populasi tikus khususnya terhadap tikus yang selalu bersarang di dalam lubang. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi atau sebagai pedoman dalam mengendalikan hama tikus yang selalu bersarang dalam lubang dengan menggunakan anjing yang didukung oleh mercon dan sarang buatan. Berdasarkan data penelitian pengendalian hama tikus di Iahan pasang surut selama empat tahun terakhir terbukti bahwa anjing yang berperan,sebagai predator merupakan komponen pengendali yang efektif dalam menekan populasi hama tikus. Walaupun demikian, pengendalian dengan menggunakan anjing tersebut masih terdapat kelema• hannya, karena anjing mengalami kesulitan memburu tikus yang berada dilubang yang sangat dalam dan terbatas gerakannya dalam memburu tikus pada saat padi rimbun. Oleh karena itu pengendalian dengan menggunakan anjing harus dibantu dengan komponen pengendalian lain. Fumigasi dengan menggunakan mercon efektif membunuh tikus yang berada dilubang yang dalam. Sarang buatan juga efektif mengendalikan tikus pada saat padi fase generatif.
- ItemPengendalian Hama Walang Sangit Dengan Insektisida Nabati(Balittra, 2020) Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawaoratorius F,Coreidae, Hemiptera) merupakan salah satu hama serangga penting padi di lahan rawa. Hama ini bukan saja dapat menurunkan hasil tetapi juga menurunkan kualitas gabah seperti bintik-bintik coklat pada gabah akibat isapan cairan dari hama tersebut pada saat padi matang susu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan insektisida nabati dari ekstrak tumbuhan tembakau (Nicotiana tabacuwi L), dlingo (Acorus calamus L), dapat mengendalikan kerusakan gabah padi yang disebabkan walang sangit. Tanaman padi yang diaplikasikan insektisida nabati dengan ekstrak tumbuhan tembakau (Nicotiana tabacuwi L), delingo (Acorus calamus L) kerusakan hanya berkisar antara 5-7,5%.
- ItemPOTENSI ELEOCHARIS DULCIS SEBAGAI TANAMAN PERANGKAP DALAM MENGENDALIKAN POPULASI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balittra, 1996) Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenggerek batang padi putih merupakan hama penting dan hama spesiesnya dominan dibandingkan dcngan spesios jenis lainnya. Datam mengendalikan hama penggerek batang padi putih pada saat ini diarahkan kepada pengendalian yang berwawasan lingkungan, terutama ditekankan kepada pengendalian hama secara terpadu. Hasil penelitian terhadap preferensi peletakan telur menunjukkan bahwa penggunaan tanaman Eleochatis dulcis atau purun tikus cukup berpotensi dalam memerangkap hama penggerek batang padi putih terutama dalam hal memerangkap telut, Dengan demikian jenis tanaman Eleocharis dulcis dapat digunakan sebagai tanaman perangkap bagi penggerek batang padi putih. Ditinjau dari perkembangan larva penggerek batang padi putih pada Eleocharis dulcis, menunjukkan bahwa larva hanya mampu bertahan hidup 12-16 hari.
- ItemSERANGGA PENTING DI PERTANAMAN PADI, KEDELAI DAN JAGUNG PADA AGROEKOSISTEM RAWA(Balittra, 2017) Thamrin, Muhammad; Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaAgroekosistem rawa memiliki jenis serangga spesifik karena tidak semua serangga dapat beradaptasi dan berkembangbiak dalam lingkungan rawa. Keberhasilan serangga dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya karena kemampuan reproduksi yang tinggi, mempunyai jenis makanan yang beragam, dan mampu menyelamatkan diri dari musuhnya. Peranan serangga dalam ekosistem sangat menentukan diantranya untuk polinasi (penyerbuk banyak jenis tanaman), penghasil madu dan sutera, membantu dalam proses pembentukan humus serta menjadi musuh alami hama tertentu. Namun ada juga serangga yang merugikan manusia terutama sebagai hama tanaman. Dalam makalah ini diuraikan ciri-ciri dan biologi serangga penting baik sebagai hama ataupun musuh alami yang banyak terdapat di pertanaman padi, kedelai dan jagung pada agroekosistem rawa. Hama serangga penting yang diuraikan meliputi enam jenis hama serangga padi, yaitu penggerek batang padi putih, penggerek batang padi kuning, wereng coklat, hama pelipat daun, wereng hijau dan walang sangit, enam jenis hama serangga kedelai, yaitu lalat bibit, ulat grayak, ulat helicoverpa, ulat penggulung daun, penggerek polong, dan kepik polong dan empat jenis hama serangga jagung yaitu lalat bibit, ulat grayak, penggerek batang dan penggerek tongkol. Musuh alami yang berperan penting terdiri dari 25 jenis, yaitu Telenomus rowani, T. dignus, T. triptus, T. dignoides, T. japonicum, Tetrastichus schoenobii, Cotesia cameron, Apanteles foerster, Ischnojoppa luteator, Xanthopimpla punctata, Trichogramma chilonis, Goryphus spp., Apanteles spp., Agriocnemis pygmaea, Agriocnemis femina femina , Ischnura segegalensis, Orthetrum sabina sabina, Ophionea nigrofasciata, Paederus fuscipes, Cyrtorhinus lividipennis, Microvellia sp., Harmonia ctomaculata, Menochilus sexmaculatus, Micraspis sp., dan Micraspis crocea.
- ItemSTRATEGI PENGENDALIÂN IIAMA PENGGEREK BATANG PADI TANPA INSEKTISIDA SINTETIK Dl LAIIAN PASANG SURUT(Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan Rawa, 2005) Thamrin, Muhammad; Asikin, Syaiful; Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan RawaSulitnya mengurangi penggunaan insektisida kimia atau biasa disebut insektisida sintetik disebabkan belum adanya cara pengenda/ian lain yang efektif Insektisida sintetik mudah aplikasinya karena siap pakai dan hasilnya lebih cepat terlihat. Padahal telah banyak dilaporkan bahwa insektisida sintetik bukan saja berdampak negatiflerhadap lingkungan, namunjuga terhadap kesehatan manusia. Akan tetapi di beberapa daerah di lahan pasang surut masih banyakyang tidak menggunakan pestisida dalam berusahatani padi terutama bila menanam padi varietas lokal. Ada beberapa cara bercocok tanam padi yang biasa dilakukan oleh petani di lahan pasang surut yang dapat menekan populasi penggerek batang padi, yaitu memotong turiang padi dan membiarkan-nya sampai membusuk, tanam pindah yang dilakukan beberapa kali, memotong daun pada saat tanaman akan dipindahkan. Cara-cara tersebut dapat menggagalkan penggerek batang yang berdiapaus untuk menjadi imago, membunuh larva yang ada di dalam batang dan menggagalkan telur menetas menjadi larva. Selain itu dengan adanya tumbuhan Eleocharis dulcis yang secara alami beperan sebagai lanaman perangkap dan melimpahnya musuh alami, maka kerusakan padi yang disebabkan oleh penggerek batang sangal rendah yang setiap tahun hanya berkisar 0, l1,0 % saja. Berbeda dengan di lahan pasang surut yang menanam padi dua kali setahun (padi lokal—unggul), banyak petani yang menggunakan pestisisida diantaranya insektisida sintetik untuk megendalikan penggerek batang padi Ada strategi pengendalian penggerek batang padi yang tujuannya menghindari penggunaan insektisida sintetik atau setidaknya megurangi frekuensi penggunaannya, yaitu melakukan waktu tanam yang serentak, menggunakan pupuk nitrogen yang tidak berlebih, waktu pemberian kalium yang tepat, menata tumbuhan Eleocharis dulcis sebagai tanaman perangkap dan menggunakan insektisida nabati.