Browsing by Author "Ar-Riza, Isdijanto"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- Item6. Sistem Tata Air dan Pengelolaan Hara N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Pasang Surut Bergambut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Ar-Riza, Isdijanto; D. Nazemi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Usahatani padi di lahan pasang surut bergambut masih menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah kondisi tata air yang belum terkendali dan masalah hara tanah yang kurang mendukung, karena tingkat kemasakan gambut yang begaram, subsidensi dan rentan terbakar. Untuk menjawab masalah tersebut dilakukan penelitian teknik pengaturan air dan pengelolaan hara dilahan gambut. Penelitian dilaksanakan di sawah pasang surut bergambut tipe luapan B, di Dadahup A2 Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah pada MH 2006/2007. Lahan pasang surut bergambut tipe luapan B, pH 4, dan status hara N-tot rendah (0,196). Percobaan dilaksanakan menggunakan rancangan RCBD, 3 ulangan. Sebagai faktor pertama adalah tiga macam cara pengaturan air (A: diupayakan tergenang terus menerus; B: air diatur dapat keluar masuk dan dipertahankan sesuai periode dan kondisi pasang dan surut, dan C: tanpa pengaturan). Sebagai faktor kedua adalah dua dosis pupuk N (I:90 kg/ha N, II:120 kg/ha N). Penyiapan lahan dilaksanakan dengan pengolahan tanah ringan, dengan cara mencangkul ringan dan pembersihan gulma. Pengaturan air dilakukan dengan membuat saluransaluran air, di sisi petak dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur dan pintu pengatur pada saluran kwarternya, sehingga aliran air dapat diatur sesuai perlakuan. Petak percobaan dengan ukuran 5 m x 4 m dibuat dengan galangan pemisah yang di sebelah dalamnya/sisinya dilapisi dengan plastik penahan rembesan air horizontal (perkolasi) antar petak. Diperoleh hasil bawa pada petak yang airnya dapat diatur masuk kemudian dipertahankan selama pasang, selanjutnya air dalam petak digelontor keluar saat surut (perlakuan B) dikombinasikan dengan dosis N yang lebih tinggi (perlakuan II) dapat memberikan hasil yang lebih baik (5,74 t/ha) dibanding dengan hasil pada perlakuan lain yang diteliti (2,78–4,8 t/ha). Adapun perlakuan B yang dikombinasikan dengan dosis N yang lebih rendah (90 kg/ha N) hasilnya (4,78 t/ha) sama baiknya atau tidak berbeda nyata dengan hasil pada pelakuan C yang dikombinasikan dengan dosis N yang lebih tinggi (120 kg/ha N) sebesar 4,80 t/ha. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara pengaturan air dan pemberian pupuk N terhadap hasil padi di lahan gambut, dengan kata lain untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan gambut, diperlukan pengaturan air (pengasatan sesaat) dan pemberian pupuk N yang tepat. Namun demikian perlu diperhatikan jangan sampai terjadi pengeringan, cukup dengan pengasatan saja, karena pengeringan akan mempercepat subsidensi ketebalan gambut.
- ItemBEBERAPA ALTERNATIF POLA TANAM MENDUKUNG OPTIMASI PEMANFAATAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK TANAMAN PANGAN(Balittra, 1996) Saragih, Suryanto; Ar-Riza, Isdijanto; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLaban pasang surut merupakan sumber daya alam penting untuk dijadikan Iahan Ftanian dimasa mendatang. Potensi Iahan ini di Indonesia masih cukup luas, dimana dai iuta hektar yang tayak dijadikan untuk Iahan pertanian baru 3,6 juta (38 %) yang telah śtmanfaatkan. Upaya pemanfaatan Iahan pasang surut yang dilaksanakan petani sełamafr"i masih sangat sederhana. Lahan hanya ditanami padi lokal sekarł setahun dan hasi yang diperoleh rendah yaitu berkisar antara 0,5 sampai 2,5 t GKG/ha. Pemanfatan Iahan pasang surut untuk tanaman pangan sesungguhnya dapat di l;kukan secara optimal dengan beberapa alternatifteknik pengaturan pola tanam sesuai devantpotogi Iahan dan perbaikan sistem pengaturan airnya. Lahan tipe A misalnya, dengan pengaturan air dapat dilakukan pertanaman pola padi dua kali setahun yaitu kornbinasi padi unggul-padi unggul atau padi unggul-padi lokal
- ItemLima Langkah Penting Pengelolaan Lahan Untuk Tanaman Padi Di Lahan Pasang Surut(BPTP Jambi, 2005) Ar-Riza, Isdijanto; BPTP JambiLahan pasang surut mempunyai sifat dan karakteristik yang khas dan berbeda dengan lahan-lahan pertanian lainnya, seperti lahan irigasi, tadah hujan maupun lahan kering. Sesuai karakteristiknya tidak semua lahan rawa pasang surut cocok untuk pertanian, sehingga budidaya pertanian khususnya padi memerlukan cara-cara yang sesuai dengan kondisi lahan.
- ItemOPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN RAWA LEBAK DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PADI(Balittra, 2005) Ar-Riza, Isdijanto; Alihamsyah, Trip; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSalah satu tujuan utama pembangunan pertanian di Indonesia adalah meningkatkan ketahanan pangan, sehingga berbagai upaya dan terobosan terus dilakukan. Pembangunan pertanian nampaknya masih akan dihadapkan kepada berbagai masalah dan tantangan yang makin kompleks, diantaranya adalah dinamika perubahan lingkungan, baik sebagai akibat eksploitasi berlebih yang sering mengabaikan daya dukung lahan dan kerentanan lingkungan, maupun perubahan iklim global yang tidak menguntungkan yang menyebabkan terjadinya deraan lingkungan seperti cekaman kekeringan dan banjir pada sentra-sentra produksi. Disamping itu telah terjadi fenomena yang cukup serius, yaitu menciutnya lahan-lahan pertanian subur yang beralih fungsi ke penggunaan nonpertanian atau produksi non pangan yang nampak mulai sulit dikendalikan, terbukti dengan laju penciutan yang sangat besar yaitu 35.000 -50.000 ha/tahun (Nasoetion dan Winoto,1995).
- ItemPENGARUH PUPUK NPK DAN KAPUR PADA TANAMAN KUBIS DI LAHAN LEBAK DANGKAL(Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan Rawa, 2005) Indrayati, Linda; Fauziati, Nurul; Ar-Riza, Isdijanto; Raihana, Yulia; Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan RawaLahan łebak danękal pada umumnya mempunyai kandungan C-organik tinggi tanahn»u cukup gentbur, seltingga mempunyai prawek untuk pengembangan tanaman kubis yang memerlukan kandungan C-organik tinggi. Lahan łebak dangkal selain C-organikn»u tinggi jaga mentpunyai kesuburan tanah yang lebih haik, karena proses pengkayuan dari luapan air sungai yang membawa lumpur dari wilayah hulu. Penelitian pupuk Ă'PK dan kapur pada tanaman kubis di lahan łebak dangkal, hertujuan untuk mendapatkan takaran pupuk NPK dan kapur yang dapat meningkatkan hasil kubis. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanggul Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan mulai bulan Oktober 2002 sampai dengan Januari 2003. Penelitian distcsun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok, dengan percobaan faktorial tiga ulangan. Sebagaifaktor I, dosis kapur dengan 3 taraf: (l) tanpa kapur, (2) I tha kapur, dan (3) 2 t/hakapur. Faktor II, 10 taraftakaranpupukNPK: (l) 0-0o, (2) 0-90-60, (3) 45-90-60, (4) 90-90-60, (5) 135-90-60, (6) 135-60-60, (7) 135-30-60, (8) 135-0-60, (9) 135-90-0, (10) 135-90-0. Bibit kubis varietas KK-Cross umur 25 (berdaun 4) ditanampadapolybagycn:g diisi 20 kg tanah. Kapur sesuai dosis diberikan 3 minggu sebelum tanam, sedangkan pupuk kandang 2,5 t/ha sebagai pupuk d,zsar diberikan I minggu sebelum tanam Setengah dosis pupuk N dan setengah dosis pupuk bersama pupuk P:Os diberikan pada umur satu minggu setelah tanam, sedangkan setengah dosis pupuk N dan K20 berikutnya diberikan pada umur 4 minŔgu setelah tanam Hasil bahwa pemberian pupuk NPK dan kapur serta interaksi keduan.vu berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter kanopi, lingkar krop dan bobot krop kubis. Sedangkan jumlah daun hanya dipengaruhi oleh pemberian pupuk NPK Kombinasi pemupukan dan pengapuran yang menghasilkan bobot krop tertingši (593,3 gram) diperoleh pada pemberian pupuk 45 N — 90 P 60 K dengan kapar 2
- ItemPENGARUH VARIETAS DAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN KUBIS DI LAHAN RAWA LEBAK(Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan Rawa, 2005) Fauziati, Nurul; Raihana, Yulia; Ar-Riza, Isdijanto; Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan RawaLahan rawa lebak mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan tanaman sayuran, terutama pada musim kemarau. Tanaman kubis merupakzm sayuran yang perlu diperkenalkan cara budidayanya kepada petani agarjenis sayuran ini tidak selalu didatangkan dari luar daerah. Untuk mendapatkan varietas kubis dan takaran pupuk organik yang sesuai di lahan rawa lebak, dilaksanakan penelitian di kebun percobaan Tanggul, kecamatan Simpur kabupaten Hulu Sungai Selatan pada MK 2002 Perlakuan disusun dalam Rancangan Petak Terpisah, 3 ulangan. Petak utama adalah 4 takaran pupuk organik (0; 2,5; 5,0 dan 10,0) t/ha varietas kubis (KK Cross, Gianty, Summer Power dan Green Hero) dan anakpetak adalah 4 takaran pupuk organik Hasil penelitian menunjukkan varietas kubis yang adaptifdi lahan rawa lebak adalah KK Cross dengan hasil yang dicapai 27,28 t/ha. Pupuk organik tidak perlu diberikan apabila C organik tanah sudah tinggi
- ItemPengelolaan Bibit dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Pasang Surut(BPTP Jambi, 2003) Ar-Riza, Isdijanto; BPTP JambiUsahatani padi di lahan pasang surut yang dilaksanakan selama ini belum memberikan hasil maksimal. Hal ini disebabkan selain oleh adanya kendala lahan yang dihadapi, seperti kemasaman tanah yang tinggi, tata air, kesuburan tanah yang rendah dengan heterogenitas yang tinggi serta keracunan hara ganda, juga karena belum diterapkannya pengelolaan tanaman yang sesuai dengan kondisi dan sifat lahan.
- ItemTeknologi Budidaya Padi Rintak di Lahan Rawa Lebak(BPTP Kalimantan Selatan, 2003-12) Ar-Riza, Isdijanto; Maskartinah; BPTP Kalimantan SelatanBuku ini memuat petunjuk teknis paket teknologi "Budidaya Padi Rintak di Lahan Rawa Lebak” dan diharapkan dapat bermanfaat bagi penyuluh pertanian, petugas lapang dalam membina petani di lapangan.
- ItemTEKNOLOGI SISTEM USAHATANI LAHAN LEBAK DANGKAL KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Ar-Riza, Isdijanto; Dj, HidayatNoor; Sutikno, Heru; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan lebak dangkal yang juga dikenal sebagai lebak pomatang mempunyai petensi beşar untuk usaha pertanian. Penelitian sistem usahatani yang telah dilak• sanakan selama lima tahun terakhir (1988/1989 s/d 1992/1993), telah menghasilkan tekrıhgi sistem usahatani di lahan rawa dangkal yang mampu meningkatkan pendapatan petani koperator menjadi RP. 2.201.243 j- atau tiga kali lebih beşar dari pada perdapatan petani nonkoperator. Teknologi sistem usahatani tesebut memerlukan yang lebih beşar daripada teknologi petani terutama untuk membuat guludan atau sulan untuk tanaman palawija dan sayuran di musim penghujan. Untuk menghindari biaya yang tinggi pembuatan surjan dapat dilakukan secara bertahap. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa marginal benefit coşt ratlo (MBCR) cukup beşar yakni 2.44, yang berarti sistem usahatani tersebut mempunyai prospek yang baik untuk düembangkan. Kendala yang masih harus di atasi diantaranya adalah: 1). belum ada karakterisasi lahan yang akurat 2).keterampilan petani masih harus ditingkatkan 3)sistem pnyediaan dana yang belum dapat mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya 4).kemauan politik. Jika kendala-kendala tersebut dapat diatasi maka pengembangan teknologi sistem usahatani lahan lebak akan berjalan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
- ItemUSAHATANI PADI PASANG SURUT DI KALIMANTAN BARAT(Balittra, 2005) Hatta, Muhammad; Ibrahim, Tatang M; Ar-Riza, Isdijanto; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPengembangan pertanian lahan pasang surut di Kalimantan Barat masih menghadapi berbagai kendala biofisik teknis dan sosial ekonomi. Pelaksanaan berbagai program pembangunan pertanian pada sub sektor tanaman pangan seperti gerakan Satu Juta Ton Beras (GENTATON) sudah berlangsung beberapa tahun, akan tetapi belum ada tolok ukur yang dapat memberi gambaran secara jelas dari keberhasilan pelaksanaan program tersebut. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan program tersebut adalah produksi, atau produktifitas. Pengalaman menunjukkan bahwa anjuran teknologi yang bersifat umum belum dilandasi oleh pertimbangan efisiensi serta belum memperhatikan sinergisme antar komponen teknologi dan lingkungan spesifik, maka keberlanjutan adopsi teknologi dan produksi belum dapat terjamin. Penerapan teknologi yang terpadu dengan lingkungan spesifik didukung oleh kelembagaan yang kondusifakan dapat meningkatkan hasil usahatani, dan menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya yang efektif dan efisien. Program pengelolaan lahan dan tanaman terpadu (PLTT) pasang surut dapat memberikan hasil yang optimal dan menguntungkan, tidak saja dari segi usaha tetapi juga terhadap kelestarian sumberdayanya. Kajian ini dilakukan pada tahun 2003 dan bertujuan untuk memperoleh model pengelolaan lahan dan tanaman terpadu di lahan pasang surut berbasis padi. Pengumpulan data dan informasi untuk masing-masing faktor yang diamati di lapangan dilakukan dengan metodafarm record keeping (FRK) Data yang diamati meliputi : keragaan teknologi produksi, input output produksi, tanggapan petani (kooperator dan non kooperator), dan hambatan yang ada baik teknis maupun non teknis, komponen pertumbuhan, komponen hasil, dan analisis usaha tani. Hasil kajian menunjukkan dengan diterapkannya model usahatani pengelolaan lahan dan tanaman terpadu di lahan pasang surut dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan rumahtangga tani. Hasil produksi tertinggi dicapai oleh petani kooperator 3,8 ton GKP/ha dengan pendapatan sebesar Rp. 4.566.000,- dan dapat menghasilkan keuntungan atas biaya total sebesar Rp. 2.372.906,- dan atas biaya tunai Rp. 2.662.000,- per musim dengan RC ratio masing-masing 2,95 dan 3.81.