Browsing by Author "Anwar, Khairil"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemEkosistem Lahan Gambut(Balittra, 2020) Mawardi; Maftuah, Eni; Anwar, Khairil; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemEvaluasi Sumberdaya lahan untuk mendukung Program Prima Tani di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin di Provinsi Jambi(BPTP Jambi, 2008) Anwar, Khairil; BS, Busyra; Salwati; BPTP JambiPembangunan pertanian yang produktif dan berkelanjutan memerlukan sarana dan prasarana yang dapat diandalkan, diantaranya ketersediaan informasi sumberdaya lahan yang handal, mutakhir, mudah ditampilkan dan diakses. Berkaitan dengan pelaksanaan Program Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian), yakni suatu konsep deseminasi teknologi yang langsung ke petani yang ditik beratkan dalam menunjang keberhasilan program pengembangan agribisnis, maka data sumberdaya lahan sebagai modal dasar perencanaan fisik pembangunan daerah memegang peranan penting agar pemanfaatan lahan lebih optimal.
- ItemHIDROLOGI(Balittra, 2021) Anwar, Khairil; Mawardi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaRawa merupakan kawasan wadah air yang berada di daerah relatif datar atau cekungan, di dalam kawasan tersebut terdapat tanah mineral, salah satunya adalah tanah/lahan sulfat masam (PP Rawa, 2013). Lahan sulfat masam merupakan tanah mineral hasil endapan laut (marin), mengandung senyawa pirit (FeS2) pada kedalaman hingga 100 cm dari permukaan tanah, karena itu lahan tersebut umumnya berada di kawasan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut (Anwar, 1995; Subagyo, 2006). Perubahan tinggi muka air laut memengaruhi gerakan air sungai utama yang bermuara ke laut dan badan-badan air yang bermuara ke sungai utama. Karakter air pasang surut sangat memengaruhi karakteristik lahan, baik ditinjau dari segi aspek air maupun aspek tanah. Selain itu adanya dinamika tinggi muka air sungai/saluran mengikuti dinamika muka air di laut memengaruhi kuantitas dan kualitas air pada suatu titik pengukuran.
- ItemPedoman Umum Inventori Gas Rumah Kaca dan Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Setyanto, Prihasto; Susanti, Emi; Las, Irsal; Amien, Istiqlal; Makarim, A. K.; Nursyamsi, Dedy; Rubiyo; Anwar, Khairil; Widarto, Heru Tri; Rejekiningrum, Popi; Surmaini, Elza; Estiningtyas, Woro; Suciantini; Pujilestari, Nurwindah; Sutarya, Rakhmat; Harmanto; Miranti; Hamdani, Adang; Sukarman; Wahyunto; Thalib, Amlius; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
- ItemPEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM TIPE B(Balittra, 1996) Anwar, Khairil; Alwi, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKebutuhan tiga pupuk utama (N, P, K) torus mcningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian onsionsl pemupukan torus monurun. Hal ini karena pemberian pupuk tidak borsifat sposifik lokasi. Agar pomupukan padi di lahan sawah rawa pasang sutut lebih cfisien maka pertu molakukan pemupukan yang mengacu pada hasit-hasil penelitian pada lahan tersebut. Lahan rawa pasang surut sulfat masam tipe B umumnya merupakan tanah sulfat masam yang masih muda (Sulfic Hydraquen0, dimana ait pasang besar (pasang tunggal) dapat masuk ke persawahan. Lahan tersebut cukup potensial untuk dikembangkan menjadi areal pertanian. Hasil-hasil penetitian pada lahan tersebut di atas menunjukkan bahwa dari ketiga macam pupuk tersebut. pupuk Nitrogen merupakan pupuk yang paling besar dan jelas pengaruhnya datam meningkatkan hasil gabah. Karena itu pupuk tersebut harus merupakan yang utama diperhatikan. Pemberian pupuk N sampai takaran 135 kg Niha meningkatkan hasil gabah secara linear. Pemberian pupuk N dilakukan setiap musim tanam, karena tidak punya efek residu. Pemberian urea briket lebih efisien dibanding urea butiran (pill), dan pemberian satu kali (umur7 HST) lebih efisien daripada dua kali. Sedangkan pemberian pupuk P tidak mampu meningkatkan hasil, sehingga pemberian pupuk P cukup dengan takaran kg P205/ha (50-75 kg TSP/ha) setiap musim tanam, guna menjaga kesuburan tanah tersebut, takaran dapat ditingkatkan bila mulai terlihat geja!a kahat P. Pengaruh pemberian pupuk K terhadap peningkatan hasil gabah relatif kecil. walaupun demiklan pupuk tersebut tetap diperlukan guna keseimbangan hara tanah dan memperbaiki daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan keracu nan besi. Pemberian cukup dengan takaran 30 kg K20/ha (50 kg KCtma) pada saat tanam
- ItemPengaruh Cara Tanam dan Pengendalian Gulma Padi di Lahan Rawa Pasang Surut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2018) Zarwazi, Lalu M.; Anwar, Khairil; Hasmi, Idrus; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Semakin menyempitnya lahan sawah yang subur terutama di pulau Jawa, karena terjadinya konversi lahan sawah menjadi prasarana umum dan industri dapat mengancam produksi padi nasional. Sebagai alternatif, pengembangan padi dapat diarahkan pada lahan sawah pasang surut. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan sistem tanam dan sistem pengendalian gulma terbaik di lahan pasang surut. Penelitian telah dilakukan di lahan petani di Desa Karang Buah, Kecamatan Belawang, Barito Kuala, Kalimantan Selatan pada MT-2 2016. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan split plot, dengan teknik tanam sebagai main plot dan teknik pengendalian gulma sebagai sub plot, dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik tanam yang menghasilkan produksi padi rawa yang tinggi adalah menggunakan sistem tanam pindah dan atabela jajar legowo. Sedangkan teknik pengendalian gulma paling efisien dalam penelitian ini adalah pengendalian gulma mekanis dua kali yang diikuti penggunaan herbisida.
- ItemPengelolaan Air di Lahan Rawa Pasang Surut(Iarrd Press, 2014-11) Noor, Muhammad; Anwar, Khairil; Alwi, Muhammad; Thamrin, Muhammad; Subagio, Herman;
- ItemPENGELOLAAN LAHAN BERPIRIT DI RAWA PASANG SURUT UNTUK OPTIMASI PADI(Balittra, 2021) Anwar, Khairil; Masganti; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemPENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI MELALUI PEMUPUKAN N, P DAN K DI LAHAN SULFAȚ MASAM TIPE C(Balittra, 1996) Alwi, Muhammad; Anwar, Khairil; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenaneman kedelai di Iahan pasang surut sulfat masam umumnya dihadapkan kemesaman tanah tinggî akibat oksidesi lapisan pirit yang menghasițkan esam sulfat Dalam keadaan masam, kelarutan Al, Fe dan Mn meningkat. Keadaan hi menpakbatkan terflksasinya ion P oleh Al menjadi Al-P yang tidak Iarut, sehingga P dalam tanah berkurang dan tanaman mengalami defisiensi P. Sefain basa-basa seperti K, Ca dan Mg umumnya rendah. Lahan pasang surut sulfat masam memiliki karakteristik kimia tanah sangat beragam. Tergantung pada kedataman lapisan bahan organik, kedalaman lapisan pirit dan sistem pengeblaan ait yang dłgunakan. Keseimbangan takaran pupuk N, P dan K yang sesuai untuk perF'aman kedelai di Iahan pasang surut sulfat masam berhubungan erat dengan karak. kimie tanahnya. Oleh karena itu kebutuhan pupuk N, P dan K untuk mercapai hasî kedeiai optimal perlu disesuaikan dengan karakteristik kimia tanahnya Bila ketersediaan N, P dan K tanah rendah, maka diperlukan tambahan pupuk N, P dan K daiam jumlah besar. Sebaliknya bila ketersediaan N, P dan K tanah tinggi, maka pupuk N, P dan K relatif kecil.
- ItemPotensi Sebaran lahan Rawa berdasarkan Luasan Tipologidan tipe Luapan di Kalimantan Selatan(BPTP Jambi, 2008) Hatmoko, Dwi; Aries S., Maulia; Anwar, Khairil; BPTP JambiLaju penyusutan lahan pertanian semakin dirasakan sangat mengganggu kelestarian pangan. Penyusutan lahan sawah di Pulau Jawa menyebabkan penurunan pasokan pangan nasional, oleh karena itu pemanfaatan dan pembukaan lahan-lahan baru diantaranya lahan rawa dapat menjadi alternatif untuk mengimbangi kehilangan produksi pangan nasional. Informasi sumberdaya lahan rawa mengenai sebaran dan luasan lahan rawa, karakteristik dan tipologi lahan masih terbatas. Sehingga diperlukan upaya mempercepat penyediaan data sumberdaya lahan rawa melalui kegiatan karakterisasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan rawa.
- ItemTEKNOLOGI KONSERVASI DAN REMEDIASI TANAH SULFAT MASAM(Balittra, 2017) Anwar, Khairil; Mawardi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaTanah sulfat masam merupakan salah satu jenis tanah yang terdapat di lahan rawa pasang surut, sebagian sudah dimanfaatkan untuk persawahan. Diperkirakan ada sekitar 6,7 juta hektar dan tersebar pada pulau Kalimantan, Sumatera dan Papua. Tanah tersebut dicirikan oleh adanya senyawa pirit (FeS2), dalam keadaan alaminya (tergenang), senyawa tersebut stabil, tidak berbahaya bagi tanaman, namun adanya aktifitas manusia seperti pembuatan saluran irigasi dan drainase, menyebabkan penurunan permukaan air tanah, terjadi oksidasi pirit, tanah menjadi sangat masam, kelarutan unsur yang bersifat toksik meningkat, dan produksi tanaman menurun, kemudian ion toksik tersebut terlarut ke perairan bebas, mengganngu biota perairan. Dengan kata lain, oksidasi pirit mengakibatkan terjadinya pencemaran insitu dan eksitu. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi konservasi dan remediasi tanah sulfat masam agar lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi/strategi konservasi dapat dilakukan melalui: (a) pemilihan lahan dengan kedalaman lapisan pirit > 50 cm, (b) penerapan teknologi penataan lahan agar oksidasi pirit minimal, (c) hanya dimanfaatkan untuk tanaman budidaya basah seperti padi, dan (d) penggenangan lahan. Teknologi remediasi tanah sulfat masam, antara lain: (a) pencucian ion toksik melalui teknologi tata air, (b) pemilihan varietas toleran kemasaman, keracunan Fe dan Al, (c) pemberian bahan amelioran, dan (d) penggunaan biofilter untuk menekan ion toksik yang terlarut.