Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Anggara, Agus W."

Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
  • No Thumbnail Available
    Item
    Diversitas Serangga Hama Gudang Pada Beras Hibrida Dalam Penyimpanan
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Anggara, Agus W.; Setyono, Agus
    Abstract Diversity of Storage Insect Pests in Hybrid Rice. The presence of storage insect pests particularly those observed at stored rice damaged the grains both qualitatively and quantitatively. A study on the occurrence of insect pests in hybrid rice storage was conducted in Seed Processing Unit of the Indonesian Center for Rice Research. The hybrid rice was processed at different milling degrees and was stored for 10 months. Samplings were taken once a month to observe the insect pest population. Results of the experiment indicated that 17 insect species were observed infesting at the stored hybrid rice. These 17 different insect pests were Rhyzopherta dominica, Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamais, Oryzaephilus mercator, Oryzaephilus surinamensis, Cryptolestes pussilus, Cryptolertes ferrugineus, Ahasverus advena, Tribolium confusum, Tribolium castaneum, Carphophilus dimidiatus, Ephestia elutella, Peregrinator biannulipes, Liposcelis bostrychophilus, and Liposcelis entomophilus. Two wasps' species, a kind of parasitoid species were observed. Sitophilus oryzae was the dominant species among the others. The longer the hybrid rice was stored, more abundant the insect pests were found. The highest numbers of insect pests were collected from the stored un-husked rice. Therefore, the un-husked rice was not recommended to be stored. Abstrak Diversitas Serangga Hama Gudang pada Beras Hibrida dalam Penyimpanan. Serangga hama gudang dapat menimbulkan kerusakan beras dalam penyimpanan, baik secara kuantitatif serangga pada penyimpanan beras hibrida telah dilakukan di Gudang Prosesing Benih, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Padi hibrida diproses menjadi beras dengan beragam derajat sosoh dan selanjutnya disimpan selama 10 bulan. Contoh beras untuk pengamatan jenis serangga yang menginfestasinya diambil tiap bulan sekali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teridentifikasi 17 spesies serangga pada penyimpanan beras hibrida, yaitu Rhyzopherta dominica, Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamais, Oryzaephilus mercator, Oryzaephilus surinamensis, Cryptolestes pussilus, Cryptolestes ferrugineus, Ahasverus advena, Tribolium confusum, Tribolium castaneum, Carphophilus dimidiatus, Ephestia elutella, Peregrinator biannulipes, Liposcelis bostrychophilus, Liposcelis entomophilus, dan 2 spesies parasitoid. Sitophilus oryzae merupakan spesies yang paling banyak ditemukan. Jumlah individu serangga meningkat seiring jangka waktu simpan beras. Populasi serangga hama paling banyak pada beras pecah kulit (tanpa penyosohan), sehingga beras pecah kulit tidak dianjurkan untuk disimpan.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Kesesuaian Penempatan Tanaman Perangkap Trap Barrier System Pada Ekosistem
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Anggara, Agus W.; Sudarmaji
    Abstract Suitability of Placement of Trap Barrier System (TBS) in Irrigated Rice Ecosystem. Basical mechanism work of the TBS based on the attractiveness of rats to the rice crops at early the generative growth stages. For the effectiveness of the TBS, therefore, it is very important to select appropriate location for the correct placement of the TBS. An experiment to study the suitable rat habitats for TBS placement was conducted in two blocks of farmer's rice-field rat endemic area in Pabuaran Sub-district, Subang District, West Java Province during the dry season of 2005. In the site of study four TBS units of 15 m x 15 m in size were established near the rat habitats such as the irrigation canal, road bank, village border, and the center of rice field. The short-maturity rice variety, Dodokan, was planted as the trap crop at the same transplanting time with those at the surrounding farmer's crops, called as synchronous TBS. Results of the study indicated that by planting the Dodokan rice variety, provided the trap crops attracted the rats to come into the TBS and made the synchronous TBS became effective to capture rats, even though the population of rat during DS 2005, was low. Total rat captured were 52 rats consisted of 36 female and 16 males. The highest number of rats was those captured by the TBS located near the road habitat and the lowest was those captured by the TBS located at the center of the rice crops. It is recommended, therefore that to function effectively, the TBS should be located in irrigation channel, road bank, and the village border. Abstrak Prinsip TBS adalah ketertarikan tikus sawah terhadap tanaman padi, yang mencapai stadium generatif lebih dahulu. Tanaman perangkap, sebagai komponen TBS yang berfungsi sebagai penarik tikus, harus ditempatkan di lokasi yang paling tepat agar TBS mampu berfungsi efektif. Percobaan lapangan untuk mempelajari lokasi penempatan TBS yang paling sesuai untuk pengendalian ikus sawah telah dilakukan di dua dua hamparan sawah irrigasi endemik tikus di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada MK 2005. Pada setiap hamparan sawah, ditempatkan masing-masing 4 unit TBS berukuran 15 m x 15 m di dekat habitat tikus, yaitu di tanggul irigasi, di perbatasan kampung, di tanggul pematang besar, dan di tengah hamparan sawah. Tanaman padi berumur genjah (varietas Dodokan) sebagai perangkap, ditanam bersamaan dengan waktu tanam petani dan diharapkan agar tanaman varietas genjah tersebut mencapai stadium generatif lebih dulu dari tanaman sekitar milik petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat penelitian berlangsung populasi tikus sangat rendah. Selama 76 hari pengamatan, sebanyak 52 ekor tikus, terdiri atas 16 jantan dan 36 betina, mendatangi TBS dan tertangkap dalam bubu. Ini menunjukkan bahwa TBS mampu berfungsi untuk menarik tikus datang ke dalam TBS. Tikus mulai tertangkap ketika tanaman perangkap berumur 2 minggu dan paling banyak pada TBS yang ditempatkan di dekat pematang besar, sedangkan yang paling sediki adalah pada TBS di habitat tengah sawah. Berdasarkan hasil tersebut, agar TBS berfungsi efektif, direkomendasikan TBS sebaiknya ditempatkan di dekat tanggul irigasi, di tanggul jalan, dan di batas perkampungan.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Penyebaran Lubang Aktif Tikus Sawah Pada Agroekosistem Sawah Irigasi Dataran Rendah
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Anggara, Agus W.; Ginanjar, Gigin
    Lubang aktif adalah lubang yang dihuni tikus sawah sebagai sarang tempat tinggalnya. Pada agroekosistem sawah irigasi terdapat beragam habitat sebagai lokasi untuk tikus membuat lubang sarangnya. Penelitian di lahan sawah BB Padi dilakukan sepanjang MK 2013 untuk mengetahui penyebaran lubang aktif tikus sawah pada agroekosistem sawah irigasi. Pengamatan dilakukan dengan menghitung lubang aktif pada semua habitat di hamparan sawah tersebut. Hasil pengamatan ditemukan total 65 lubang aktif tikus yang terdapat pada habitat tanggul jalan, tanggul irigasi, bantaran sungai, tanggul kolam, dan pematang. Sebagian besar (78%) lubang aktif berada pada jarak 1,4 ± 0,8 m dari pertanaman padi atau sumber air. Pada saat padi stadia vegetatif, lubang aktif tersebar pada habitat tanggul jalan (59,2%), tanggul irigasi (18,5%), bantaran sungai (14,9%), dan tanggul kolam (7,4%). Pada periode generatif padi, terjadi peningkatan jumlah lubang aktif sekitar 29%. Hal tersebut diduga berhubungan dengan aktivitas reproduksi tikus sawah yang bertepatan dengan stadia generatif padi. Pada periode ini, lubang aktif ditemukan pada semua habitat, meliputi tanggul jalan (57,9%), tanggul irigasi (21,1%), bantaran sungai (11,5%), tanggul kolam (6,9%), dan pematang (2,6%). Habitat yang lebih dipilih tikus sawah sebagai lokasi membuat lubang sarang adalah tanggul yang berukuran relatif lebar (4-6m) dan tinggi (1- 3m). Hasil penelitian juga membuktikan bahwa habitat tanggul jalan, tanggul irigasi, dan bantaran sungai merupakan lokasi yang disukai tikus sawah untuk membuat lubang sarangnya.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Struktur Populasi Tikus Sawah Dalam Lubang Sarang di Lahan Sawah Irigasi Berpola Tanam Tidak Serempak
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Anggara, Agus W.; Nurhandiansyah, Tantan; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Perkembangbiakan tikus sawah berlangsung di dalam lubang sarang sehingga penggandaan populasi tersebut sering tidak terpantau. Penelitian dilakukan di lahan sawah BB Padi pada MK 2013 untuk mengetahui struktur populasi tikus sawah di dalam lubang sarang. Koleksi data dilakukan dengan fumigasi lubang aktif dan semua tikus tangkapan dicatat atribut biologinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanaman padi MK 2013 di lahan sawah BB Padi berpola tanam tidak serempak. Sekitar 50% lahan (±80 ha) dilakukan olah lahan dan tanam ulang pada petak-petak sawah yang terserang wereng coklat, sehingga pertanaman baru berselisih umur 30-40 hari dengan tanaman padi yang selamat. Pada petakpetak lahan yang pertanaman padinya stadia vegetatif (Jl. 3-6), diperoleh 21 ekor tikus dewasa (8 jantan, 13 betina) dari 12 lubang aktif atau setiap lubang aktif ratarata berpenghuni 1,75 ekor tikus. Rata-rata umur tikus tersebut 194 hari (104-448 hari). Semua tikus jantan aktif reproduksi dengan rata-rata lebar skrotum 21,4mm, sedangkan 10 ekor tikus betina (77%) berkondisi siap kawin. Pada petak-petak lahan yang pertanaman padinya stadia generatif (Jl. 7-9), diperoleh total 21 lubang aktif dengan 11 ekor tikus dewasa (5 jantan, 6 betina) dan 39 anak tikus di dalamnya atau setiap lubang aktif berpenghuni rata-rata 8,3 ekor tikus. Semua tikus dewasa dalam kondisi reproduksi aktif, dengan lebar skrotum tikus jantan rata-rata 25mm, sedangkan betina dalam kondisi siap kawin (50%), bunting (16,7%), menyusui (16,7%), serta bunting sambil menyusui (16,7%). Rata-rata jumlah anak pada petak padi generatif adalah 8 ekor per kelahiran. Secara umum terlihat bahwa pada pola tanam tidak serempak, lubang aktif pada petak padi stadia vegetatif berpenghuni tikus dewasa, sedangkan lubang aktif petak padi generatif berisi tikus dewasa dan anak-anaknya.

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback