Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Adi Widjono"

Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Analisis Sosial-Budaya Pengembangan Padi di Merauke
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006) Adi Widjono
    Merauke mempunyai potensi alam dan ekonomi amat besar untuk dikembangkan sebagai salah satu sentra produksi beras nasional. Tetapi karena padi bukan komoditas asli Merauke, pengembangan itu menghadapi risiko sosial budaya. Budaya asli Papua, termasuk Merauke, sangat kompleks, masih sangat kuat, dan umumnya kurang difahami para pembuat kebijakan dan penduduk pen- datang. Saat ini masyarakat asli Papua tertarik untuk ikut membudidayakan padi, mungkin disebabkan karena padi tidak terikat oleh adat dan secara ekonomis lebih menguntungkan daripada komoditas tradisional. Tetapi, dalam jangka panjang, pengabaian komoditas tradisional mungkin akan dipersepsikan sebagai perusakan identitas budaya asli. Hal itu dapat menimbulkan beban psikis budaya pada masyarakat asli dan beban politik nasional pada pemerintah. Pengembangan komoditas tradisional bersama dengan padi akan memperkuat diversifikasi pangan dan daya saing pertanian Merauke. Padi layak dikembangkan secara optimal di Merauke dengan memperhatikan budaya asli. Berbagai komoditas tradisional dan komoditas berpotensi lain perlu ikut dikembangkan secara seimbang. Untuk pengembangan daya saing masyarakat asli, mendatangkan tenaga terampil dari luar Merauke untuk sementara sebaiknya dihindarkan. Sistem penyuluhan yang besar, sistematis, dan terencana diperlukan terutama untuk kulturasi masyarakat asli pada budidaya padi. Penyuluhan harus berfungsi sebagai jembatan informasi dua-arah, sebagai katalisator kesaling-mengertian antara masyarakat tani dan, khususnya, pemerintah. Sejumlah besar penyuluh bermutu tinggi akan diperlukan. Di samping untuk meningkatkan produktivitas petani padi yang telah ada, penyuluhan harus mampu menyadarkan dan mem- berdayakan masyarakat asli. Di fihak lain, sosialisasi kepada masyarakat pen- datang diperlukan untuk lebih memahami dan menghargai budaya asli. Berbagai sektor dan subsektor harus dikembangkan secara simultan, seperti sarana transportasi, sistem tata niaga, industri pasca panen, dsb.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Aspek Budaya dalam Adopsi Inovasi: Antisipasi Kasus Pengembangan Padi di Merauke
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007-12-16) Adi Widjono
    Keputusan petani untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi (teknis atau kelembagaan) selalu didasarkan pada pertimbangan yang lebih luas daripada sekedar aspek teknis dan finansial bidang pertanian. Mereka juga mempertimbangkan budaya, nilai-nilai pribadi dan sosial, yang tidak selalu mudah dinalar dan karenanya kerap diabaikan para agen pembangunan. Pengabaian budaya petani dalam pembangunan pertanian bukan hanya dapat menggagalkan adopsi suatu inovasi, tetapi juga dapat mengakibatkan konflik yang kontra produktif dan tidak perlu. Program pengembangan Kabupaten Merauke sebagai lumbung pangan nasional perlu diselenggarakan secara hati-hati dengan mempertimbang- kan aspek budaya masyarakat adat setempat yang merasa makin terdesak di lahan leluhur mereka sendiri. Dengan demikian program tersebut akan mem- berikan dampak nasional secara nyata, sekaligus meningkatkan kesejahteraan yang adil bagi masyarakat adat setempat. P ara agen pembangunan pertanian (peneliti, penyuluh, pembuat- kebijakan, dsb.) kadang-kadang kurang berhasil meyakinkan petani untuk mengadopsi inovasi, baik teknis maupun kelembagaan. Kebanyakan kasus semacam itu disebabkan bukan oleh faktor teknis inovasi yang keunggulannya telah teruji, tetapi oleh faktor sosial. Kekakuan para agen pembangunan untuk hanya memperhatikan aspek teknis dan mengabaikan aspek sosial menghambat adopsi inovasi oleh petani. Sebagai individu atau anggota masyarakat sosial, setiap petani adalah subyek yang selalu memroses informasi dari sekitarnya, dan dengan itu membuat keputusan-keputusan yang dia anggap terbaik bagi dirinya. Persepsi2 bahwa petani, karena tingkat sosialnya yang rendah atau karena alasan lainnya, kurang mampu membuat keputusan terbaik bagi dirinya sendiri, adalah anggapan yang keliru. Persepsi semacam itu mereduksi kemanusiaan petani sebagai obyek, bertentangan dengan prinsip pem- bangunan pertanian yang ditujukan antara lain untuk lebih memanusiakan petani.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Bank Pengetahuan Padi Indonesia
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008) Unang G. Kartasasmita; Adi Widjono; K. Pirngadi; Bambang Sriyono; Achmad Subaidi; A. Kasno; Sigit Nugraha; Penny I. Iskak
    BPPI berisi kumpulan pengetahuan mengenai padi untuk mendiseminasikan pengetahuan mengenai hasil-hasil penelitian dan inovasi teknologi padi. Aspek yang dimuat antara lain aspek teknis, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, kebijakan menyangkut beras, gabah, dan pengelolaan jerami.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Penelitian Pemuliaan Padi
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1982-12-02) Adi Widjono; Mahyuddin Syam
    Buku ini berisikan penelitian pemuliaan padi yang telah dan sedang dijalankan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan untuk dijadikan bahan informasi
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Prosiding Simposium V Tanaman Pangan Inovasi Teknologi Tanaman Pangan
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008-12-16) A. Karim Makarim; Bambang Suprihatno; Zulkifli Zaini; Adi Widjono; I Nyoman Widiarta; Hermanto; Husni Kasim
    Tantangan dalam peningkatan produksi tanaman pangan makin beragam. Konversi lahan pertanian yang masih terus berlangsung di beberapa daerah, penurunan kualitas lahan dan lingkungan, organisme pengganggu tanaman yang terus berkembang, masih tingginya kehilangan hasil pada saat panen dan setelah panen, rendahnya gizi anak di beberapa daerah karena tidak mem- peroleh masukan yang memadai dari makanan yang dikonsumsi, dan tidak memadainya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani tanaman pangan adalah bagian penting dari tantangan perlu diatasi. Pengalaman selama ini membuktikan penerapan teknologi dapat memecahkan masalah teknis yang dihadapi dalam peningkatan produksi. Oleh karena itu Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan melalui unit pelaksana teknis penelitiannya senantiasa melakukan penelitian untuk menghasilkan inovasiteknologi yang mampu memberikankontribusi yang lebih besar bagi peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, perbaikan gizi masyarakat, dan peningkatan pendapatan petani. Untuk mengevaluasi inovasi teknologi yang dihasilkan melalui penelitian dalam beberapa tahun terakhir, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan menyelenggarakan Simposium V Penelitian Tanaman Pangan di Bogor pada 28-29 Agustus 2007. Informasi dari inovasi teknologi tersebut, yang diterbitkan dalam prosiding simposium ini, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan tanaman pangan. Akhir kata, saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam Simposium V Tanaman Pangan dan penerbitan prosiding ini.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Sagu: Potensi Besar Pertanian Indonesia
    (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007-12-04) F.S. Jong; Adi Widjono
    Sagu telah lama menjadi sumber utama karbohidrat masyarakat di beberapa wilayah nusantara. Bila dikembangkan pemanfaatannya sebagai bahan pangan pokok, komoditas ini dapat mengatasi masalah ketahanan pangan nasional. Namun arti penting sagu lebih pada potensinya yang besar sebagai penghasil pati untuk industri. Kebutuhan pati bagi industri dunia saat ini sekitar 50 juta t/ tahun dengan laju pertumbuhan 7,7%/tahun. Dalam kondisi harga minyak bumi yang terus melambung serta tekanan pelestarian lingkungan, pati semakin diperlukan untuk menghasilkan produk ramah lingkungan seperti plastik organik dan ethanol. Sagu merupakan penghasil pati yang jauh lebih efisien dibanding komoditas penghasil pati lain, dan dengan kelimpahannya, pemanfaatannya untuk industri tidak mengancam ketersediaannya sebagai pangan. Sekitar 50% potensi sagu dunia ada di Indonesia, dan sekitar 90% potensi sagu Indonesia ada di Papua, termasuk Papua Barat. Karena itu Indonesia mempunyai peluang amat besar untuk menjadi pelopor dalam modernisasi industri pengolahan sagu. Pemanfaatan potensi sagu yang begitu besar di Indonesia akan menguntungkan secara ekonomis, budaya, lingkungan, dan politik. Untuk mengembangkan sagu nasional, dukungan dan kerja sama pemerintah, swasta, dan masyarakat setempat amat diperlukan. S agu (Metroxylon sagu Rottb.) telah lama dibudidayakan secara luas atau dipelihara petani kecil dan masyarakat tradisional di beberapa wilayah Nusantara, seperti Riau, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua. Khususnya di Maluku danPapua, sagu telah lama menjadi sumber karbohidrat yang penting bagi penduduknya. Bila dikembangkan, sagu dapat menjadi pangan alternatif yang meringankan atau bahkan mengatasi masalah ketahanan pangan nasional. Berkaitan dengan itu berbagai penelitian telah dilakukan (a.l. Purwani et al. 2005). Simposium sagu internasional keenam di tahun 1996 juga mengangkat topik sagu sebagai pangan dan pakan masa depan (Jose & Rasyad 1996). Tetapi nilai ekonomis sagu lebih pada potensi- besarnya sebagai bahan baku industri.

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback