Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi by Author "Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku"
Now showing 1 - 20 of 135
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Suneth, Risma Fira; Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPeningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan varietas unggul baru. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari penggunaan varietas baru diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan. Tujuan kajian adaptasi beberapa vari etas unggul baru padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) untuk mendapatkan 1 -2 varietas baru produktivitas tinggi (= 7 t ha-1) dan adaptif terhadap lingkungan spesifik untuk dikembangkan. Pengkajian dilakukan di Kecamatan Kairatu Barat kabupaten Seram Bagian Barat dari bulan Mei hingga September 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kali ulangan. Perlakuan menggunakan lima varietas padi sawah yang terdiri dari Inpari 21, Inpari 24, Inpari 26, inpari 27 dan inpari 28. Ukuran petak perlakuan (varietas) 10m x 50m sehingga luas ulangan 0,25 ha. Sistem tanam yang digunakan adalah legowo 2:1 dengan jarak tanam 10 x 20 x 40 cm yang diisi 1 -3 batang per lubang. Teknologi lain yang diterapkan adalah komponen dasar dan pilihan yang terdapat dalam model Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa varietas baru inpari 24, inpari 26, inpari 27 dan inpari 28 memberikan hasil tertinggi ( > 7 t ha-1 ) secara berturut – turut adalah 9,55; 7,72; 9,48; dan 9,5 ton GKP ha di atas varietas eksisting Ciherang, mekongga dan cigeulis (4-6 t/ha) sehingga dapat dikembangkan di sekitar wilayah kabupaten Seram Bagian Barat.
- ItemAdopsi Inovasi PTT Padi Sawah Di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Van Room, Maryke Jolanda; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPada dasarnya, sebagai individu petani tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan usaha taninya. Oleh karena itu, keberadaan bantuan dari luar sangat diperlukan, baik secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak langsung dalam bentuk intensif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dalam mengadakan tindakan perubahan. Untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku petani, demi terwujudnya perbaikan mutu hidup, perlu disampaikan melalui kegiatan penyuluhan. Pesan-pesan pembangunan pertanian yang disuluhkan harus mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang memiliki sifat pembaharuan pada masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian baru mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran, akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap dan juga baru karena belum diterima, dilaksanakan atau diterapkan oleh seluruh petani setempat. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi dan hubungannya dengan adopsi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, berlokasi di desa Kobisonta, Kabupaten Maluku Tengah. Populasi dalam penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) sebanyak 90 responden. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara kecepatan adopsi dan inovasi teknologi PTT padi sawah adalah Karakteristik Responden: umur responden dalam kategori tinggi/muda, tingkat pendidikan sedang dan pengalaman usahatani tinggi; Sifat-sifat Inovasi termasuk dalam kategori sedang; Saluran Komunikasi termasuk dalam kategori tinggi; Kegiatan Promosi tentang PTT padi termasuk dalam kategori sedang; dan Jenis Keputusan Inovasi termasuk dalam kategori sedang. Adopsi dan difusi inovasi PTT padi untuk penggunaan varietas unggul, benih bermutu, bibit muda, jumlah bibit dan sistem tanam, pemeliharaan serta panen dan pascapanen sesuai dengan rekomendasi atau dalam kategori tinggi. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi dengan adopsi inovasi adalah nyata pada faktor karakteristik responden, sifat inovasi dan saluran komunikasi.
- ItemAgribisnis Usaha Ternak Sapi Potong Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (Puap) Di Kabupaten Jayapura, Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Tiroja, Siska; Tiro, Batseba M W; Usman; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPerkembangan pembangunan di Propinsi Papua saat ini mulai membaik dibandingkan tahun-tahusebelumnya. Di era pemerintahan yang baru dengan semangat kerjanya yang tinggi menjadikan Papua cukumendapat perhatian. Sebagai salah satu Propinsi di Kawasan Timur Indonesia dan apabila dibandingkadengan Kawasan Barat Indonesia, dalam perkembangannya berbagai sektor pembangunan cukup lambanamun demikian apabila ditinjau berdasarkan potensi sumberdaya alam dan ketersediaan hijauan (padanpenggembalaan) sangat potensial bagi pengembangan ternak bila ditinjau dari potensi sumber daya alamnyaKebijakan dan program yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran pembangunan peternakan di Papusalah satunya yaitu melalui program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) terutama ditinjau daagribisnis usaha ternak sapi potong yang merupakan komoditi unggulan di kabupaten Jayapura. Berbaga upaya terus dilakukan melalui pengembangan kawasan produksi peternakan, mengembangkan usahagribisnis berbasis komoditas melalui pengembangan agribisnis peternakan, dan menyediakan sarana dan prasarana pendukung sarana produksi. Oleh karena itu perlu diinformasikan potensi pet ernakan, ketersediaadan dukungan teknologi pakan sapi dalam mendukung teknologi usaha ternak sapi sehingga upaya untumengembangkan agribisnis usaha ternak sapi potong ditingkat peternak dapat tercapai.
- ItemAktivitas Antioksidan Asap Cair Dari Cangkang Kenari (Canarium Indicum) Dan Aplikasi Dalam Produk Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Asap(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Leha, Maria Alexanderina; Dompeipen, Edward Julys; Lady, Tjoeng; Simanjuntak, Partomuan; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuCangkang kenari adalah limbah yang dihasilkan dalam produksi biji kenari.Biji kenari merupakan bahan pangan popular karena kaya akan omega 3, omega 9 yang bermanfaat bagi kesehatan. Limbah cangkang kenari yang berlimpah dapat diinovasi menjadi produk asap cair yang berperan pada teknologi pangan sebagai bahan tambahan pangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan asap cair dari cangkang kenari dengan waktu pengeringan yang berbeda terhadap aktivitas antioksidan yang diaplikasikan pada ikan asap. Penelitian dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu, proses pengeringan cangkang kenari, pembuatan asap cair, analisis asap cair (fisika dan kimia, benzo(a)piren, analisis aktivitas antioksidan) dan aplikasi asap cair dalam pengolahan ikan, analisa data mutu ikan asap menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, dan sebagai pembanding terhadap mutu ikan cakalang asap digunakan Persyaratan Mutu Ikan Asap (SNI 01-2725-1992). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa analisis cangkang kenari A1 dan A2 diperoleh kadar selulosa (40,59%; 26,30%), hemiselulosa (20,34%; 15,48%), lignin (32,68%; 47,03%), abu (4,25%; 7,14%). Sifat kimia asap cair (A1 dan A2) , asam organik (6,91%; 10,62%), fenol (0,55%; 2,81%), karbonil (6,05%; 9,97%), benzo(a)piren (tidak terdeteksi: tidak terdeteksi). Aplikasi asap cair untuk pengolahan ikan asap, memperlihatkan bahwa waktu proses pengeringan cangkang kenari, konsentrasi asap cair dan waktu penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter organoleptik, kadar air, abu tak larut dalam asam, TPC, sedangkan parameter Escherichia coli dan kapang tidak berpengaruh terhadap mutu ikan cakalang asap. Perlakuan A1B1C3 dan A1B2C3 khusus untuk parameter organoleptik (6,86 dan 6,94) tidak sesuai dengan persyaran mutu ikan asap (SNI 01-2725-1992), sedangkan parameter lainnya memenuhi persyaran mutu ikan asap (SNI 01-2725-1992). Aktivitas antioksidan (A1) sebesar 314,57 bpj sehingga memiliki aktivitas sebagai antioksidan sedang dan pada (A2) aktivitas sebesar 39,09 bpj sehingga sangat aktif sebagai antioksidan.
- ItemAnalisis Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan Petani Memilih Varietas Unggul Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hetharia, Imelda; Riry, Johan; Tatitapata, Aurellia; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBerkembangnya inovasi teknologi dalam perbenihan padi sawah menghasilkan banyak varietas unggul padi sawah yang telah dilepas oleh Kementerian Pertanian. Petani di masing-masing daerah memiliki pertimbangan yang berbeda-beda untuk memilih varietas unggul padi sawah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan keputusan petani memilih varietas unggul padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Petani yang menjadi responden sebanyak 125 orang, pemilihan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih varietas unggul padi sawah meliputi potensi hasil, umur panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kerebahan tanaman, harga beli benih, aromatik, tekstur nasi dan kemudahan memperoleh benih. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang menentukan keputusan petani memilih varietas unggul padi sawah digunakan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tekstur nasi, harga beli benih dan kemudahan memperoleh benih berpengaruh dalam menentukan keputusan petani memilih varietas unggul padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat, sedangkan potensi hasil, umur panen, ketahanan hama dan penyakit, kerebahan dan aromatik tidak berpengaruh dalam menentukan keputusan petani memilih padi varietas unggul di Kabupaten Seram Bagian Barat.
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Pemanfaatan Biochar Pada Sistem Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Seran, Yohanes Leki; Kote, Mode; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSalah satu lahan potensial yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mendukung kemandirian pangan yakni lahan sawah tadah hujan. Masyarakat di daerah lahan kering yang belum memiliki infrastruktur pengairan yang memadai dapat mengembangkan sistem usahatani padi sawah dengan mengandalkan ketersediaan curah hujan. Rendahnya curah hujan yang didukung oleh tidak menentunya pola distribusi curah hujan dapat mengganggu pertanaman padi sawah tadah hujan bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan. Dalam rangka mepertahankan produktivitas yang diperoleh selama ini bahkan meningkatkan produktivitas padi sawah tadah hujan diperkenalkan pemanfaatan Biochar dan kompos pada usahatani tersebut. Penelitian ini bertujuan (a) mempertahankan produktivitas usahatani padi sawah tadah hujan. (b) mengevaluasi kelayakan finansial pemanfaatan Biochar pada sistem usahatani padi sawah tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan di hamparan persawahan Kutu loncat - Ben Mboy pada musim tanam 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan Biochar dan kompos pada pengelolaan sistem usahatani padi sawah tadah hujan dapat memacu ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman yang diusahakan sehingga tanaman yang diusahakan mampu memberikan produktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistem usahatani padi sawah tadah hujan yang tidak diaplikasikan Biochar dan kompos. Hasill analisis R/C ratio Sistem usahatani padi sawah tadah hujan yang menggunakan Biochar dan kompos lebih besar dari sistem usahatani padi sawah tadah hujan yang tidak menggunan Biochar dan Kompos dan system usahatani padi sawah tadah hujan pola petani. Dan analisis terhadap marginal Benifit Cost Ratio meunjukkan bahwa penggnuaan Biochar dan Kompos lebih layak untuk dikembangkan atau diaplikasikan pada system usahatani padi sawah tadah hujan.
- ItemAnalisis Kemandirian Kacang-Kacangan, Sayur Dan Buah Di Maluku Utara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Susanto, Andriko Noto; Siregar, Idri Hastuty; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuAnalisis kemandirian sayur, buah, bumbu dan kacang-kacangan bertujuan untuk mengetahui neraca kecukupan domestik serta tingkat kemandirian pangan di Maluku Utara. Study/analisis data bersifat kuantitatif-deskriptif dengan menggunakan database pangan BPS 2015 dari setiap Kab./Kota di Provinsi Maluku Utara serta data dari Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, meliputi jumlah ketersediaan pangan, jumlah kebutuhan pangan, eraca pangan serta tingkat kemandirian panganyang berasal dari sayur, buah , bumbu dan kacang-kacangan. Pada tahun 2014, Maluku Utara mengalami defisit energi dari kacang-kacangan sebesar -31.595.060,157 kkal. Produksi kacang-kacangan hanya mampu mencukupi 39.5 % kebutuhan domestik. Sayur dan buah mengalami surplus sebesar 29.179.254,220 kkal , dengan tingkat kemandirian pangan mampu mencukupi sebesar 146,6 % dari kebutuhan masyarakat lokal. Sedangkan kebutuhan bumbu mengalami defisit sebesar -29.985.395,958 kkal dan hanya mampu memenuhi 4,3% kebutuhan domestik di Maluku Utara. Kekurangan kalori dari sumber kacang-kacangan dan bumbu diperoleh dari provinsi lain maupun impor dari luar negeri.
- ItemAnalisis Kemandirian Pangan Sumber Karbohidrat Di Provinsi Maluku Utara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Susanto, Andriko Noto; Ramijah, Khadijah El; Siregar, Idri Hastuty; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuAnalisis tingkat kemandirian pangan sumber karbohidrat (padi/serelia dan umbi) di Provinsi Maluku Utara telah dilakukan berdasarkan database pangan dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara tahun 2015. Analisis data pangan dilakukan secara kuantitatif-deskriptif meliputi jumlah ketersediaan pangan, jumlah kebutuhan pangan, neraca pangan serta perhitungan kemandirian pangan sumber karbohidrat. Total kebutuhan kalori seluruh penduduk Maluku Utara tahun 2015 yang bersumber dari padi/serelia adalah 522.335.875.628 kkal sedangkan ketersediaan kalori hanya mencapai 167.090.232.412 kkal sehingga terjadi defisit sebesar -355.245.643.22 kkal. Total kebutuhan kalori dari aneka umbi adalah 62.680.305.076 kkal sedangkan ketersediaan mencapai 352.879.679 kkal, sehingga mengalami surplus sebesar 290.199.374 kkal . Tingkat kemandirian pangan dari padi/serelia hanya 33% sedangkan umbi-umbian mencapai 198% . Jika total kelebihan energi dari kelompok umbi-umbian dijumlahkan dengan kelompok padi/serelia maka tingkat kemandirian pangan sumber karbohidrat di Maluku Utara meningkat menjadi 59. 5%. Sumber energi pangan di Maluku Utara seharusnya dapat tercapai jika masyarakat bersedia mengurangi konsumsi beras dan beralih ke umbi-umbian karena tersedia dalam jumlah yang banyak serta mengandung karbohidrat yang tinggi. Oleh karena itu program diversifikasi pangan perlu terus digalakkan untuk mencapai ketahanan dan kemandirian pangan secara spesifik lokasi.
- ItemAnalisis Keunggulan Usahatani Cabe Rawit Di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Yuniarsih, Eka Triana; Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuCabe rawit merupakan komoditas hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat, dan merupakan salah satu sektor yang diunggulkan di SulSel. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keunggulan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sul awesi Selatan; (2) keuntungan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sulawesi Selatan; (3) kelayakan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2016. Populasi penelitian semua petani cabe rawit di Kab. Maros. Pengambilan petani sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekundern dan metode observasi, wawancara, dan pencatatan. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil analisis keunggulan cabe rawit di Kab. Maros SulSel menggunakan analisis LQ dengan nilai 9,7 yang menggambarkan bahwa cabe rawit merupakan sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dikarenakan nilai LQ > 1. Hasil analisis usahatani cabe rawit menunjukkan rata-rata produksi 8,6 ton dengan pendapatan sebesar Rp 69.104.083, dan hasil analisis menunjukkan R/C rasio 3,02. Berdasarkan analisis deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani cabe rawit layak diusahakan.
- ItemAnalisis Komparatif Dan Prospek Pengembangan Usahatani Tumpangsari Kacang Tanah Dengan Jagung Pada Lahan Kering Masam Di Provinsi Bengkulu(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sugandi, Dedi; Yesmawati; Wibawa, Wahyu; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSistem tumpangsari meningkatkan produktivitas, pendapatan petani dan efisiensi penggunaan lahan. Provinsi Bengkulu memiliki lahan kering masam yang potensial untuk pengembangan dan peningkatan produksi kacang tanah dan jagung dengan sistem tumpangsari . Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pendapatan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung pada lahan kering masam di Kabupaten Bengkulu Tengah, (2) mengetahui prospek pengembangan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung pada lahan kering masam di Kabupaten Bengkulu Tengah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan September 2014 di Kabupaten Bengkulu Tengah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) dan uji t (t-test) untuk membandingkan pendapatan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung. Prospek usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung diukur dengan Skala Likert terhadap 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung lebih tinggi (Rp. 40.830.000) dibandingkan dengan monokultur (Rp. 32.850.000) dengan selisih pendapatan sebesar Rp. 7.506.500, (2) Usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung lebih efisien dibandingkan dengan monokultur, (3) Usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu
- ItemAnalisis Prioritas Pengembangan Dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Subsektor Peternakan Di Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian Analisis Prioritas Pengembangan dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi KomoditasUnggulan Peternakan di Provinsi Maluku telah dilakukan, kegiatan bertujuan menginventarisasi dan/atauidentifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsector peternakandi provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan danFocus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangankomoditas ternak ruminansia di propinsi Maluku yaitu sapi, kambing, domba dan babi, sedangkan komoditas ternak unggas yaitu itik. Sentra pengembangan ternak sapi yaitu kabupaten Maluku Tengah, Buru, SBB danSBT. Sentra pengembangan ternak babi di Ambon, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan KepulauanAru. Sentra pengembangan ternak kambing di kabupaten Tual dan Buru Selatan, sedangkan sentrapengembangan domba di kabupaten Maluku Barat Daya. Komoditas unggulan ternak unggas yaitu itik dikabupaten Buru. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas ternak yaituSapi (Teknologi pengolahan pakan dari jerami padi , Teknologi IB, Teknologi pengolahan pupuk organik padatdan cair), Kambing (teknologi penanganan penyakit kembung dan diare, teknologi pemeliharaan secaraintensif, teknologi pengolahan pakan ternak kambing), Babi (ketersediaan vaksin setiap saat, Teknologipemeliharaan secara intensif), Itik (Teknologi mesin tetas sederhana, teknologi pemanfaatan pakan dari limbah alami lokal, teknologi pemeliharaan intensif).
- ItemAnalisis Usaha Tani Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Lou, Aksan; Latuconsina, Rizal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBawang merah merupakan komoditas prioritas dalam pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, yang cukup strategis dan ekonomis dipandang dari dari segi keuntungan usahatani. Salah satu masalah dalam budidaya bawang merah adalah produktivitas yang rendah yang disebabkan karena petani melakukan budidaya bawang merah menggunakan komponen teknologi yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan PTT yang mengintegrasikan sumberdaya lahan, air, OPT dan iklim secara tepat dan berimbang untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Berdasarkan hasil pengkajian ini, di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, didapatkan bahwa produktivitas bawang merah menggunakan varietas Bima terbukti lebih baik dibandingkan Super Philips. Budidaya bawang merah menggunakan PTT memberikan produktivitas, penerimaan, pendapatan dan rasio R/C yang lebih baik dibandingkan dengan pola petani sehingga budidaya bawang merah layak untuk dikembangkan
- ItemAnalisis Usahatani Dan Pola Kemitraan Kelembagaan Pemasaran Bawang Merah Di Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kabupaten Jeneponto)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Suddin, Andi Faisal; Husnah, Nurdiah; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian ini bertujuan 1) Menganalisis kelayakan usahatani komoditi bawang merah 2) Mengidentiifkasi pola distribusi dan kelembagaan pemasaran bawang merah di Sulawesi Selatan. Pengkajian ini dilaksanakan Kabupaten Jeneponto selama dua bulan yaitu mulai Maret sampai dengan Mei 2015. Analisis data yang digunakan 1) Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), 2) Analisis Deskriptif, yaitu untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenonema berdasarkan data yang terkumpul, yang digambarkan secara deskripsi tentang keadaan aktual yang terkait dengan pola distribusi kelembagaan pemasaran bawang merah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Dari sisi hasil analisis R/C ratio usahatani bawang merah sebesar 2,4. Dengan demikian tingkat efektifitas pengembalian modal usahatani cukup tinggi, sehingga usahatani bawang merah secara ekonomis sangat layak untuk dikembangkan. Dari hasil analisis diskripsi bahwa t erdapat dua pola saluran distribusi dan kelembagaan pemasaran bawang merah sampai kepada konsumen akhir yaitu ; Pola pertama : dari petani ke pedagang pengumpul local/pengecer kemudian ke pasar tradisional kabupaten dan selanjutnya ke konsumen akhir. Pola kedua : dari petani ke pedagang besar/pengumpul dari luar daerah kemudian ke pasar tradisional provinsi dan selanjutnya ke konsumen akhir.
- ItemAnalisis Usahatani Jagung Pada Pertanian Lahan Kering Di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sari, Ika Novita; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengembangan jagung di propinsi Nusa Tenggara Barat belum dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani jagung di Desa Labangka Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, NTB. Penelitian dilaksanakan di kecamatan Labangka kabupaten Sumbawa dari Januari sampai dengan Desember 2015 dengan menggunakan pendekatan survei. Teknik pengumpulan data adalah melalui observasi, pencatatan, dan wawancara secara mendalam pada responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan usahatani jagung rata-rata sebesar Rp 5.786.667dengan R/C ratio sebesar 1,78. Hasil analisis imbalan kerja diperoleh sebesar Rp. 96.400 per HOK lebih tinggi dibanding upah minimum regional (UMR) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka usahatani jagung di Desa Labangka layak untuk diusahakan petani.
- ItemAplikasi Pupuk Npk (15-7-15) Terhadap Produksi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo Pada Mk-2(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sugiono; Sa’adah, Sri Zunaini; Istiqomah, Nurul; Ernawanto, Q D; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuProduksi kedelai (Glycine max L. Merrill) masih rendah (rata-rata 1,3 ton/ha) dengan harga jual yang kurang memadai, menyebabkan usahatani kedelai kurang dapat bersaing dengan komoditas tanaman pangan lain seperti padi dan jagung. Produktivitas kedelai di lahan petani masih beragam dari 0,50 – 2,50 ton/ha, banyak dipengaruhi oleh lokasi, musim, kesuburan tanah juga varietas unggul. Pemupukan merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, terutama di lahan-lahan marginal. Kebutuhan hara N untuk tanaman kacang-kacangan seperti kedelai sebagian telah dipenuhi melalui simbiosis bakteri Rhizobium dalam bintil akar dengan menambat N dari udara. Selama ini kebutuhan hara bagi tanaman kedelai lebih banyak dipenuhi dari pupuk anorganik. Karena itu yang patut dipertimbangkan pada budidaya kedelai di lahan sawah adalah gejala menurunnya ketersediaan hara di tanah terutama N, P, dan K yang tampaknya terus berlanjut. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pupuk NPK (15-7-15) terhadap produksi tanaman kedelaii. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), diulang 3 kali dengan 12 perlakuan, jarak tanam 30 cm x 20 cm. Varietas yang digunakan Argomulyo, dilaksanakan pada MK-2 (Agustus - Desember 2015), lokasi adalah lahan sawah irigasi di Desa Keboan, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang dengan ketinggian tempat 50 m dpl. Hasilnya pada jumlah daun dan tinggi tanaman belum bisa dibuktikan secara nyata. Jumlah polong tertinggi 58,4 pada perlakuan (Urea 25 kg/ha dan NPK (15-7-15) 200 kg/ha). Perlakuan berpengaruh dan efektif pada hasil 1,80 ton/ha, ditunjukkan pada perlakuan (Urea 25 kg/ha dan NPK (15-7-15) 100 kg/ha), sehingga dosis tersebut bisa diaplikasi oleh petani.
- ItemApresiasi Masyarakat Terhadap Pameran Sebagai Metode Penyuluhan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Muharni, Marsyita; Gafur, Syamsyiah; Risna; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSeiring berkembangnya pendidikan dan penelitian dalam bidang pertanian telah mendorong berkembangnya berbagai metode dan media penyuluhan dalam penyebaran inovasi. Pameran merupakan metode penyuluhan dengan pendekatan massal dimana sifat pengunjungnya heterogen, tidak terbatas hanya pada petani tetapi juga orang yang bukan petani. Kajian bertujuan mengetahui apresiasi masyarakat terhadap pameran sebagai metode penyuluhan. Kegiatan dilaksanakan di Desa Sioyong Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala pada bulan Mei 2016. Responden merupakan pengunjung stand pameran BPTP Sulawesi Tengah pada Pekan Daerah VIII Sulawesi Tengah 2016, yang diambil secara acak. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari data yang diperoleh disimpulkan bahwa apresiasi masyarakat terhadap pameran sebagai metode penyuluhan cukup beragam. Umumnya masyarakat menilai pameran merupakan sumber informasi teknologi terbaru, dan dapat menarik minat masyarakat dalam memajukan usahataninya. Hal ini karena dalam pameran disajikan pula contoh dan hasil usaha yang dicapai dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
- ItemArahan pengembangan komoditas dan teknologi spesifik lokasi Mendukung konservasi lahan Di Lombok Tengah provinsi NTB(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-06-29) Suriadi, Ahmad; Nasam, M; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemBioaktif Jeruk Fungsional Nusantara Dan Potensinya Dalam Bioindustri(b, 2017) Palupi, Norry Eka; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuProduk hortikultura tidak hanya mengandung senyawa vitamin, serat dan mineral, namun memiliki nilai positif yang dapat di manfaatkan untuk kebutuhan dasar bahan industri yang nilainya mampu bernilai tinggi. Senyawa bioaktif di manfaatkan sebagai bahan baku bioindustri kosmetik, kesehatan dan biopestisida ramah lingkungan. Komponen bioaktif salah satunya berupa flavonoid, kumarin, karotenoid, dan limonoid telah banyak ditemukan di dalam produk buah-buahan. Pada buah jeruk dilaporkan memiliki senyawa metabolit sekunder yang memiliki sifat antioksidan, antireppelent, biolarvasida dan sebagainya. Analisa bioaktif dilakukan pada sel kalus, daun, jus dan kulit jeruk yaitu total senyawa flavonoid, fenolik, limonoid dan komponen flavonoid dengan menggunakan HPLC, serta pengujian aktivitas bioaktifnya dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan jeruk memiliki senyawa bi oaktif yang dapat di analisis konsentrasinya secara kuantitatif, jus jeruk pummelo mengandung senyawa limonoid dan komponen flavonoid, yaitu limonin, naringin, naringenin, eriocitrin, neoeriocitrin and narirutin, neohesperidin dihydrochalcone dan hesperidin. Kandungan naringin pada Citrus grandis (L) Osbeck sebesar 11,90 mg/100 g dan limonoid pada buah jeruk berkisar antara 95,46 mg/100 g. Sedangkan limonin kulit buah pummelo berkisar antara 253,46 hingga 415,93 ppm. Senyawa naringin berkisar antara 17,92 hingga 25,94 ppm. Pengujian bioaktif menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi total senyawa fenolik maka semakin besar pula kemampuan bahan menghambat oksidasi.
- ItemBiologi, Laju Konsumsi Dan Pengendalian Hama Brontispa Longissima Gestro (Coleoptera : Chrysomelidae) Pada Beberapa Kultivar Tanaman Kelapa (Cocos Nucifera L.)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Salim; Suneth, Risma Fira; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKumbang Brontispa longissima Gestro merupakan hama penting pada tanaman kelapa di Indonesia. Hama B. longissima menyerang semua fase tanaman kelapa baik tanaman muda maupun tanaman tua yang produktif, akibat serangannya daun kelapa tampak seperti terbakar bahkan pada serangan berat akan menyebabkan tanaman kelapa mengalami kematian. Dari karakteristik biologi dapat diprediksi jumlah populasi dan laju konsumsi hama B. longissima yang menyerang tanaman kelapa di lapangan. Siklus hidup hama B. longissima dimulai dari telur sampai imago meletakkan telur pertama kali sekitar 74,32 hari, diprediksi hama i ni memiliki empat generasi per tahun di lapangan dalam kondisi lingkungan yang optimal. Lama hidup larva dan imago yang aktif merusak tanaman kelapa sekitar 231 hari, laju reproduksi bersih (Ro) berkisar 75,16, Rata-rata masa generasi (T) berkisar 91,62 hari dan laju pertambahan intrinsik (r) sekitar 0,05. Laju konsumsi hama B. longissima bervariasi pada beberapa kultivar tanaman kelapa, baik itu kelapa Dalam maupun kelapa Genjah. Laju konsumsi hama B. longissima pada kultivar kelapa Genjah lebih tinggi daripada kultivar kelapa Dalam. Laju konsumsi larva instar 2-4 pada kelapa Dalam bervariasi sekitar 0,0001 – 0,0113 mg konsumsi/hari dan kelapa Genjah sekitar 0,0113-0,0226 mg konsumsi/hari. Laju konsumsi relatif larva instar 2-4 pada kelapa Genjah sekitar 0,1044-0,51337 mg konsumsi/mg berat larva/hari sedangkan kelapa Dalam sekitar 0,00090,3836 mg konsumsi/mg berat larva/hari. Pengendalian B. longissima dapat dilakukan dengan menggunakan Agens hayati seperti Tetrastichus brontispa, Celisoches morio, Metarhi zium anisopliae, Serratia spp., Beauveria bassiana dan penggunaan insektisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.
- ItemDampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuRumahtangga dengan persoalan yang dihadapi dalam berusahatani padi sawah khususnya persoalan dalam keputusan alokasi tenaga kerja untuk peningkatan produktivitas maupun keterkaitan antara keputusan produksi maupun konsumsi dalam rumahtangga perlu diperhatikan berkaitan dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung peningkatan produktivitas. dampak alternatif kebijakan terhadap produktivitas dan pendapatan petani yaitu dianalisis dengan model simulasi . Model simulasi dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi perubahan-perubahan yang terjadi oleh faktor eksogen terhadap pendapatan rumah tangga petani di lokasi penelitian. Beberapa alternatif kebijakan yang dilakukan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan antara lain : (a) Perluasan lahan sebesar 30% akan meningkatkan produksi sebesar 12,40%, (b) Peningkatan upah tenaga kerja pada sektor off-farm menyebabkan peningkatan penggunaan tenaga kerja pada sektor off-farm sebesar 9,80% yang menyebabkan pendapatan pada sektor pertanian menurun sebesar 0,03%, (c) Peningkatan upah pada sektor non-farm sebesar 10% akan menyebabkan peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar 7,96 dan menyebabkan penurunan tenaga pada sektor yang lain dan (d) Kenaikan harga produksi pada petani akan menyebabkan peningkatan pada sektor pertanian sebesar 14,08% sehingga pendapatan total rumahtangga meningkat sebesar 13,55%.