Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0 by Author "Astuti, Umi Pudji"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian Strategi Rekayasa Kelembagaan Penunjang Teknologi Budidaya Kedelai Tahan Naungan di Kabupaten Gunung Kidul(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Hanafi, Hano; Astuti, Umi Pudji; Arifin, Ahmad Yunan; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPermintaan kedelai di dalam negeri yang tinggi tidak diikuti dengan kemampuan produksi kedelai lokal sehingga impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Hal ini membuat petani kedelai kurang termotivasi untuk menanam kedelai karena adanya persaingan harga dan kualitas kedelai yang semakin ketat antara kedelai lokal dan impor. Pengembangan analisis kelembagaan memiliki implikasi luas terhadap pencapaian keberhasilan pengembangan agribisnis kedelai. Diperlukan evaluasi terhadap beragam upaya dan dukungan dari semua pihak terkait dari aspek kelembagaan, sehingga dapat berimplikasi bagi peningkatan daya saing dan pengembangan agribisnis kedelai lokal. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi kondisi kelembagaan penunjang usahatani kedelai tahan naungan dan (2) merumuskan strategi rekayasa kelembagaan penunjang usahatani kedelai tahan naungan. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga Juni 2019 di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, sebagai salahsatu wilayah sentra kedelai di Kabupaten Gunungkidul. Data primer diperoleh melalui diskusi, wawancara, dan pengamatan langsung terhadap kegiatan usahatani kedelai di lokasi kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kelembagaan penyedia benih, pemasaran dan penanganan hasil panen, serta penyedia jasa alsintan merupakan kelembagaan agribisnis yang tidak berfungsi dengan baik, sedangkan kelembagaan tenaga kerja, permodalan, dan penyedia informasi pasar merupakan kelembagaan agribisnis yang belum berfungsi dengan baik. Selanjutnya, analisis kuadran menghasilkan prioritas strategi pada posisi kuadran IV yang merupakan strategi kombinasi mengurangi faktor kelemahan dan ancaman (WT) dalam pengembangan kelembagaan penunjang budidaya kedelai tahan naungan. Rincian strategi WT hasil dari pencocokan komponen kelemahan dan ancaman adalah (1) peningkatan peran kelembagaan ekonomi petani mendukung usahatani kedelai (T3, T4, W1, W2); (2) peningkatan peran lembaga riset dan penyuluh dalam penyediaan dan penyebaran teknologi (W2, W4, W6, T2, T4); dan (3) pemberdayaan kelompok tani dalam mengorganisasikan aktivitas usaha petani kedelai (W3, W5, W7, T1, T2).
- ItemPeningkatan Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Teknologi Jarwo Super di Kecamatan Patuk Gunungkidul(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Pujiastuti, Evy; Pustika, Arlyna B.; Astuti, Umi Pudji; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan berbagai teknologi guna mewujudkan ketahanan pangan, khususnya program peningkatan produksi padi nasional. Teknologi tersebut antara lain varietas unggul baru (VUB), sistem tanam Jajar Legowo, dan biodekomposer yang mampu mempercepat pengomposan jerami, pupuk hayati dan pemupukan berimbang, pestisida hayati serta alat mesin pertanian yang terangkum dalam teknologi Jarwo Super. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani sebelum dan setelah pelaksanaan demplot serta mengetahui afektif petani dalam pengembangan inovasi teknologi Jajar Legowo Super. Kajian dilaksanakan April hingga Juli 2019 di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik petani, tingkat pengetahuan, tingkat penerapan teknologi sebelum dan setelah demplot, serta respon petani terhadap teknologi Jarwo Super. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel dan interval kelas. Hasil kajian menunjukan bahwa 50% petani responden merupakan kategori usia tidak produktif, dengan tingkat pendidikan dasar. Keberadaan demplot mampu meningkatkan pengetahuan petani tentang teknologi Jarwo Super sebesar 21,83% (dari rata rata 6,43 menjadi 7,83). Afektif petani terhadap teknologi Jarwo Super berada pada nilai 2,16 yang artinya petani cukup yakin bahwa teknologi Jarwo Super dapat berkembang di wilayah ini.