Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan by Author "Bustaman, Sjahrul"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemAgribisnis Sagu di Maluku : prospek dan Peluang Pengembangan(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Bustaman, Sjahrul; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSagu (Metroxylon sp) adalah salah satu tumbuhan penghasil karbohidrat dan merupakan bahan makanan pokok masyarakat desa di Maluku, dimana dapat diposisiskan sebagai komponen dalam membangun ketahanan pangan daerah. Di Maluku terdapat lima jenis sagu yaitu Sagu Tuni (Metroxylon rumphi mart), Sagu Molat (Metroxylon sogos Mart), Sagu Makanaru (Metroxylon longisipinum Mart), Sagu Ihur ( Metroxylon silvestre Mart) dan Sagu Duri Rotan (Metroxylon microcothium Mart). Dari jenis-jenis sagu ini tiap pohonnya memproduksi tepung basah yang berbeda. Berdasakan jenis tanah tempat tumbuhnya dan dirujuk pada peta AEZ (Agoekologikal Zone) Maluku skala 1:250.000 diperkirakan luas areal sagu potensial di Maluku 31.360 ha, dan dengan adanya usaha pemeliharaan akan dihasilkan 30 pohon produktif/ha/tahun. Populasi tumbuhan sagu utama di Maluku tersebut di kabupaten Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku tengah dan Buru. Selama ini tepung sagu hanya diolah untuk makanan pook pengganti nasi dan kue-kue yang diusahakan dalam skala rumah tangga sedangkan kearah industri yang menggunakan teknologi belum ada. Prosedur sagu saat ini kondisinya belum mencapai tingkat yang memadai. Oleh karena itu, peningkatan diversifikasi pangan dengan memanfaatkan tanaman sagu harus sejalan dengan upaya pengembangan sistem agribisnisnya. Dalam usaha pengembangan sagu sebagai komoditas agribisnis perlu di tunjang oleh kebijaksanaan pemerintah, teknologi, partisipasi masyarakat dan faktor eksternal lainnya dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani sagu dan pendapatan Asli Daerah (PAD)
- ItemInovasi Teknologi Sistem Usahatani Padi Gogo di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Pesireron, Marietje; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBeras sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia karena merupakan unsur penting dalam sistem ketahanan pangan nasional. Usahatani padi masih merupakan tulang punggung ekonomi pedesaan, oleh karena itu beras masih menjadi sektor strategis secara ekonomi, sosial dan polotik produksi padi sawah merupakan sumbangan terbesar terhadap beras Indonesia, namun dalam periode 1985-1999 laju pertumbuhan produksi beras menurun secara drastis sampai hanya sekitar 2% per tahun. Hal ini disebabkan karena terjadi kemarau panjang pada tahun 1997, pengurangan/penghapusan subsidi sarana produksi, mahalnya fasilitas irigasi pada lahan sawah bukaan baru kecenderungan penyusutan lahan sawah produkstif terutama derah pertanian di pulau Jawa mencapai 20.000 sampai 30.000 hektar setiap tahunnya sebagai dampak keberhasilan pembangunan di sector pemukiman, industry, dan infrastruktur. Sehingga produksi menurun dengan demikian Indonesia menjadi pengimpor beras terbesar sekitar 5,8 juta ton pada tahun 1998. Upaya peningkatan produksi padi selain dapat dilakukan pada lahan sawah, juga pada lahan kering dengan budidaya padi gogo. Di Maluku, potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk tanaman pangan seluas 2.966.195 ha dan baru digunakan seluas 126.15 ha, ditinjau dai luasnya, lahan kering di Maluku merupakan sumberdaya potensial untuk pengembangan usahatani padi gogo. Sumbangan padi gogo terhadap padi di Maluku masih relative rendah 7-8 % dengan luas panen tahun 2002 sekitar 1065 ha, tersebar di kabupaten Maluku Tenggara Barat 316 ha, kabupaten Maluku Tenggara 19 ha, kabupaten Maluku Tengah 421 ha, dan Buru 309 ha, dengan rata-rata produksi 1.857 ton/ha lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produksi nasional 2,05 t/ha
- ItemKajian Penggunaan Agrisimba pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabelo di desa Savanajaya. Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penggunaan Agrisimba dilaksanaan pada lahan sawah irigasi di desa Savanajaya, kabupaten Buru pada MT 2004, berlangsung dari Juli sampai Nopember 2004. Pengkajian bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan Agrisimba terhadap hasil gabah dan pendapatan petani. Penggunaan Agrisimba dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi pupuk NPK. Luas lahan yang digunakan sekitar 5 ha dengan melibatkan 9 petani koperator dan sebagai pembanding adalah 6 petani non koperator. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan Agrisimba memberikan hasil gabah dan pendapatan petani yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Agrisimba. Rata-rata hasil gabah kering panen petani koperator yang menggunakan Agrisimba adalah 7,48 t sedangkan petani non koperator 5,30 t/ha. Pendapatan (keuntungan bersih) petani koperator juga lebih tinggi (Rp. 5.003.500/ha) dibandingkan dengan petani non koperator (Rp. 2.676.000/ha) dengan Gross B/C ratio berturut-turut sebesar 2,26 dan 1,73 dan MBCR 9,07
- ItemKeamanan Pangan dan Cemaran Residu Antibiotika dalam Bahan Pangan Asal Ternak(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Bustaman, Sjahrul; Matitaputty, Procula Rudlof; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPersoalan keamanan pangan sementara ini menjadi issu global, lebih khusus lagi untuk produk peternakan sebab menyangkut kesehatan masyarakat konsumen untuk itu diperlukan penangan sedini mungkin. Dalam mendukung produk-produk asal ternak yang sesuai dengan strandar keaman dan daya awet yang ditetapkan, maka diperlukan pengawasan dan pengamanan dimulai dari fase pre produksi sampai ke tangan konsumen. Terdapat beberapa aspek penting yang dipakai sebagai standar keaman bahan pangan salah satu diantaranya adalah cemaran residu antibiotika. Makalah ini membahas tentang penggunaan obat-obatan kimiawi seperti penggunaan antibiotika yang mempengaruhi daya awet dan keamanan produk asal ternak. Dalam upaya menerapkan system jaminan keamanan pangan berbagai penjelasan dan daya menyangkut penggunaan antibiotika residu maupun segi negatifnya yang dapat membahayakan konsumen akan dijelaskan. Upaya menghasilkan produk peternakan yang berdaya awet dan aman untuk dikomsumsi dapat dilakukan dengan menerapkan system Hazard Analysis Critical Control Point (HCCP) pada setiap mata rantai. Sementara untuk produk yang berasal dari luar negeri dan beredar di Indonesia, perlu dilakukan pengawasan sebelumnya ditunjang dengan sarana, prasarana dan hokum yang berlaku. Tulisan ini merupakan review, dalam mempersiapkan sub sector peternakan memasuki era perdagangan bebas
- ItemPeranan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam Pengembangan Pertanian Wilayah Kepulauan Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPerencanaan pembangunan pertanian membutuhkan analis yang akurat terhadap data base sumberdaya lingkungan biofisik, social budaya dan ekonomi agar sasaran yang ingin di capai dapat terpenuhi dengan baik. Dukungan hasil pengkajian dan diseminasi harus sampai kepada pengguna dan sesuai dengan keinginannya dimana program litkaji sinkron dengan program pembangunan pertanian Maluku. Keberhasilan pembangunan pertanian di provinsi Maluku sangat tergantung kepada seberapa dalam para pengambil kebijakan memakai karakteristik wilayah dan menganalisis dengan teliti apa yang dibutuhkan petani