Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan by Author "Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku"
Now showing 1 - 20 of 85
Results Per Page
Sort Options
- ItemAgribisnis Sagu di Maluku : prospek dan Peluang Pengembangan(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Bustaman, Sjahrul; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSagu (Metroxylon sp) adalah salah satu tumbuhan penghasil karbohidrat dan merupakan bahan makanan pokok masyarakat desa di Maluku, dimana dapat diposisiskan sebagai komponen dalam membangun ketahanan pangan daerah. Di Maluku terdapat lima jenis sagu yaitu Sagu Tuni (Metroxylon rumphi mart), Sagu Molat (Metroxylon sogos Mart), Sagu Makanaru (Metroxylon longisipinum Mart), Sagu Ihur ( Metroxylon silvestre Mart) dan Sagu Duri Rotan (Metroxylon microcothium Mart). Dari jenis-jenis sagu ini tiap pohonnya memproduksi tepung basah yang berbeda. Berdasakan jenis tanah tempat tumbuhnya dan dirujuk pada peta AEZ (Agoekologikal Zone) Maluku skala 1:250.000 diperkirakan luas areal sagu potensial di Maluku 31.360 ha, dan dengan adanya usaha pemeliharaan akan dihasilkan 30 pohon produktif/ha/tahun. Populasi tumbuhan sagu utama di Maluku tersebut di kabupaten Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku tengah dan Buru. Selama ini tepung sagu hanya diolah untuk makanan pook pengganti nasi dan kue-kue yang diusahakan dalam skala rumah tangga sedangkan kearah industri yang menggunakan teknologi belum ada. Prosedur sagu saat ini kondisinya belum mencapai tingkat yang memadai. Oleh karena itu, peningkatan diversifikasi pangan dengan memanfaatkan tanaman sagu harus sejalan dengan upaya pengembangan sistem agribisnisnya. Dalam usaha pengembangan sagu sebagai komoditas agribisnis perlu di tunjang oleh kebijaksanaan pemerintah, teknologi, partisipasi masyarakat dan faktor eksternal lainnya dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani sagu dan pendapatan Asli Daerah (PAD)
- ItemAnalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jamur Kuping (Auricularia sp.) dan Sensitivitas terhadap Perubahan Kurs Dolar ($) US(p, 2005) Widodo, S; Heni, P; Kaliky, Rahima; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuJamur kuping (Auricularia sp) merupakan salah satu andalan petani di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hal ini karena memberikan kontribusi tinggi terhadap pendapatan keluarga. Perkembangan jamur kuping mengalami booming tahun 1998, menurun tahun 2002, dan naik lagi pada tahun 2004-2005. Produksi jamur kuping diekspor ke Jepang, Taiwan, Singapore, Malaysia dan sebagian Negara Asia dan USA. Penelitian dilakukan di Gambretan, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, pada tahun 2001, untuk mengetahui factor yang mempengaruhi terhadap produktivitas usaha jamur kuping, dan pada tahun 2005 dilakukan evaluasi untuk mengetahui sensitivitas terhadap perubahan kurs dolar (US). Penentuan lokasi secara sengaja (purposive) dengan alas an bahwa daerah tersebut sebagai sentra pengembangan jamur kuping di Yogyakarta. Penelitian menggunakan data cross-section dengan 30 responden petani jamur kuping. Untuk mengetahui factor produksi (X1=benih), X2=kubung, X3=pengalaman, X4=tenaga kerja, dan X5=pestisida) digunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS), sedangkan untuk mengetahui sensitivitas hanya didekatkan pada perubahan nilai tukar rupiah terhadp dolar US. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dari tingkat pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen (tingkat kesalahan 1% - 10%) nyata pada pemilikan kubung, penggunaan benih dan penggunaan tenaga kerja, dan tidak nyata pada pengalaman serta berpengaruh negative pada penggunaan pestisida, (2) Secara eknomi usahatani jamur kuping layak dengan indicator nilai R/C > 1, yaitu 1,24 (2001) dan 1,58 (2005), (3) Terhadap perubahan nilai tukar uang maka pada OER IOfficial Exchange Rate) ($) US 1,00 ≥ Rp 10.000,- maka investasi ini layak
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Padi Sawah di Desa Woegeren, Kecamatan Mako. Kabupaten Buru Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Susanto, Andriko Noto; Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelayakan financial teknologi introduksi dan teknologi asli usahatani padi sawah, titik impas tambahan produksi padi dan titik impas harga padi yang telah dilakukan pada petani padi sawah irigasi di desa Waegeren, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada tahun 2005. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasi penelitian menujukkan bahwa usahatani yang dikelola petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding usahatani yang dikelola petani non-kooperator, dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,71 (petani kooperator), 1,53 (petani non-kooperator minimal), 1,41 (petani non-kooperator maksimal) dan 1,54 (petani non-kooperator rta-rata). Hasil analisis marginal R/C menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara financial layak dilakukan karena setiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masin kelompok petani non-kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan masing-masin sebesar Rp. 1,87 (non-kooperator minimal), Rp 4,68 (non-kooperator maksimal) dan Rp. 2,11 (non-kooperator rata-rata). Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yang harus dicapai untuk masing-masing kelompok petani non-kooperator yaitu 1441,34 kg GKG/ha (minimal) 256,37 kg GKG/ha (maksimal dan 829,99 kg GKG/ha (rata-rata). Dengan tambahan produksi sebesar 2.700 GKG/ha (minimal), 1.200 GKG/ha (maksimal) dan 1,750 GKG/ha (rata-rata) pada petani non-kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah tititk impas harga yaitu Rp. 1.099,10/kg
- ItemApakah Teknologi Sebuah Masalah? Konstruksi Network Pengetahuan Formal-Informal sebagai Basis Inovasi teknologi Pertanian Pulau Berkelanjutan di Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Ufi, Josep Antonius; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuMasalah utama menyangkut inovasi teknologi pertanian pulau di Maluku sebagian besarnya, tidak terletak pada ada tidaknya atau terjangkau tidaknya teknologi “teknologi bukanlah masalah”. Karena berbagai sumber daya dan para konstruktor yang memproduksikan teknologi pada dasarnya sudah ada (baik human maunpun non-human). Pokok perhatian utama karenanya adalah bagaimana mengelola dan menjembatani dengan tepat berbagai sumberdaya yang masih “ tercecer sana sini” (Menjembatani gap-gap yang ada antara para konstruktor iptek terkait: ilmuwan-petani-pemerinta-praktisi) guna melakukan inovasi teknologi pertanian yang lebih efisien, efektif dan produktif, serta berkelanjutan. Di sini konsep network pengetahuan ditawarkan sebagai sebuah kerangka alternatif yang dapat berkontribusi dalam menjembatani pengelolaan berbagai sumberdaya pengembangan inovasi teknologi pertanian pulau di Maluku. Makalah ini terfokus pada pembahasan tentang kontruksi konsep network pengetahuan pertanian pulau tersebut, dan juga mendiskusikan berbagai impikasinya bagi upaya transformasi kebijakan pengelolaan teknologi pertanian pulau berkelanjutan di provinsi Maluku. Demi melestarikan ketahanan pangan lokal, dan menghasilkan agribisnis yang kompetitif di pasar global, sambil terus memelihara ekosistem pulaunya. Intinya “inovasi sosial perlu mendahului inovasi teknis-teknologis”
- ItemAsap Cair sebagai Anti Oksidasi Lipido Cakalang (Katsuwonus pelamis) Asar Selama Penyimpanan(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Rumahrupute, Boetje; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas anti oksidan asap cair untuk menghambat oksidasi lemak stik cakalang asar selama penyimpanan. Untuk semua perlakuan stik dipanaskan dalam oven, didinginkan pada suhu kamar, diberi wadah styrofoom, dikemas dengan plastik “Saran” dan disimpan pada suhu kamar. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan peredaman dengan konsentrasi asap cair 40% dalam larutan kuring 10,5 % selama 10 menit sampai akhir penyimpanan (sembilan hari) dapat meghambat oksidasi lipida dengan nilai EPA, DHA, TBA, asam lemak bebas dan lemak total masing-masing 6,45 %, 19,44 %, 1,47 % mg MA/kg, 12,17 % dan 510 % bb
- ItemDampak Pemberian Biskuit Konsentrat Protein Ikan dan Probiotik terhadap Daya Tahan Tubuh Anak Balita(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Rieuwpassa, Fredrik; Soukotta, Lilian M; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKurang energy protein (KEP) masih merupakan masalah utama di Indonesia saat ini yang dapat menghambat laju pertumbuhan Nasional. KEP tergolong masalah gizi makro yang dapat menurunkan kualitas fisik dan mental, produktivitas kerja meningkatkan resiko terkena penyakit dan kematian. Hal tersebut terutama terjadi pada kelompok masyarakat yang membutuhkan gizi lebih seperti bayi/balita, ibu hamil dan menyusui serta anak-anak dalam masa pertumbuhan. Pemberian makanan tambahan berbasis konsentrat protein ikan + probiotik merupakan salah satu alternative untuk mengatasi masalah ini, melalui pemulihan kesehatan peningkatan status gizi dan peningkatan daya tahan tubuh (imunitas). Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mempelajari pembuatan formulasi biskut konsentrat protein ikan (KPI) + probiotik, 2). Mempelajari dampak pemberian formulasi biscuit KPI dan probiotik terhadap daya tahan tubuh anak balita. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pembuatan formulasi biscuit KPI + probiotik yang terdiri dari pembuatan KPI, pembuatan krim probiotik, dan pembuatan biscuit KPI + probiotik. Analisis yang dilakukan adalah analisis daya awet protein produk secara biologis dan antibody terhadap tikus petcobaan. Tahap kedua, melakukan uji coba produk terhadap daya tahan anak balita. Hasil yang diperoleh terlihat bahwa daya terima tikus percobaab melalui uji in vivo terhadap produk biscuit KPI + probiotik cukup tinggi yaitu NPR (6,9), BV (98,5%), Digestibility (94,6 %), NPU (93,2 %), dan IgA (204,5 mg/dl). Dengan demikian produk ini layak dikomsumsi oleh anak balita. Uji coba produk kepada 105 anak balita dibagi dalam tiga kelompok : kelompok biscuit tanpa KPI, biscuit KPI, dan biscuit KPI + KPI + probiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok biscuit KPI + probiotik adalah yang terbaik, karena pada akhir intervensi selama 90 hari, rata-rata anak balita yang mengsomsumsi produk ini memiliki peningkatan daya tahan tubuh (Imunoglobulin A) cukup tinggi (sebelum intervensi rata-rata lgA 87,78 mg/dl dan sesudah intevensi 107,61 mg/dl terjadi peningkatan 19,83 mg/dl). Zscare BB/U (0,53), lebih tinggi dibandingkan dengan biscuit KPI (0,44) dan biscuit tanpa KPI (0,23). Disamping itu, produk ini memiliki viobilitas bakteri Leuconostoc mesenteroides IS-27526 pada mikrobiota usus anak balita (1,5 x 106 koloni/g) yang cukup tinggi. Serta mempunyai morbiditas lebih rendah (14,3%) dibandingkan dengan yang mengkomsumsi biscuit KPI (23%) dan biscuit tanpa KPI (29,5%). Dengan demikian produk formulasi ini direkomendasikan untuk di komsumsi pada balita yang kurang KEP dan busung lapar
- ItemEfek Pemberian Sabun Kalsium terhadap Penampilan Pertumbuhan Ternak Domba(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Joseph, Godlief; Parakkasi, A; Muchtadi, T R; Priyanto, R; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSuatu penelitian telah dilakukan untuk mempelajari efek pemberian sabun kalsium (Ca Soap) terhadap penampilan pertumbuhan ternak ruminansia. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama secara in vitro, bertujuan untuk mengetahui efektivitas sabun kalsium melindungi asam lemak poli tak jenuh dari biohidrogenasi mikroorganisme dalam rumen, dengan menggunakan dua sumber asam lemak poli tak jenuh yaitu minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit kasar (CPO) sebagai bahan dasar pembuatan sabun kalsium. Parameter yang diamati ialah : Bilangan lod, Bilangan Penyabunan, Rendemen dan Kandungan asam lemak. Hasil menunjukkan bahwa minyak ikan lemuru merupakan sumber asam lemak yang baik dan sabun kalsium dapat melindungi asam lemak poli tak jenuh dari biohidrogenasi mikroorganisme rumen. Penelitian tahap kedua (in-vivo), dengan menggunakan 15 ekor ternak domba lokal dan 3 jenis ransum dengan pemberian sabun kalsium 0%, 5% dan 10% masing-masing untuk RA, RB dan RC sebagai perlakuan. Parameter yang diamati adalah : Komsumsi Pakan, Kecernaan Pakan dan Pertambahan Berat Badan. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan RB dan RC memberikan penampilan pertumbuhan yang lebih baik
- ItemEtnobotani Pulau Buru dalam Pembangunan Pertanian Kepulauan Berwawasan Agribisnis(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Pattinama, Marcus J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKomitmen bahwa Provinsi Maluku adalah profinsi kepulauan seyogyanya di dukung dengan dasar yang lengkap meliputi informasi pulau besar dan kecil, pulau berpenghuni dan belum berpenghuni, serta pulau dengan nama anonym. Data di maksud di peroleh dengan melakukan studi monograf pada setiap pulau. Idealnya pendekatan kebijakan Ambon tidak bisa di jadikan acuan umum untuk di terapkan pada pulau yang lain. Studi monografi yang kami lakukan adalah studi etnobotani pulau Buru, menggunakan konsep etnologi dan botani. Kedua pendekatan ini menginformasikan pemahaman masyarakat asli Buru, rang Bupolo, hubungannya dengan lingkungan alam. Makalah akan menyajikan salah satu studi etnobotani pulau Buru yaitu eksploitasi dan system pengelolaan sumberdaya lingkungan alam seperti berburu, memancing dan bertani. Kegiatan pertanian dalam arti luas yaitu pengetahuan orang Buru mengelola komoditi utama seperti kacang tanah (warahe, Arachis hypogaen L) hotong(feten, Setaria itallica), padi (hala, Oryza sativa L), jagung (biskutu, Zea mays), kentang (manasulut, Solanum tuberosum L), dan ketela pohon (kasbi, Manihot esculenta Crantz). Komoditi lainnya sagu (bialahin, Metroxylon sagu), kayu putih (gelan, Melaleuca leucadendron L) dan dammar kaumobo, Agathis dammara). Makalah in dilengkapi pula diskripsi kelompok social, organisasi territorial, ruang dan waktu. Kemudian bagaimana memahami strategi orang Buru mengepung pengaruh pelaku ekonomi modern yang senantiasa mengganggu kestabilan hidup mereka orang Buru sebagai petani tradisional telah melakukan sendiri fungsi produksi (agronomi agroindustri) dan fungsi pemasaran (agroniaga). Mereka menguasai teknologi sederhana, salah satunya menyuling daun kayu putih. Semua keterampilan yang mereka kuasai seyogyanya di pahami pelaku ekonomi modern dimana hanya dengan sedikit sentuhan inovasi teknologi baru, maka tidak menimbulkan gangguan terhadap apa yang sebelumnya mereka kuasai. Komponen agronomi, agroindustri dan agroniaga adalah komponen bebas yang di dalam pertanian modern sudah dilakukan institusi khusus yang di kendalikan oleh Negara sehingga seluruhnya terkait secara rapih dan saling mempengaruhi dengan komponen lain. Perubahan di salah satu komponen akan membawa dampak kepada yang lain. Seluruh mata rantai ini disebut agribisnis. Dari kearifan menguasai lingkungan alam, orang Buru dapat berpartisipasi membangun dengan kokoh pilar pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis
- ItemEvaluasi Daya Hasil dan Adaptasi Varietas/Galur Harapan Kacang Hijau (Vigna radiata L) pada Lahan Kering di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian dilaksanakan di lahan kering milik petani desa Tawiri, Kotamadya Ambon dari Maret sampai Juli 1994. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sifat-sifat agronomis, daya hasil dan adaptasi dari 10 varietas unggul, 2 vaietas local dan 15 galur harapan kacang hijau. Galur yang diuji merupakan calon varietas unggul yang memiliki prospek baik dan sekaligus mengevaluasi kembali varietas yang sudah di lepas dan akan dijadikan sebagai pembanding. Varietas dan galur harapan yang diuji adalah varietas unggul (Bakti. No. 129, Merak, Manyar, Betet, Walet, Gelatik, Parkit, Nuri, Camar), varietas local (Papeda dan Topir), galur harapan (C1-4-6-0, C3-5-9-0, Eg-Dg-174-3, VC-1168A, VC-279A, VC 3178A, VC 3178A, VC 2768B, VC 2764A, VC2764B, VC 2754A, VC 1560D, VC 3912A, VC 1432E dan VC 1482C). penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri atas 27 varietas/galur harapan (sebagai perlakuan) dengan tiga ulangan. Setiap perlakuan ditempat pada petakan berukuran 2 m x 2 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur harapan VC 2764B dan varietas unggul Parkit mempunyai penampilan agonomis sangat baik, adaptif dilingkungan spesifik lahan kering dengan potensi hasil tertinggi berturut-turut 0,99 t/ha, sehingga berpotensi untuk dikembangkan pada agroekologi lahan kering di Maluku
- ItemEvaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Perkebunan kakao Rakyat di Pulau Wokam Kabupaten Aru(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Waas, Edwen Donal; Susanto, Andriko Noto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan perkebunan kakao telah dilakukan di puau Wokam, kabupaten Aru pada tahun 2003. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif dengan mencocokkan kualitas lahan yang ditemukan berdasarkan metode survey dengan persyaratan tumbuh kakao. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari total luas lahan pulau Wokam sebesar 139.000 ha, terbagi kedalam kelas cukup sesuai (S2) seluas 30.400 ha (11,87 %), kelas sesuai marginal (S3) seluas 37.200 ha (22,77%), dn tidak sesuai (N) seluas 71.400 ha (51,37%), lahan dengan kelas S2 ini terbagi dalam dua sub-kelas yaitu S2-nr dan S2-nr/rc dengan luas berturut-turut 200.000 ha dn 10.400 ha. Lahan dengan kelas S3 terbagi ke dalam sub-kelas yaitu S3oa/rc, S3-eh dan S3-rc dengan luasan berturut-turut 1.000 ha, 15.100 ha dan 21.100 ha. Factor pembatas pertumbuhan yang umum ditemukan adalah retensi hara, media perakaran dan ketersediaan oksigen
- ItemEvaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Tanaman Kelapa di Daerah Dataran Wae Apu Kabupaten Buru(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan kelapa telah dilakukan di dtaran Wae Apu, kabupaten Buru. Evaluasi kelas kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif yaitu dengan mencocokkan kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh kelapa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 25.400 ha total luas lahan di dataran Wai Apu, seluas 3.149 ha (12,4%) masuk dalam kelas cukup sesuai (S2), 13.031 ha (51,3%) sesuai marginal (S3) dan lahan yang tidak sesuai (N) 9.220 ha (36,3%). Faktor pembatas pertumbuhan yang ditemukan adalah retensi hara, media perakaran, bahaya erosi dan bahaya banjir
- ItemGelar Teknologi Alat Pengolahan Sagu Sistim Mekanis (PSSM)Terpadu(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Malawat, Saleh; Swarda, Rosniaty; Hutuely, Lutfie; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSagu merupakan salah satu tanaman palma yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku. Semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia, disamping kebutuhan utamanya sebagai bahan pangan. Namun ampai saat ini cara pengolahannya ditingkat petani sederhana yaitu dengan menggunakan system tradisional maupun semi mekanis yang kurang efisien dari segi waktu dan tenaga. Guna mempercepat akse petani sagu dalam mendapatkan infomasi dan pengetahuan yang lebih baik, maka BPTP Maluku telah mensosialisasikan alat pengolahan sagu system mekanis (PSSM) terpadu melalui gelar teknologi. Gelar teknoloi telah dilaksanakan di kecamatan Air Buaya, kabupaten Kairatu, kabupaten Seram Bagian Barat sejak Juli sampai September 2003 dengan melibatkan 15 petani kooperator pada setiap lokasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa banyak petani pengolah sagu di Maluku menggunakan cara awal tradisional dan berkembang lebih lanjut menjadi system semi mekanis, sedangkan cara mekanis sama sekali belum diterapkan petani. Hasil kegiatan gelar teknologi menunjukan bahwa tingkat teknologi menunjukan bahwa tingkat partisipasi petani dalam melaksanakan teknologi cukup tinggi. Hasil evaluasi terhadap 30 orang petani mengenal ukuran alat 29,42% panelis mengatakan memadai, 70,58% mengataka murang memadai sedangkan mengenai mobilitas 70,60% panelis mengatakan memadai dan sisanya 29,40% mengatakan kurang memadai. Hasil penilaian terhadap kemudahan operasi 82,35% panelis mengatakan mudah dan sisanya 17,65% engatakan agak sulit, terhadap mutu olahan rata-rata 100% panelis mengatakan baik. Evaluasi tingkat penerimaan 94% panelis mengataka tetarik, 6% mengatakan tidak tertarik. Bila peralatan ini diusahakan oleh petani, diperkirakan titik kembali modal dicapai sekitar 4,8 tahun dengan pendapatkan bersih perbulan Rp. 4 juta untuk pemilik usaha dan 2 juta untuk masing-masing 2 orang buruh
- ItemHasil Jagung (Zea mays L.) dan Efisiensi Pupuk Fosfat Akibat Pemberian Pupuk SP-36 dengan Amelioron pada Inceptisols Sukabumi(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Kaya, Elisabeth; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini telah dilaksanakan dengan tujuan : untuk meningkatkan hasil jagung ada efisiensi pemupukan P, serta menurunkan dosis optimum pupuk P melalui pemberian pupuk P (SP-36) dengan ameliorant berupa kapur kalsi dan bahan organik pupuk kandang sapi yang diberikan secara bersama-sama. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian amelioran (campuran kapur dan pupuk kandang) bersama-sama SP-36 dapat meningkatkan hasil pipilan kering jagung, efisiensi pemupukan P dan hasil maksimum jagung, sedangkan dosis optimum pemupukan P menurun.
- ItemInovasi Teknologi Budidaya Jagung Lahan Kering di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian dilaksanakan di Kebun Percobaan Makariki (Maluku Tengah), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku dari bulan Juli sampai November 2004. Pengkajian bertujuan memperoleh paket teknologi budidaya jagung yang layak direkomendasikan sebagai teknologi inovatif dalam upaya pengembangan tanaman jagung di ahan kering wilayah kepulauan Maluku. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompo dengan tiga perlakuan paket teknologi (teknologi petani, teknologi alternative dan teknologi intoduksi) dan lima ulangan. Pengkajian melibatkan petani sebagai ulangan sehingga jumlah petani yang terlibat sebanyak 15 orang. Setiap perlakuan paket teknologi ditempatkan pada petak berukuran 50 m x 25 m. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa paket teknologi introduksi layak direkomendasikan sebagai teknologi inovatif di lahan kering wilayah kepulauan karena memberikan hasil tertinggi (6.692 t/ha) dan keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp. 9.673.165,23,-/ha dengan nilai MBCR = 1,20. Apabila di lokasi pengembangan jagung tidak tersedia sarana produksi, paket teknologi petani layak direkomendasikan karena lebih efisien dalam penggunaan biaya produksi (B/C = 5,89)
- ItemInovasi Teknologi Budidaya Ubi Kayu Lahan Kering di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian dilakanakan di Kebun Percobaan Makariki (Maluku Tengah), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, sejak bulan Juli 2004 sampai Maret 2005, bertujuan memperoleh paket teknologi budidaya ubi kayu yang layak direkomendasikan sebagai inovatif dalam upaya pengembangan tanaman ubi kayu dilahan kering wilayah kepulauan Maluku. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga perlakuan dan diulang lima kali. Perlakuan terdiri atas; paket teknologi budidaya petani, paket teknologi budidaya alternative, dan paket teknologi budidaya introduksi. Pengkajian melibatkan petani sebagai ulangan sehingga jumlah petani yang terlibat sebanyak 15 orang. Setiap perlakuan paket teknologi ditempatkan pada petak berukuran 50 m x 25 m. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa paket terknologi alternative layak direkomendasikan sebagai teknologi inovatif dalam pengembangan ubi kayu di lahan kering wilayah Kepulauan Maluku, karena mampu meningkatkan produktivitas ubi kayu (24,313 t/ha) dan memebrikan keuntungan bersih tertinggi sebesar Rp. 9.110.373,02,- dengan nilai MBCR >1 (1,58). Apabila di lokasi pengembangan ubi kayu tidak tersedia sarana produksi, paket teknologi petani layak direkomendasikan karena lebih efisien dalam penggunaan biaya produksi (B/C = 5,89) dan memberikan keuntungan bersih cukup tinggi sebesar Rp. 8.092.982,94,/ha
- ItemInovasi Teknologi Pengolahan Asap Cair untuk Stik Cakalang (Katsuwonus pelamis) ASAR(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Rumahrupute, Boetje; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formula/resep terhadap umur simpan cakalang asar, secara penyuntikan dan perendaman dengan asap cair 40% dalam larutan kuring 10,5 %, selama 10 menit. Untuk semua perlakuan, stik cakalang dipanaskan dalam oven, didinginkan pada suhu kamar, diberi wadah stirofoam, dkemas dengan plastic “ saran” dan disimpan pada suhu kamar. Stik cakalang segar mempunyai kadar air 70,2%, TVB 19,6 mg N%, pH 6,5; dan gel Elektroforesis protein 6 pita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan asap cair 40% dalam larutan kuring dapat memperpanjang umur simpan sampai Sembilan hari, sedangkan perlakuan penyuntikan hanya enam hari. Perlakuan penyuntikan dan perendaman dengan larutan kuring hanya mempunyai umur simpan tiga hari. Perlakuan penyuntikan dan perendaman dengan asap cair dalam larutan kuring maupun dengan larutan kuring masing-masing mempunyai kadar air 54,1 %, 38,2 %, 65,3%, 69,7%; TVB 35,2 mgN %; 49,0 mg N %; 42,8 mg N %; pH 7,1; 5,9; 7,7; 7,5; Fenol 0,2 %; 0,4 %; 0,1 %; 0,1 %; pada Elektroforesis gel proten 4 pita, 6 pita, 4 pita, 4 pita dan kapang 1,2 x 106, 9,8 x 1061,5 x 102. Aplikasi asap cair 40 % dengan lama perendaman 10 menit dalam larutan kuring 10,5 % merupakan inovasi teknologi pengolahan cakalang asap dan dapat dijadikan sebagai formula/resep karena dapat memperpanjang umur simpan sampai Sembilan hari dengan tetap memperhatikan sifat-sifat sensoris yang menarik
- ItemInovasi Teknologi Sistem Usahatani Padi Gogo di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Pesireron, Marietje; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBeras sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia karena merupakan unsur penting dalam sistem ketahanan pangan nasional. Usahatani padi masih merupakan tulang punggung ekonomi pedesaan, oleh karena itu beras masih menjadi sektor strategis secara ekonomi, sosial dan polotik produksi padi sawah merupakan sumbangan terbesar terhadap beras Indonesia, namun dalam periode 1985-1999 laju pertumbuhan produksi beras menurun secara drastis sampai hanya sekitar 2% per tahun. Hal ini disebabkan karena terjadi kemarau panjang pada tahun 1997, pengurangan/penghapusan subsidi sarana produksi, mahalnya fasilitas irigasi pada lahan sawah bukaan baru kecenderungan penyusutan lahan sawah produkstif terutama derah pertanian di pulau Jawa mencapai 20.000 sampai 30.000 hektar setiap tahunnya sebagai dampak keberhasilan pembangunan di sector pemukiman, industry, dan infrastruktur. Sehingga produksi menurun dengan demikian Indonesia menjadi pengimpor beras terbesar sekitar 5,8 juta ton pada tahun 1998. Upaya peningkatan produksi padi selain dapat dilakukan pada lahan sawah, juga pada lahan kering dengan budidaya padi gogo. Di Maluku, potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk tanaman pangan seluas 2.966.195 ha dan baru digunakan seluas 126.15 ha, ditinjau dai luasnya, lahan kering di Maluku merupakan sumberdaya potensial untuk pengembangan usahatani padi gogo. Sumbangan padi gogo terhadap padi di Maluku masih relative rendah 7-8 % dengan luas panen tahun 2002 sekitar 1065 ha, tersebar di kabupaten Maluku Tenggara Barat 316 ha, kabupaten Maluku Tenggara 19 ha, kabupaten Maluku Tengah 421 ha, dan Buru 309 ha, dengan rata-rata produksi 1.857 ton/ha lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produksi nasional 2,05 t/ha
- ItemJejaring Pemasaran Salak Pondoh di Pulau Jawa(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Kaliky, Rahima; Sudaryanto, B; Hidayat, Nur; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSemakin panjang lembaga pemasaran yang membentuk jejaring pemasaran maka akan semakin memperbesar marjin pemasarannya. Tujuan penelitian untuk menganalisis jejaring, system dan marjin pemasaran salak pondok di Daerah Istimewa Yoyakarta (DIY). Penelitian ini dilaksanakan d Kec. Tempel dan Turi serta Moyudan dan Ngemplak kabupaten Sleman. Disamping itu juga dilakukan di wilayah kabupaten Bantul, Kulonprogo dan kota Yogyakarta serta kota-kota besar di Jawa yakni Surabaya, Semarang, Bandung dan Jakarta, Penentuan lokasi kecamatan secara purposive sedangkan lokasi desa dan sampel petani dengan metode random. Dilain pihak lokasi dan sampel pedagang di tentukan secara purposive. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Desember 2003. Jumlah sampel petani sebanyak 124 responden dan pedagang 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa system pemasaran salak pondok di DIY berbeda antara sentra dengan non sentra produksi. Marjin pemasaran salak pondoh pada panen raya (November-Januari adalah Rp. 177/kg, panen selingan (Pebruari-April dan Agustus-Oktober) Rp. 602/kg dan panen walikan (Mei-Juli) Rp. 777/kg. sedangkan marjin pemasaran di kota besar di pulau Jawa pada panen raya Rp. 843/kg, panen selingan Rp. 2.102/kg dan panen walikan Rp. 1.777/kg. Terdapat praktek pengambilan keuntungan secara tidak wajar oleh para pedagang pengumpul dari para petani, khususnya di kawasan sentra produksi, dengan menerapkan konvensi (kesepakatan tidak tertulis) bebas beli (free buying), petani diwajibkan menyerahkan 1 kg per kelipatan 12 kg buah salak yang di jual petani (8,3%) kepada pembelinya (pengumpul desa)
- ItemKajian Kelembagaan Perbenihan Mendukung Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan (Kasus pada Agribisnis Tanamaan Pangan di Kabupaten Merauke. Papua)(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Alfons, Janes Berthy; Hendayana, Rahmat; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuMakalah bertujuan membahas aspek kelembagaan perbenihan dalam mendukung pembangunan agribisnis tanaman pangan. Penelitian dilakukan di kabupaten Merauke, Papua tahun 2004. Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan Participatory Rural Appraisa (PRA) menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam, melibatkan anggota kelompok tani, pengkar benih dan informan kunci. Analisis data dilakukan secara deskiptif kualitatif dan kuantitatif, hasilnya menunjunkkan : (a) perbenihan memiliki peran strategis dalam mendukung pengembangan agribisnis; (b) kelembagaan dalam perbenihan berfungsi mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan perbenihan; (c) kinerja kelembagaan perbenihan di pengaruhi selain oleh sektor internal (manajemen dan organisasi) juga dipengaruhi faktor eksternal antara lain dukungan kebijakan pemerintah setempat; (d) untuk mendorong kinerjakelembagaan perbenihan dalam mendukung agribsnis tanaman pangan, diperlukan strategis pembinaan yang lebih efektif yang berbasis kinerja dan berkesinambungan. Disamping itu juga dipelukan upaya membangun jaringan kerjasama perbenihan secara horizontal maupun vertikal dengan lembaga agribisnis lain, antara lain lembaga permodalan, penangkar benih dan lembaga pemasaran
- ItemKajian Penggunaan Agrisimba pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabelo di desa Savanajaya. Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penggunaan Agrisimba dilaksanaan pada lahan sawah irigasi di desa Savanajaya, kabupaten Buru pada MT 2004, berlangsung dari Juli sampai Nopember 2004. Pengkajian bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan Agrisimba terhadap hasil gabah dan pendapatan petani. Penggunaan Agrisimba dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi pupuk NPK. Luas lahan yang digunakan sekitar 5 ha dengan melibatkan 9 petani koperator dan sebagai pembanding adalah 6 petani non koperator. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan Agrisimba memberikan hasil gabah dan pendapatan petani yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Agrisimba. Rata-rata hasil gabah kering panen petani koperator yang menggunakan Agrisimba adalah 7,48 t sedangkan petani non koperator 5,30 t/ha. Pendapatan (keuntungan bersih) petani koperator juga lebih tinggi (Rp. 5.003.500/ha) dibandingkan dengan petani non koperator (Rp. 2.676.000/ha) dengan Gross B/C ratio berturut-turut sebesar 2,26 dan 1,73 dan MBCR 9,07