Sumber Daya Lahan Pertanian
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Sumber Daya Lahan Pertanian by Author "1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti Rina"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DI LAHAN RAWA LEBAK(IAARD Press, 2014-08) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaEl Nino adalah gejala iklim akibat naiknya suhu perairan Samudra Pasifik sehingga hujan banyak turun di Samudra Pasifik, sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. La Nina adalah gejala iklim sebaliknya yaitu turunnya suhu di perairan Samudra Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya sehingga hujan turun lebih banyak di Samudra Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
- ItemARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI LAHAN SULFAT MASAM(IAARD Press, 2014) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaPengembangan lahan (land development) disyaratkan untuk mewadahi tiga keadaan masyarakat, yaitu (I) masyarakat hegemon i, (2) masyarakat epistemologis, dan (3) masyarakat ekologis. Masyarakat hegemoni, epistemologis, dan ekologis mempunyai perbedaan dasar pendekatan dalam pengembangan. Kalau masyarakat hegemoni mendasarkan pengembangan atas keinginan atau kekuasaan, masyarakat epistemologis mendasarkan pada pengetahuan sebagai pedoman dalam mentransformasi, dan masyarakat ekologis mendasarkan pada asas kesesuaian dengan lingkungan. Pendekatan yang hanya didasarkan kekuasaan (hegemoni) dan pengetahuan (epistemologi), tanpa kesesuaian lingkungan (ekologis) lebih bersifat konstruktif, tetapi tidak adaptif. Namun, apabila pengembangan hanya didasarkan kekuasaan dan lingkungan, tanpa pengetahuan, menjadi bersifatadaptif, tetapi tidak konstruktif. Demikian juga kalau hanya berdasarkan kekuasaan dan pengetahuan akan bersifat destruktif, tetapi tidak adaptif.
- ItemBuku Pedoman pengelolaan lahan sulfat masam untuk pertanian berkelanjutan(IAARD Press, 2014) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti Rina
- ItemPOTENSI DAN MASALAH PEMANFAATAN LAHAN RAWA LEBAK(IAARD Press, 2014-08) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaLahan rawa lebak merupakan agroekosistem yang cukup potensial untuk pertanian (padi, palawija, hortikultura, perkebunan, petemakan) dan perikanan. Kegiatan pertanian masyarakat pada awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, belakangan telah berubah menjadi sistem pertanian yang lebih maju, seperti pola tanam polikultur (padi + ubi alabio + terung + cabai + labu); perkebunan (jeruk siam dan kelapa sawit), petemakan (unggas dan kerbau rawa), dan perikanan (keramba, hampang, caren/sumuran/kolam/beje).
- ItemPOTENSI DAN PERMASALAHAN PERTANIAN DI LAHAN SULFAT MASAM(IAARD Press, 2014) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaPengembangan pertanian di lahan sulfat masam mempunyai akar yang kuat dalam sejarah pembangunan pertanian dan ketahanan pangan nasional. Keberhasilan Suku Banjar di pesisir Kalimantan dan daerah migrasinya di Riau, Jambi (Sumatra) bahkan sampai di Perak (Malaysia) dan Brunai Darussalam dan suku Bugis yang bermigrasi di pesisir Sumatra dan Kalimantan dalam pengelolaan pertanian, khususnya sawah, menginisiasi pemerintah untuk membuka lahan rawa. Pada tahun 1969, pemerintah merencanakan pembukaan lahan rawa, termasuk lahan sulfat masam dengan target seluas 5,25 juta ha yang tersebar di tiga pulau besar Kalimantan, Sumatra, dan Papua (Direktorat Rawa, 1968). Namun, lahan rawa pasang surut yang telah dimanfaatkan untuk pertanian diperkirakan baru sekitar 1,43 juta ha (53%) dari luas yang telah dibuka. Selain itu, terdapat lahan rawa pasang surut yang dibuka secara swadaya oleh masyarakat setempat sekitar 3,0 juta ha (Noor, 2004).
- ItemTEKNOLOGI INOVASI PERTANIAN LAHAN RAWA LEBAK(IAARD Press, 2014-08) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaBerdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di lahan rawa lebak perlu mernperhatikan kondisi dinamika genangan, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Teknologi inovasi terkait dengan dinamika genangan dan kekeringan antara lain: 1) penggunaan kalender tanam (katam) rawa, 2) pengelolaan air (teknologi irigasi tetes, teknologi mulsa, teknologi tabat pada saluran), 3) penataan lahan dan pola tanam (teknologi surjan), 4) penggunaan varietas toleran rendaman dan toleran kekeringan, dan 5) penyiapan lahan lebih cepat. Sementara untuk peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui 6) perbaikan sistem penyemaian, 7) ameliorasi dan pemupukan, dan 8) pengendalian hama dan penyakit, melalui sanitasi lingkungan dan pengendalian terpadu (PHT) berdasarkan ambang ekonomi. Teknologi budi daya yang diterapkan pada setiap lokasi pengembangan lahan rawa lebak bersifat spesifik lokasi dan ditentukan oleh karakteristik biofisik lahan serta kondisi sosial ekonomi petani
- ItemTEKNOLOGI INOVASI PERTANIAN LAHAN SULFAT MASAM(IAARD Press, 2014) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaBerdasarkan potensi dan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, pengembangan pertanian di lahan sulfat masam perlu memperhatikan karakteristik tanah, iklim, hidrologi, dan sosial ekonomi petani wilayah pengembangan. Berikut dikemukakan serangkaian teknologi inovasi dalam pengelolaan lahan sulfat masam untuk (1) tanaman pangan dan hortikultura; (2) perkebunan; (3) petemakan dan perikanan; (4) adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.