Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 110
  • Item
    Dukungan petrokimia terhadap pembangunan pertanian melalui pengadaan pupuk berimbang dan bersubsidi
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007-10-29) PT Petrokimia Gresik; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
  • Item
    Pengaruh Jenis Daging dan Bahan Pengenyal, yang Berbeda Terhadap Kualitas Organoleptik dan Mikrostruktur Bakso
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Tiven, Nafly Camilo; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas organoleptik dan mikrostruktur bakso daging ayam dan kambing yang diberi bahan pengenyal albumen, soda kue dan boraks. Daging ayam dan kambing dipisahkan jaringan lemaknya, dipotong kecil-kecil dan digiling sampai halus, dimasukkan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan dan filler serta es batu sedikit demi sedikit dan dicampur sampai membentuk adonan yang homogen, kemudian diberi bahan pengenyal albumen, soda kue dan boraks masing-masing 0,2 % dari adonan. Adonan dibentuk bulat-bulat menggunakan tangan dengan ukuran yang relatif sama dan berat 10 g dan direbus secara terpisah antar perlakuan sampai matang, ditiriskan dan dilanjutkan dengan pengujian. Parameter yang diamati adalah kualitas organoleptik (warna, rasa, tekstur, kekenyalan dan bau) serta mikrostruktur bakso. Data kualitas organoleptik dianalisis dengan analisis non parametrik metode Kruskal dan Wallis, sedangkan untuk mikrostruktur bakso dianalisis secara deskriptif melalui foto mikrograf dari mikroskop. Hasil analisis statistik terhadap sifat organoleptik bakso menunjukkan bahwa bahan pengenyal berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap warna, rasa dan kekenyalan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakso daging ayam mempunyai warna yang putih keabuan, rasanya disukai, teksturnya halus tetapi kenyal serta mempunyai bau yang disukai, sedangkan bakso daging kambing mempunyai warna abu-abu, rasanya agak disukai, teksturnya agak kasar dan agak kenyal serta baunya kurang disukai. Untuk bahan pengenyal, soda kue mempunyai warna yang agak abu-abu dibanding boraks dan albumen, mempunyai tekstur yang halus, lebih kenyal, sedangkan boraks mempunyai rasa yang lebih disukai dibanding soda kue dan albumen, tetapi ketiganya mempunyai bau yang kurang disukai bila dibandingkan dengan bakso yang tanpa menggunakan bahan pengenyal. Mikrostruktur bakso tidak banyak mengalami perubahan, kecuali pada bakso ayam dan bakso kambing yang menggunakan bahan pengenyal soda kue dimana mikrostrukturnya tidak terlalu jelas, karena sifat soda kue yang mengembang.
  • Item
    Pemberian Rayap (Glyptotermen montanus Kemner) Terhadap Kadar Mineral Ca, P dan Mg Plasma Darah Ayam Pedaging
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Uhi, Harry Triely; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon ayam Rokky-301 yang diberi berbagai taraf penambahan rayap yang dideteksi dari kadar mineral Ca, P, dan Mg dalam plasma dan tulang ayam pedaging. Perlakuan yang digunakan ada 5 (lima) macam yaitu, perlakuan R0 (Ransum basal tanpa rayap), R1 (Ransum basal + 0,5% rayap), R2 (Ransum basal + 1,0% rayap), R3 (Ransum basal + 1,5% rayap), dan R4 (Ransum komersial). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 (lima) perlakuan dan 3 (tiga) ulangan. Parameter yang diamati kadar Ca, P, dan Mg dalam plasma dan Konsumsi Ca, P, dan Mg dalam ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio Ca : P dalam ransum yang dikonsumsi adalah berkisar 1,23 - 1,57 : 1, sedangkan Ca : Mg berkisar antara 23 -95 : 1. Selanjutnya rataan kadar Ca, P dan Mg plasma ayam pedaging berkisar antara 9,23 - 11,21 mg/100 ml Ca; 5,50 - 6,46 mg/100 ml P dan 2,62 - 4,12 mg/ 100 ml Mg. Kesimpulan Peningkatan taraf penambahan rayap (G. montanus Kemner) sebanyak 1,5% memperlihatkan nilai peningkatan lebih baik terhadap kadar Ca dan Mg plasma dibandingkan kontrol positif.
  • Item
    Pemanfaatan Jeroan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelagis) Sebagai Sumber Protein Dalam Ransum Ternak Babi Lepas Sapih
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) de Lima, Dominggus; Matatula, Michel J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
    Kendala dalam menyusun ransum ternak Babi adalah semakin berkurangnya jumlah bahan pakan konvensional, harga yang semakin tinggi dan kompetisi penyediaan bahan pakan dengan manusia. Jeroan ikan cakalang (Katsuwonus Pelamis) sebagai pakan non konvensional merupakan salah satu bahan penyusun ransum ternak babi, jumlahnya cukup banyak, harganya murah dan pemakaian tidak bersaing dengan manusia. Namun informasi tentang pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi belum banyak diketahui, karena itu dilakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan 8 ekor babi lepas sapih peranakan VDL, berbobot badan rata-rata 14,35 Kg. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua perlakuan masing-masing adalah babi yang diberi perlakuan tepung ikan (R1) dan diberi perlakuan tepung jeroan ikan cakalang (R2), perlakuan diulang empat kali dan setiap ulangan berfungsi sebagai kelompok berdasarkan letak kandang dan berat badan. Hasil analisis statistik diperoleh bahwa tidak ada perbedaan (P > 0,05) dalam pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan antara kedua perlakuan tersebut, akan tetapi secara ekonomis perlakuan jeroan ikan mempunyai nilai ekonomis yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian tepung ikan.
  • Item
    Inventarisasi Hijauan Makanan Ternak Lokal Di Pulau
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Patty, Ch W; Joris, L; Siwa, I; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
    Peningkatan produksi dan populasi ternak khususnya ternak kerbau yang merupakan ternak unggul lokal di pulau Moa tidak efisien bila tidak didukung oleh produksi hijauan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Sistem pengembalaan ternak yang dilakukan secara kontinyu (Continuous grazing) dan musim kemarau yang cukup panjuang akan mempengaruhi komposisi botani padangan dan cenderung akan menurunkan nilai gizi padangan dan produksi ternak kerbau. Berdasarkan kenyataan tersebut maka telah dilakuakan kajian menyangkut “Inventarisasi Hijauan Makanan Ternak di Pulau Moa”. Dari hasil kajian ini diharapkan dapat diterapkan suatu kebijakan dalam upaya budidaya dan pengembangan hijauan makanan ternak lokal guna mengembangkan ternak kerbau yang merupakan salah satu plasma nutfah Propinsi Maluku. Penelitian ini dilakukan di pulau Moa dengan menggunakan metode survei melalui pengamatan dan pengumpulan data di lapangan dengan mengambil lokasi pada dua areal padang penggembalaan. Pengambilan sampel hijauan makanan ternak dilakukan sebanyak 450 cluster untuk tiap padang penggembalaan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : a). Jenis hijauan makanan ternak, 2). Komposisi hijauan makanan ternak dan 3). Kualitas hijauan padang penggembalaan. Berdasarkan hasil kajian di lapangan pada areal padang penggembalaan diperoleh jenis hijauan rumput-rumputan antara lain : rumput Setaria (Setaria ancepts), Merak (Andropogon Themeda), Jukut Pait (Axonopus compressus), rumput Kerbau (Paspalum conjugatum), rumput Suket Emprit-empritan (Eragrostis amibilis) dan Rumput Sudan. Selain jenis rumput ditemukan pula jenis hijauan pohon yang sring diberikan kepada ternak seperti kusambi, beringin, lamporo, parma, turigamal dan wetu. Pengukuran komposisi botani diperoleh hasil : rumput setaria = 33.92 %, rumput merak = 21.84 %, rumput jukut pait = 20,77 %, rumput Kerbau = 13,31 %, rumput Sekut emprit-emprit = 5,82 % dan rumput sudan = 4,33 %. Sedangkan padang penggembalaan di Moa Timur (Gunung Kerbau) diperoleh hasil sebagai berikut : rumput Setaria = 31,15 %, rumput jukut pait = 30,11 %, rumput merak = 19,35 %, rumput Sekut emprit-emprit = 11,59 % dan rumput Kerbau = 7,80 % Sedangkan hasil rata-rata analisa proksimat ruput pada padang penggembalaan Mkamar adalah protein = 4,33 %, serat kasar = 34,35 % BETN = 38,72 % dan abu = 7, 13 %, sedangkan padang penggembalaan gunung Kerbau adalah protein = 3,46 %, serat kasar = 36,66 %, BETN = 37,26 % dan abu = 8,12 %.