Repositori Kementerian Pertanian

Repositori Publikasi Kementerian Pertanian merupakan kumpulan koleksi digital dari publikasi terbitan lingkup Kementerian Pertanian. Publikasi terdiri dari:

  • terbitan berkala ilmiah (scientific journal, scientific periodical)
  • berkala semi ilmiah (semi populer jurnal)
  • tidak berkala (leaflet, poster, infografis)

Repositori dikelola oleh Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian untuk meningkatkan akses publik terhadap informasi ilmiah sebagai bagian dari komitmen pelayanan publik Kementerian Pertanian dalam penyediaan informasi pertanian.

Guna meningkatkan mutu layanan yang lebih baik, kami mengharap kesediaan Saudara berkenan mengisi Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terkait layanan Repositori Publikasi Kementerian Pertanian pada link berikut ini https://pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id/surveypustakadigital/.

Image by nikitabuida on Freepik
 

Recent Submissions

Item
Tanaman Pangan Fungsional Kaya Antioksidan
(IAARD Press, 2020-10-15) Made J. Mejaya; Haris Syahbuddin; Yuliantoro Baliadi; Agus W. Anggara; Ronald Hutapea; Erliana Ginting; Febria C. Indriani; M. Muclish Adie; Muchdar Soedarjo; Yudi Widodo; Joko S. Utomo; Bambang S. Koentjoro; M. Yasin H.G.; Nur Richana; S Joni Munarso
Kita tentu pernah mendengar sebuah frasa “You are what you eat”. Ini bukan sebuah peribahasa, tetapi fakta bahwa apa yang kita makan akan merepresentasikan diri kita. Sejak digaungkan melalui sebuah buku (victor Lindlahr, 1940), frasa ini seolah menjadi sebuah gaya hidup baru, yaitu gaya hidup sehat. Masyarakat konsumen tidak cukup dengan ketersediaan pangan, tetapi pangan harus berkualitas, aman dan berkontribusi dalam menjaga kesehatan tubuh. Sejak itu pula muncul istilah pangan fungsional, yaitu pangan yang mempunyai kandungan komponen aktif yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Merespon tren permintaan masyarakat sebagai konsumen pangan, sejumlah riset untuk menyediakan bahan pangan yang bersifat fungsional banyak dilakukan, salah satunya oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cakupan riset pangan fungsional tersebut meliputi tuntutan kandungan gizi yang lebih baik, kadar antioksidan tinggi, kadar zat besi, zinc maupun iodium tinggi, rendah indeks glikemik, dan sebagainya. Pangan fungsional beberapa tahun terakhir banyak dibahas, dikaji dan dibukukan oleh peneliti maupun peminat. Pangan fungsional yang terkandung di tanaman pangan, yang hari-hari di konsumsi, belum banyak di bahas. Pangan fungsional pada beras, jagung, kedelai dan ubi jalar terutama sifat antioksidannya belum banyak dibukukan. Kemajuan teknologi pangan, meliputi pemuliaan, budidaya tanaman, dan pengolahan hasil, membuat tanaman pangan khususnya padi, jagung, kedelai dan ubi jalar dapat menghasilkan tanaman yang tangguh, produktif dan mempunyai pangan fungsional tinggi, Buku ini yang membahas tentang tanaman pangan fungsional kaya antioksidan, akan membuka pandangan yang mengantar kita lebih mudah memahami perkembangan teknologi maju. Buku ini menyajikan perkembangan terkini hasil riset pangan fungsional, khususnya dari kelompok tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan aneka umbi), yang dapat berperan sebagai sumber antioksidan yang tinggi. Berbagai isu terkait disampaikan mengalir dalam buku ini, mulai dari situasi umum produksi pangan, cakupan pangan fungsional, perolehan varietas tanaman pangan yang kaya antioksidan, hingga kemajuan teknik pemuliaan, budidaya dan pengolahan untuk tanaman pangan spesifik ini. Buku ini sangat bermanfaat bagi peneliti, penyuluh, mahasiswa, petani atau mereka yang menaruh perhatian dan ingin memperluas wawasannya tentang pangan fungsional.
Item
BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM IRIGASI TETES DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG, JAWA BARAT
(2025-05-16) MUHAMMAD RIDO ALFA RIZKY
Budidaya melon dengan system irigasi tetes dimulai dengan Persiapan screen house, persiapan instalasi sistem fertigasi, persemaian, penanaman,pemeliharaan, panen, pasca panen. pembuatan media tanam yang menggunakan kombinasi arang sekam dan cocopeat dalam perbandingan 2:1. Proses penyemaian berlangsung sekitar 21 hari, menggunakan seed tray dan melon varietas Robin. Pemeliharaan tanaman meliputi berbagai kegiatan seperti Pemberian larutan nutrisi, penyulaman, pengecekan stik regulator, penyemprotan, pelilitan, pewiwilan, pemupukan tambahan, pengendalalia hama dan penyakit, polinasi, seleksi buah, pengikatan buah, topping dan penentuan saat panen
Item
Varietas Unggul Padi Untuk Rakyat mendukung Swasembada Beras Berkelanjutan
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011-12-09) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Di Indonesia, padi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena selain sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk juga menjadi sumber perekonomian jutaan petani di pedesaan. Dengan demikian menjadi sangat wajar jika program peningkatan produksi padi selalu mendapat prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Bahkan pemerintah sejak beberapa waktu yang lalu telah mencanangkan swasembada beras berkelanjutan sebagaimana tercermin dari program empat sukses Kementerian Pertanian. Di sisi lain, kenyataan di lapangan menunjukkan upaya peningkatan produksi padi dihadapkan kepada berbagai masalah. Selain konversi lahan sawah yang belum teratasi sepenuhnya, kini perubahan iklim juga telah menjadi kenyataan yang perlu dicarikan jalan keluarnya agar tidak mengganggu ketahanan pangan nasional. Dampak perubahan iklim yang dirasakan di sektor pertanian adalah tingginya curah hujan dalam periode tertentu, yang menyebabkan banjir sehingga berpotensi merendam areal pertanaman. Dalam periode yang lain, terjadi kemarau panjang yang menyebabkan pertanaman padi terancam kekeringan. Perubahan iklim juga berdampak terhadap perubahan pola tanam yang memicu perkembangan hama dan penyakit tanaman. Hama wereng batang coklat (WBC), misalnya, beberapa waktu yang lalu telah merusak sebagian pertanaman padi dengan kerugian yang cukup besar. Badan Litbang Pertanian terus berupaya menghasilkan teknologi melalui penelitian untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi. Teknologi yang telah berkontribusi nyata dalam mengatasi masalah di lapangan adalah varietas unggul. Selain berdaya hasil tinggi, varietas unggul yang dihasilkan umumnya tahan terhadap hama penyakit utama dan beberapa di antaranya toleran rendaman dan kekeringan. Hingga tahun 2011, Badan Litbang Pertanian telah melepas 231 varietas unggul padi, sebagian besar merupakan padi sawah irigasi yang menjadi tulang punggung pengadaan produksi padi nasional. Beberapa varietas unggul padi sawah yang populer di petani antara lain IR64 dan Ciherang. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua varietas unggul ini sudah mulai patah ketahanannya terhadap hama dan penyakit utama. Kini, sebagian lahan sawah di sentra produksi sudah ditanami petani dengan varietas unggul Inpari 13 yang diketahui tahan terhadap hama WBC. Selain varietas unggul padi sawah irigasi, Badan Litbang Pertanian juga telah melepas sejumlah varietas unggul padi gogo dan padi lahan rawa. Pengembangan berbagai varietas unggul baru ini diharapkan dapat mempercepat upaya peningkatan produksi padi menuju swasembada beras berkelanjutan pada 2014. Publikasi ini berisi informasi tentang kondisi perpadian nasional dewasa ini, peranan varietas unggul dalam meningkatkan produksi padi terkait dengan dampak perubahan iklim, dan pengembangan varietas unggul baru dengan melibatkan berbagai steakholder, terutama petani, penyuluh pertanian, dan penentu kebijakan, baik di pusat maupun daerah, dan penyediaan benih sumber dalam menudukung upaya peningkatan produksi padi nasional.
Item
PERBANYAKAN Trichoderma spp. PADA BERBAGAI MEDIA DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
(2025-05-16) Rihan Ali Abdillah
Akhir-akhir ini, beberapa negara di sekitar Indonesia, khususnya ASEAN, sedang mengalami krisis pangan. Malaysia sedang terjadi kelangkaan beras yang menyebabkan melonjaknya harga beras lokal. Selain itu juga harga beras impor yang semakin mahal sehingga memicu kepanikan penduduk setempat (Ayuningrum, 2025). Selain Malaysia, Filipina juga telah mengumumkan status darurat ketahanan pangannya pada bulan Februari 2025. Pernyataan tersebut ditimbang dari adanya capaian inflasi beras tertinggi selama 15 tahun terakhir, yang mencapai angka 24,4% (Biro KLI Kementan, 2025). Selain dua negara ASEAN tersebut, jepang juga mengalami hal serupa. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa Jepang telah mengalami harga beras sebanyak 82% dalam setahun akibat adanya bencana gelombang panas ekstrem yang merusak produksi dan mengganggu distribusi. Pemerintah Jepang melepaskan stok darurat beras negara sebanyak 210.000 ton dari total stok darurat 1 juta ton akibat dari kenaikan harga yang ekstrem tersebut (Biro KLI Kementan, 2025). Fenomena di sekitar tersebut secara tidak langsung menjadi peringatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ketahanan pangan. Sejalan dengan isu ketahanan pangan di negara-negara tersebut, Presiden Prabowo sebelumnya tengah mengupayakan program swasembada pangan. Pemerintah menggalakkan program swasembada pangan dengan memaksimalkan fungsi lahan tanam dan memperluas cakupan sawah, sehingga ketahanan pangan Indonesia serta tujuan swasembada pangan dapat tercapai dalam waktu sesingkatnya (Kompu SDA, 2024). Namun, selain pemaksimalan lahan dan perluasan cakupan sawah, terdapat faktor lain yang juga menentukan tercapainya swasembada pangan, salah satunya yakni pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) pada tahapan pemeliharaan tanaman.
Item
Kacang tanah inovasi teknologi dan pengembangan produk
(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015-12-05) Astanto Kasno; Agustina Asri Rahmianna; Made Jana Mejaya; Didik Harnowo; Sudarmadi Purnomo
Meski bukan tanaman pangan utama, komoditas kacang tanah semakin penting perannya sebagai tanaman cash crop, terutama sebagai pemasok bahan baku untuk bioindustri pangan, khususnya kudapan (snack) yang terus berkembang. Oleh karena itu perhatian terhadap teknologi produksi dan pengolahan kacang tanah perlu mendapat perhatian lebih. Sebagaimana digariskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan selalu menekankan dan mengarahkan agar rencana strategis (Renstra) Balai Penelitian komoditas senantiasa mengantisipasi kebutuhan inovasi di masa mendatang dengan dasar perubahan lingkungan strategis seperti perubahan iklim, kesuburan tanah, potensi berkembanganya organisme pengganggu dan juga aspek gizi dan kesehatan masyarakat serta yang tak kalah pentingnya adalah potensi penerapan inovasi tersebut secara ekonomis. Monograf Kacang Tanah ini, yang merupakan rangkuman hasil penelitian dengan menjelaskan kacang tanah dari berbagai disiplin, saya pandang sangat penting sebagai salah satu cara mengomunikasikan inovasi yang telah dicapai kepada para penyuluh dan praktisi sebagai bahan penyuluhan kepada petani. Di samping itu, materi dalam monograf ini juga penting untuk pengembangan kacang tanah bagi para akademisi. Lebih-lebih dalam perdagangan internasional aspek gizi dan cemaran aflatoksin akan menjadi parameter penting untuk standar kualitas perdagangan kacang tanah. Semoga buku ini dapat dijadikan pegangan untuk pengembangan kacang tanah, sehingga mendorong peningkatan produksi kacang tanah dalam negeri dan mengurangi impor yang semakin bertambah.