Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Lebah Madu di KPHL Rinjani Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Pelatihan Pertanian Jambi
Abstract
Description
Non-timber forest products (NTFPs) is a forest resource that has an important role for the welfare of the communities around the forests, particularly in protected forest areas. Honey is one of NTFPs that have long been used in West Nusa Tenggara province. Increased national honey production is needed to be able to meet the high demand of honey in Indonesia. One of the way to increase production of honey is by doing beekeeping. This study aims to obtain information about the financial feasibility in Protected Forest Management Unit (KPHL) West Rinjani. Sample collection has been done by using purposive sampling method with consideration of the number of holdings stup/the most bee colonies. Research analysis has been done by using a combination of quantitative-qualitative method. Financial analysis conducted to determine the feasibility of beekeeping using investment criteria NPV, BCR and IRR in KPHL Rinjani Barat.The result show that the cultivation of honey bee Apis cerana types in Resort Malimbu feasible with NPV = Rp. 104 229 381 - Rp.1.036.687.824 / 10 years; BCR = 2.85 to 5.79; IRR = 40.92% - 42.34%. Enterprises beekeeping types of Trigona sp in Resort Malimbu also feasible with NPV = Rp. 45,491,153 - Rp. 92,973,767 / 10 years;BCR = 1.21 to 1.34; IRR = 23.52% - 27.91%.
Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya hutan yang memiliki peran penting untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, terutama pada kawasan hutan lindung. Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sudah lama dimanfaatkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peningkatan produksi madu nasional perlu dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan madu yang tinggi di Indonesia. Salah satu cara peningkatan produksi madu yaitu dengan melakukan budidaya lebah madu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kelayakan finansial di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan jumlah kepemilikan stup/koloni lebah terbanyak. Metode penetilian menggunakan metode kombinasi kuantitatif-kualitatif. Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya lebah madu dengan menggunakan kriteria investasi NPV, BCR dan IRR di KPHL Rinjani Barat. Usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerana di Resort Malimbu layak untuk dilakukan dengan nilai NPV = Rp. 104.229.381 – Rp.1.036.687.824/ 10 tahun; BCR = 2,85 – 5,79; IRR = 40,92% – 42,34%. IRR = 40,92% – 42,34%. Usaha budidaya lebah madu jenis Trigona sp di Resort Malimbu juga layak untuk dilakukan dengan nilai NPV = Rp. 45.491.153 – Rp. 92.973.767/ 10 tahun; BCR = 1,21 – 1,34; IRR = 23,52% – 27,91%.
Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya hutan yang memiliki peran penting untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, terutama pada kawasan hutan lindung. Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sudah lama dimanfaatkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peningkatan produksi madu nasional perlu dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan madu yang tinggi di Indonesia. Salah satu cara peningkatan produksi madu yaitu dengan melakukan budidaya lebah madu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kelayakan finansial di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan jumlah kepemilikan stup/koloni lebah terbanyak. Metode penetilian menggunakan metode kombinasi kuantitatif-kualitatif. Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya lebah madu dengan menggunakan kriteria investasi NPV, BCR dan IRR di KPHL Rinjani Barat. Usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerana di Resort Malimbu layak untuk dilakukan dengan nilai NPV = Rp. 104.229.381 – Rp.1.036.687.824/ 10 tahun; BCR = 2,85 – 5,79; IRR = 40,92% – 42,34%. IRR = 40,92% – 42,34%. Usaha budidaya lebah madu jenis Trigona sp di Resort Malimbu juga layak untuk dilakukan dengan nilai NPV = Rp. 45.491.153 – Rp. 92.973.767/ 10 tahun; BCR = 1,21 – 1,34; IRR = 23,52% – 27,91%.
Keywords
Kelayakan finansial, Budidaya lebah madu, Hasil hutan bukan kayu, Trigona sp