KERAPATAN GALUR HARAPAN KAPAS PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN KEDELAI

dc.contributorBalai PenelitianTanaman Pemanis dan Seraten-US
dc.creatorRIAJAYA, PRIMA DIARINI; Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
dc.creatorKADARWATI, FITRININGDYAH TRI; Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
dc.date2016-11-10
dc.date.accessioned2019-10-09T09:44:34Z
dc.date.available2019-10-09T09:44:34Z
dc.descriptionPenelitian pengaturan kerapalan galur harapan kapas pada sistem tumpangsari dengan kedelai dilakukan di IPPTP Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur pada lahan sawah sesudah padi dari bulan Mei sampai dengan Oktobcr 2000. Tujuan penelitian untuk mendapatkan kerapalan lanaman yang sesuai pada galur harapan kapas pada sistem tumpangsari dengan kedelai Percobaan disusun dalam rancangan petak tcrbagi dengan 4 varictas'galur (92016/6, 91001 29 2, 88003/16/2 dan Kanesia 7) sebagai pelak utama Anak petak terdiri atas 3 tata tanam yaitu (1) tala tanam 1(1); 3, yaitu I bans kapas (I tan 'lubang) dan 3 bais kedelai, (2) tata tanam 2 (1) 4 yaitu 2 baris kapas(l tan.'lubang) dan 4 baris kedelai, (3) tata tanam 1 (2)3 yaitu 1 baris (2 tan 'lubang dan 3 bais kedelai) Jarak lanam kapas dan kedelai pada (ala tanam 1(1) 3 adalah 150 x 20 cm dan 25 x 20 cm, pada tata tanam 2( I ):4 adalah 150 (60) cm x 30 cm dan 20 cm x 20 cm, dan tata tanam 1 (2) 3 adalah 150 cm x 30 cm dan 25 cm x 20 cm Hasil penelitian menunjukkan bahwa lata tanam yang sesuai pada galur varietas baru kapas adalah tata tanam 1(1)3 |1 baris kapas (1 tan lubang) dan tiga baris kedelai] Mengurangi jumlah lanaman kapas tiap lubang dari 2 menjadi I lanaman pada tata tanam 1 (2)3 (1 baris kapas (2 lan lubang) dan 3 bais kedelai) meningkatkan eisiensi fotosintcsis dai 59 x 10 menjadi 9.4 x 10"" mgC02.mgll20 sehingga produksi kapas meningkat dari 1 167 2 menjadi I 251 6 kgha, sedangkan produksi kedelai tidak berpengaruh yaitu rata-rata 846 kgha Apabila dialur dalam sistem 2:4 (2 baris kapas diantara 4 baris kedelai), maka eisiensi fotosintcsis hanya meningkat dari 5.9 x \0A menjadi 77 x 10 mg C02mg H20 sehingga produksi kapas hanya meningkat dari I 167 2 menjadi I 206 2 kgha Pada kedua sistem lanam tersebut produktivitas galur 8800316/2 (1 323.3 kgha) lidak berbeda dengan Kanesia 7 (I 365.2 kg/ha) dan nyata lebih tinggi daripada galur 920166 (1 096 9 kgha) maupun 91001.29/2 (1 048 0 kgha).Kata kunci: Gossypium hirsutum. kapas. Glycine Max, kedelai, kerapatan lanaman, tumpangsari, hasil ABSTRACTDensity of neyv cotton lines under intercropping system with soybeanThe ield trial on different crop densities for new cotton lines under intercropping system with soybean was conducted in Mojosari. East Java from May lo October 2000 on the rice ield ater harvest. The purpose of the study was to investigate die optimum population for new cotton lines under intercropping with soybean The field experiment was arranged in a Split Plot Design with three replications. Pour new cotton lines were allocated lo main plots 92016 6, 91001/29.2 (okra leal). 88003/16/2 and Kanesia 7 'Three crop arrangements were allocated to sub-plots: 1 (1 ):3 [1 cotton row (I plant/hole) in between 3 rows of soybean), 2(1 ):4 [ 2 coton rows (1 plant/hole) in between 4 rows of soybean, and 1(2):3 (1 cotton row (2 planlholc) in between 3 rows of soybean). Two replications for sole crops of cotton and soybean were included in this expeiment lo compare both cropping systems. Research showed that by keeping one cotton plant/hole under intercropping system wi(h soybean in arrangement of 1:3 11 conon row in between 3 rows of soybean), increased the photosynthetic efficiency from 5 9 x 10"* to 9.4 x 10"* mg C02/mg H20, causing cotton yield increased from 1167.2 to 1 251.6 kg/ha; however soybean yield did not differ between different propotions of cotton and soybean (846 kg/ha) Under arrangement of Iwo cotton rows * four rows of soybean, the photosynthetic efficiency increased from 5.9 x 10"1 to 7.7 x 10"* mg COj'mg HjO resulted in increased cotton yield from I 167.2 lo 1 206.2 kgha Ihe yield of line 88003/16 2 (1 323.3 kgha) did not differ with that on Kanesia 7 (I 365.2 kg/ha); both were higher than those on 92016/6 (1 096.9 kg/ha) and 91001 /29/2 (1 048.0 kgha).Key words: Gossypium hirsutum, kapas. Glycine Max, soybean, crop density, intercropping, yielden-US
dc.formatapplication/pdf
dc.identifierhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jptip/article/view/5577
dc.identifier10.21082/littri.v9n1.2003.11-16
dc.identifier.urihttp://124.81.126.59/handle/123456789/8213
dc.languageeng
dc.publisherPusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunanen-US
dc.relationhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jptip/article/view/5577/4752
dc.rightsCopyright (c) 2016 Jurnal Penelitian Tanaman Industrien-US
dc.sourceJurnal Penelitian Tanaman Industri; Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003; 11-16en-US
dc.source2528-6870
dc.source0853-8212
dc.subjectGossypium hirsutum;kapas. Glycine Max;kedelai;kerapatan lanaman;tumpangsari;hasilen-US
dc.titleKERAPATAN GALUR HARAPAN KAPAS PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN KEDELAIen-US
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/article
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.typePeer-reviewed Articleen-US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
5577-12962-1-SM.pdf
Size:
1.29 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
0 B
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: