DAMPAK SOSIAL EKONOMI EPIDEMI PENYAKIT MULUT DAN KUKU TERHADAP PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI INDONESIA
Loading...
Date
2017-10
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Abstract
Kebijakan pemerintah memasukan daging kerbau dari India sebagai negara yang
belum bebas PMK ke Indonesia sebagai negara yang bebas PMK, beresiko terhadap
kemungkinan berjangkitnya PMK. Hal ini disebabkan kondisi peternakan sapi di dalam
negeri masih dikelola oleh peternakan rakyat yang subsisten dan tradisional. Usaha
Peternakan Rakyat ini berada di perdesaan; terkendala teknologi; ternak sebagai ‘rojo
koyo’; menjual ternak berdasarkan keperluannya (orientasi sosial); tidak berorientasi
ekonomi; tidak berbasis lahan usaha (flying herd); skala kecil; sumber pupuk, sumber
tabungan, Sumber Tenaga Kerja; status sosial; ternak sebagai keperluan adat budaya
dan keagamaan. Dampak sosial dan ekonomis yang mungkin muncul atas kebijakan ini
dilakukan analisis dengan metode desk studi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa :
ancaman terhadap peluang terjadinya PMK bisa secara langsung maupun tidak
langsung. Secara spesifik bahwa ancaman penyakit PMK adalah sebagai berikut : (1)
Hambatan utama adalah sulitnya mencapai target angka pertumbuhan populasi ternak
apabila terjadi wabah dan prevalensi PMK yang persisten. (2) Pada ternak dewasa
umumnya akan meningkatkan risiko abortus dadakan di antara ternak-ternak bunting
dan kematian anak sapi. (3) Kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh penurunan
produksi ternak (susu daging)serta penurunan produktivitas tenaga kerja, dan (4) Secara
ekonomi, PMK menciptakan “externalities” dan keterperangkapan pangan.
Description
Kebijakan pemerintah memasukan daging kerbau dari India sebagai negara yang
belum bebas PMK ke Indonesia sebagai negara yang bebas PMK, beresiko terhadap
kemungkinan berjangkitnya PMK. Hal ini disebabkan kondisi peternakan sapi di dalam
negeri masih dikelola oleh peternakan rakyat yang subsisten dan tradisional. Usaha
Peternakan Rakyat ini berada di perdesaan; terkendala teknologi; ternak sebagai ‘rojo
koyo’; menjual ternak berdasarkan keperluannya (orientasi sosial); tidak berorientasi
ekonomi; tidak berbasis lahan usaha (flying herd); skala kecil; sumber pupuk, sumber
tabungan, Sumber Tenaga Kerja; status sosial; ternak sebagai keperluan adat budaya
dan keagamaan.
Keywords
peternakan rakyat, penyakit mulut dan kuku, ancaman dan externalities.