Kultur In vitro sebagai metode pelestarian tumbuhan obat langka

dc.contributor.authorLestari ...[at al], Endang Gati
dc.contributor.otherBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanianen_US
dc.date.accessioned2021-04-08T00:42:50Z
dc.date.available2021-04-08T00:42:50Z
dc.date.issued1997
dc.description.abstractKultur in vitro Sebagai Metode Pelestarian Tumbuhan Obat Langka. Penyimpanan melaiui kultur in vitro merupakan salah satu kegiatan untuk menunjang program pelestarian plasma nutfah yang sangat penting baik untuk mengatasi pelangkaan tanaman maupun untuk penyediaan keragaman genetik. Tumbuhan obat merupakan kelompok komoditas pertanian yang erosi genetiknya berlangsung sangat cepat sehingga upaya pelestariannya perlu segera dilakukan. Teknik kultur in vitro merupakan teknologi pilihan yang diharapkan dapat menyimpan kekayaan hayati dimasa mendatang. Dengan demikian penguasaan dan pengembangan teknik pelestarian plasma nutfah melalui kultur in vitro harus dipelajari. Pada saat ini laboratorium kultur jaringan tanaman industri sudah berhasil menyimpan berbagai tumbuhan obat secara in vitro baik yang termasuk dalam kategori langka maupun yang berpotensi untuk dikembangkan. Teknik penyimpanan yang dilakukan dengan cara pertumbuhan minimal dan penyimpanan dalam keadaan tumbuh. Disamping kedua cara tersebut di atas sedang dipelajari pula cara penyimpanan yang lebih efisien yaitu melalui enkapsulasi. Sebelum percobaan penyimpanan maka terlebih dahulu dilakukan perbanyakan biakan melalui kultur in vitro. Tumbuhan obat yang telah disimpan antara lain Pulasari (Alyxia stellata), Pule pandak (Rauvoljia serpentina), Purwoceng (Pimpinella pruatjan), Inggu (Ruta angustifolia), Temu puteri (Curcuma petiolata), Bidara upas (Meremia mammosa), Daun dewa (Gynura procumben), Kencur (Kaempferia galanga), Jahe (Zingiber ojficinalle), Daun encok (Plumbago zeylanica), Daun tangguh (Pettivera alliacea), Adas (Foeniculum vulgare) dan Som jawa (Talinum paniculatum). Penyimpanan dengan cara pertumbuhan minimal dan enkapsulasi dengan menambahkan inhibitor (paclobutrazol, ancymidol dan cycocel) atau retardan (Absisic Acid), dapat mengurangi frekuensi subkultur untuk pembaharuan. Metoda penyimpanan melalui kultur in vitro tidak sama tergantung jenis tumbuhannya. Berbagai tumbuhan obat tersebut diatas ada yang sudah disimpan selama 1 sampai dengan 7 tahun. Daya regenerasi jaringan setelah penyimpanan tidak menurun dan secara visual penampakan bibit di rumah kaca tidak berbeda dengan pohon induknya.en_US
dc.identifier.issn1410-4377
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12393
dc.language.isoiden_US
dc.publisherSekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfahen_US
dc.subjectKultur in vitro , pelestarian plasma nutfah tanaman obat langka.en_US
dc.titleKultur In vitro sebagai metode pelestarian tumbuhan obat langkaen_US
dc.typeArticleen_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
obat langka1997.pdf
Size:
5.87 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: