Analisis kebijakan harga TBS Kelapa sawit pada PIR Perkebunan Sei Besitang Sumatera Utara
No Thumbnail Available
Date
2016-09-13
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Abstract
Description
IndonesianSetelah masa konversi, pendapatan petani plasma PIR-BUN Kelapa Sawit sangat tergantung dari harga jual TBS (Tandan Buah Segar). Tingkat produksi dan efisiensi teknis relatif sudah cukup baik, walaupun masih banyak peluang untuk ditingkatkan. Berdasarkan perjanjian, petani plasma seharusnya menjual hasil untuk diolah di inti. Sehingga petani berada pada posisi penerima harga sementara itu inti pemberi harga. Pada awalnya, inti menetapkan harga beli hasil petani, berdasarkan harga jual minyak sawit dan inti sawit oleh PTP dan juga biaya pengolahan serta ongkos transportasi dan administrasi. Pengawal tahun 1987, banyak dibahas terutama kasus-kasus yang ditemukan mengenai penjual hasil plasma ke luar inti. Dibahas juga, bahwa penjual hasil plasma keluar inti. Dibahas juga, penyebab terjadinya penjualan ke luar inti tersebut, adalah sebagai akibat merosotnya harga beli inti dibandingkan swasta, sehingga logis bila petani plasma cenderung menjual hasil keluar inti. Gejala ini dikhawatirkan akan membawa dampak yang kurang baik pada kelestarian usaha kebun petani sesuai dengan budidaya dan juga pada pengembalian kredit oleh petani plasma. Sehingga, untuk mengatasi hal ini pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan penetapan harga beli kelapa sawit petani plasma oleh inti. Tulisan ini mencoba menganalisis jalannya kebijaksanaan tersebut. Ternyata kebijaksanaan ini relatif sudah berjalan secara efektif meningkatkan harga jual petani. Tetapi masih terjadi suatu gejolak harga. Hal ini sulit bila kebijaksanaan harga dan jumlah ekspor (makro) dianggap lebih ensesi. Karena turbulensi harga di tingkat petani juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan makro ini, tergantung dari kecepatan perambatan harga dan kesimetrisan perubahan.