KAJIANTEKNOLOGI KEMASAN UNTUK MEMEPERPANJANG UMUR SIMPAN CABAI MERAH SEGAR DI PROVINSI DKI JAKARTA
dc.contributor.author | Waryat | |
dc.contributor.author | N, Rachmawati | |
dc.contributor.author | Yanis, Muflihani | |
dc.contributor.other | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian | en_US |
dc.date.accessioned | 2019-08-07T05:49:33Z | |
dc.date.available | 2019-08-07T05:49:33Z | |
dc.date.issued | 2017-10 | |
dc.description | Kementerian Pertanian menetapkan tujuh komoditas utama untuk diproduksi secara massif dan perlu upaya khusus (Upsus). Cabai merupakan satu dari tujuh komoditas utama tersebut. Produksi cabai merah pada tahun 2014 mencapai 1,075 Juta ton (BPS, 2015). Dari sisi harga, cabai memiliki ciri sering terjadi lonjakan harga yang sangat tinggi dan fluktuatif. Sebagai contoh, lonjakan harga di atas 100% sudah sangat sering terjadi. Bahkan pada Januari 2014 harga cabai melonjak sekitar 327% dibandingkan harga bulan sebelumnya. Daerah tujuan utama pemasaran cabai di Indonesia adalah Jakarta. Hal ini karena jumlah penduduk Jakarta yang relatif besar sementara produksi cabai paling kecil. Konsumsi cabai di DKI Jakarta rata-rata 65,30 ton/hari, sedangkan konsumsi cabai merah mencapai 42,2 ton/hari (Saptana dkk, 2012). Untuk memenuhi kebutuhan di Jakarta, cabai didatangkan terutama dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta sedikit dari Sumatera Selatan, Lampung dan Kalimantan Selatan. Selain dari sisi konsumsi dan harga, cabai merupakan komoditas yang mudah mengalami kemunduran mutu (perishable) yang menyebabkan masa simpan cabai tidak tahan lama (2-4 hari). Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yangmempunyai kadar air yang cukup tinggi (55 - 85 %) pada saatpanen. Selain masih mengalami proses respirasi, cabai merahakan mengalami proses kelayuan. Sifat fisiologis inimenyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yangdapat mencapai 40 %. Menurut Rachmawati dkk (2014) bahwa kondisi suhu dan kelembaban udara di daerah tropis seperti Indonesia sangat memberi kontribusi terhadap kerusakan cabai. Suhu yang tinggi menyebabkan kelembaban lingkungan menjadi rendah sehingga laju respirasi pada cabai merah akan meningkat dan dapat memperpendek masa hidup cabai. | en_US |
dc.description.abstract | Cabai merupakan salah satu komoditas penting bagi perekonomian Indonesia.Dari sisi konsumsi, cabai mempunyai pangsa yang cukup signifikan tercermin dari bobot inflasinya mencapai 0,40%. Cabai merupakan komoditas yang mudah mengalami kemunduran mutu (perishable) yang menyebabkan masa simpan cabai tidak tahan lama (2-4 hari). Pengemasan dapat menghambat laju metabolisme dan berkembangnya mikroorganisme pada cabai. Tujuan pengkajian ini adalah mengetahui pengaruh teknologi kemasan terhadap umur simpan dan tingkat kerusakan fisik-kimia cabai merah segar. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai perlakuan utama adalah jenis kemasan. Jenis kemasan yang digunakan (plastik, jaring, dan kardus). Parameter yang diamati meliputi susut bobot, kadar air, warna, vitamin C dan tingkat kerusakan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kemasasan dapat menurunkan tingkat kerusakan dan susut bobot cabai merah. Jenis kemasan yang terbaik adalah kardus yang mempunyai karakteristik susut bobot 5,62%, kadar air 86,47%, warna 40,67, vitamin C 297,97 mg/100g dan tingkat kerusakan30%. Kesimpulan didapat bahwa penggunaan kemasan dapat memperpanjang umur simpan cabai merah. | en_US |
dc.identifier.isbn | 978-602-6954-16-9 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7329 | |
dc.publisher | Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | en_US |
dc.subject | kemasan, umur simpan, karakteristik fisik-kimia, cabai merah. | en_US |
dc.title | KAJIANTEKNOLOGI KEMASAN UNTUK MEMEPERPANJANG UMUR SIMPAN CABAI MERAH SEGAR DI PROVINSI DKI JAKARTA | en_US |
dc.type | Book | en_US |