PERBAIKAN KUALITAS ANAK ITIK MELALUI SANITASI LINGKUNGAN PENETASANNYA UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

dc.contributor.authorTarmudji
dc.contributor.authorRohaeni, E.S
dc.contributor.authorIstiana
dc.contributor.otherBalai Penelitian Pertanian Lahan Rawaen_US
dc.date.accessioned2022-11-17T07:26:01Z
dc.date.available2022-11-17T07:26:01Z
dc.date.issued1996
dc.description.abstractPeternakan itik di Kalimantan Selatan. khususnya didaerah rawa sebagian dilakukan dengan sistem lanting. Namun saat ini ada kecenderungan bahwa itik telah dipelihara dengan sistem yang lebih baik yakni semi intensif dan intensif. Pada Pelita VI pembangunan pertanian lebih diarahkan untuk pengembangan agribisnis. Dan salah satu aspek penunjang kegiatannya antara lain penyediaan bibit unggul. Kegiatan agribisniS menuntut bentuk skala usaha dan unit organisasi yang spesifik dan tidak cukup hanya berorientasi pada produksi saja, tetapi menyangkut persoalan-persoatan pengolahan pasca panen, pasar dan produk-produk hilirnya. Oleh karenanya kendalakendala teknis maupun non teknis mutlak memerlukan penanganan. Jadi untuk menunjang pengembangan agribisnis bibit yang dipasarkan harus berkualitas dan bebas dari penyakit (Salmonellosis) yang dinyatakan dengan sertifikat. Pada saat ini penyediaan bibit atau anak itik untuk kebutuhan lokal di usahakan oleh para penetas, khususnya di desa Mamar, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Pengelolaan penetasan masih sederhana dengan peralatan tradisional, yang menggunakan gabah atau sekam padi sebagai pemanasnya dan belum melaksanakan program sanitasi. Ada dua cara penilaian sanitasi dilingkungan penetasan yakni : memeriksa kehadiran jasad renik pada atat penetasan dan lingkungannya (kualitatif) dan memeriksa jumlah populasi jasad renik pada alat penetasan dan produknya (kuantitatif). Hasil penelitian tentang sanitasi pada lingkungan penetasan itik didesa Mamar menunjukkan bahwa, berbagai jenis jasad renik seperti bakteri (Salmonella sp., Staphylococcus sp., Pseudomonas sp.,Proteus sp., E. coli dan Citrobacter sp.) dan jamur (Aspergillus sp.) dapat ditemukan pada sampel telur berembryo mati, bulu halus (fluff) anak itik umur I hari (D.O.D), debu, air minum dan pakan itik disekitar lokasi penetasan. Secara kuantitatif, populasi bakteri pada fluff mencapai 2 s/d 262 juta sel per gram fluff. Padahal sanitasi penetasan dikatakan baik apabila jumlah bakteri per gram fluff tidak melebihi 1000 sel. Diantara jasad renik ada bakteri yang dianggap paling penting yaitu Salmonella sp., karena dapat mengakibatkan kematian embrio dan menimbulkan penyakit pada hewan muda. Selain itu bakteri tersebut bersifat zoonosis, artinya dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya dari manusia ke hewanen_US
dc.identifier.issn979-8253-29-9
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/18062
dc.language.isoiden_US
dc.publisherBalittraen_US
dc.subjectPERBAIKAN KUALITAS ANAK ITIK MELALUI SANITASI LINGKUNGAN PENETASANNYA UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN AGRIBISNISen_US
dc.titlePERBAIKAN KUALITAS ANAK ITIK MELALUI SANITASI LINGKUNGAN PENETASANNYA UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN AGRIBISNISen_US
dc.typeArticleen_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
CamScanner 11-17-2022 15.16.pdf
Size:
6.56 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: