Produksi Bawang Merah Tumpangsari Dengan Cabai Pada Beberapa Jarak Tanam

dc.creatorDespita, rika
dc.creatorNizar, Achmad
dc.creatorPurnomo, Dwi
dc.creatorFernanda, Yan
dc.date2020-12-02
dc.date.accessioned2022-03-09T02:58:15Z
dc.date.available2022-03-09T02:58:15Z
dc.descriptionABSTRAK Bawang merah adalah komoditas yang dibutuhkan masyarakat Indonesia setiap hari sebagai bumbu masak. Produksi bawang merah perlu ditingkatkan seiiring dengan meningkatnya kebutuhan bawang merah. Salah satu upaya perluasan penanaman bawang merah adalah intensifikasi seperti tumpangsari. Tanaman bawang merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman cabai.  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari produksi bawang merah dengan pola tanam tumpangsari pada beberapa jarak tanam. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan yaitu: tumpangsari, jarak tanam 15 x 15 cm; tumpangsari, jarak tanam 20 x 20 cm; tumpangsari jarak tanam 25 x 25 cm; monokultur, jarak tanam 15 x 15 cm; monokultur 20 x 20 cm; monokultur 25 x 25 cm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap berat segar umbi, berat umbi kering konsumsi, produksi per ha, jumlah umbi, diameter umbi. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F taraf 5% dan DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah dalam satuan ha dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari jarak tanam 15 x 15 cm memberikan hasil yang sama. oleh karena itu tumpangsari tanaman bawang merah dengan cabai jarak tanam 15  x 15 cm dapat diterapkan di tingkat petani. Kata kunci: Produksi, Bawang merah, cabai, tumpangsari   ABSTRACT Shallots are a commodity that Indonesians need every day as a cooking spice. Production needs to be increased in line with the need for shallots. The increase in the planting area of ​​shallots is intensification such as intercropping. Onion plants can be intercropped with chilli plants. This study aims to study the production of shallots with an intercropping cropping pattern at planting distance. The research method was a randomized group with 6 treatments, namely: intercropping, spacing 15 x 15 cm; intercropping, spacing 20 x 20 cm; intercropping with 25 x 25 cm spacing; monoculture, spacing 15 x 15 cm; monoculture 20 x 20 cm; monoculture 25 x 25 cm. Each treatment was repeated 4 times in order to obtain 24 experimental units. Observations were made on tuber fresh weight, dry tuber weight consumption, production per ha, tuber number, tuber diameter. Observation data were analyzed by means of the F test at 5% level and DMRT level 5%. The results showed that the production of ha-1 with a cropping pattern of monoculture and intercropping with a spacing of 15 x 15 cm gave the same results. Therefore, intercropping of shallots with chillies at a spacing of 15 x 15 cm can be applied to farmers. Keywords: Production, shallots, chillies, intercroppingen-US
dc.formatapplication/pdf
dc.identifierhttps://jurnal.polbangtanmalang.ac.id/index.php/agriekstensia/article/view/1453
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/15201
dc.languageeng
dc.publisherPoliteknik Pembangunan Pertanian Malangen-US
dc.relationhttps://jurnal.polbangtanmalang.ac.id/index.php/agriekstensia/article/view/1453/127
dc.sourceAGRIEKSTENSIA : Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian; Vol 19 No 2 (2020): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian; 172-180en-US
dc.sourceAGRIEKSTENSIA; Vol 19 No 2 (2020): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian; 172-180id-ID
dc.source2656-5978
dc.source1412-4866
dc.source10.34145/agriekstensia.v19i2
dc.titleProduksi Bawang Merah Tumpangsari Dengan Cabai Pada Beberapa Jarak Tanamen-US
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/article
dc.typeinfo:eu-repo/semantics/publishedVersion
dc.typePeer-reviewed Articleen-US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
1453-Article Text-1580-1-10-20210825.pdf
Size:
146.04 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description: