Konservasi Musuh Alami Serangga Hama sebagai Kunci Keberhasilan PHT Kapas
No Thumbnail Available
Date
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Puslitbang Perkebunan
Abstract
Description
RINGKASANSejak awal pengembangan kapas di Indonesia, serangga hama merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya kapas, sehingga ditetapkan sistem pengendalian dengan penyemprotan insektisida kimia sintetik secara berjadwal sebanyak 7 kali selama semusim dengan jumlah insektisida hingga 12 l/ha. Pengembangan PHT kapas ditekankan pada sistem pengendalian non-kimiawi dengan memanfaatkan secara optimal faktor-faktor mortalitas biotik serangga hama utama, yaitu wereng kapas Amrasca biguttulla (Ishida) dan penggerek buah Helicoverpa armigera (Hubner). Optimalisasi musuh alami serangga hama kapas dilakukan melalui tindakan konservasi, yaitu memberikan lingkungan yang mendukung terhadap musuh alami untuk dapat berperan sebagai faktor mortalitas biotik, sehingga populasi serangga hama dapat dijaga untuk selalu berada pada tingkat yang rendah. Tindakan konservasi musuh alami dilakukan dengan memperbaiki bahan tanaman dan teknik budidaya yang dapat mendukung perkembangan musuh alami, yaitu penggunaan varietas kapas yang tahan terhadap wereng kapas, sistem tanam tumpangsari dengan palawija, penggunaan mulsa, penerapan konsep ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami dan aplikasi insektisida botani, jika diperlukan. Penerapan PHT kapas dengan mengutamakan konservasi musuh alami, berhasil mengendalikan populasi hama tanpa melakukan penyemprotan insektisida dengan produksi kapas berbiji yang tidak berbeda dari produksi budidaya kapas dengan sistem pengendalian hama menggunakan penyemprotan insektisida, sehingga menghemat biaya input dan meningkatkan pendapatan petani. Konservasi musuh alami melalui penerapan komponen PHT sebenarnya dapat dilakukan petani dengan mudah, karena komponen PHT tersebut pada umumnya merupakan praktek budidaya kapas yang sudah biasa dilakukan petani.Kata kunci: Kapas, Gossypium hirsutum, Helicoverpa armigera, Amrasca biguttulla, ambang kendali, musuh alami, PHT. ABSTRACKConservation of natural enemies is the key for successful IPM on cottonSince early development of cotton in Indonesia, insect pests were the most important aspect of the crop cultivation, so that the scheduled sprays of insecticides were applied. The frequency of sprays were 7 times using 12 l/ha of insecticides per season. The development of IPM on cotton is emphasized on non-chemical control methods by optimizing the role of natural enemies of the key pests, i.e., cotton jassid Amrasca biguttulla (Ishida) and cotton bollworm Helicoverpa armigera (Hubner). Conservation of the natural enemies provides the suitable environment for them to be an effective mortality factor so that the pests could be maintained always in low population. Conservation of the natural enemies was done by improving the plant material and cultural techniques. These include the use of resistant cotton variety to jassid, intercropping with secondary food crops, applying mulch, and adopting the action threshold concept which considers the natural enemies presence, and using botanical insecticide if necessary. Conservation of natural enemies on IPM successfully controlled the cotton pests without any pesticide sprays and the production of cotton seed did not significantly different with that use insecticide sprays. This leads to reduction of cost production and increase the farmers’ income. Conservation of natural enemies by applying IPM components should be no difficulty to be applied, as the components are mostly those that usually practice by the farmers.Key words: Cotton, Gossypium hirsutum,Helicoverpa armigera, Amrasca biguttulla, action threshold, natural enemies, IPM.