MULTIFUNGSI LAHAN SAWAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI SUBAK
dc.contributor.author | Suharyanto | |
dc.contributor.author | Rinaldi, Jemmy | |
dc.contributor.author | Rubiyo | |
dc.contributor.other | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian | en_US |
dc.date.accessioned | 2019-08-06T07:14:09Z | |
dc.date.available | 2019-08-06T07:14:09Z | |
dc.date.issued | 2017-10 | |
dc.description | Subak sebagai suatu sistem irigasi merupakan teknologi sepadan yang telah menyatu dengan sosio-kultural masyarakat setempat. Kesepadan teknologi system subak ditunjukkan oleh anggota subak tersebut melalui pemahaman terhadap cara pemanfaatan air irigasi yang berlanadaskan Tri Hita Karana (THK) yang menyatu dengan cara membuat bangunan dan jaringan fisik irigasi, cara mengoperasikan, kordinasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pekaseh (ketua subak), bentuk kelembagaan, dan informasi untuk pengelolaannya. Lebih lanjut Windia (2010) menyatakan bahwa sistem subak mampu melakukan pengelolaan irigasi dengan dasar-dasar harmoni dan kebersamaan sesuai dengan prinsip konsep THK, dan dengan dasar itu sistem subak mampu mengantisipasi kemungkinan kekurangan air (khususnya pada musim kemarau), dengan mengelola pelaksanaan pola tanam sesuai dengan peluang keberhasilannya. Selanjutnya, sistem subak sebagai teknologi sepadan, pada dasarnya memiliki peluang untuk ditransformasi, sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologinya dipenuhi. | en_US |
dc.description.abstract | Dampak alih fungsi lahan sawah terhadap penggunaan non pertanian menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas seperti aspek produksi pangan, perubahan orientasi ekonomi, social, budaya dan politik masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai persepsi petani terhadap multifungsi lahan sawah secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlanjutan kelembagaan subak. Penelitian dilakukan di tiga kabupaten sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali yakni Kabupaten Tabanan, Badung dan Buleleng. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 90 petani pada bulan Mei-Juli 2015. Pemilihan petani sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana masing-masing 30 petani per kabupaten contoh. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan teknik skor. Hasil analisis mengindikasikan bahwa pemahaman petani terhadap multifungsi lahan sawah pada umumnya masih terfokus pada manfaat langsung khususnya pada penyediaan pangan dan kesempatan kerja. Sedangkan fungsi-fungsi lahan sawah lainnya diperoleh respon yang bervariasi antar wilayah. Jika masyarakat petani kurang memahami dan menyadari arti penting dari multifungsi lahan sawah secara utuh, maka hal ini dapat berimplikasi pada semakin sulitnya upaya pengendalian laju konversi lahan sawah ke penggunaan pertanian, yang tentunya akan berdampak pada eksistensi kelembagaan subak sebagai organisasi sosio religious. | en_US |
dc.identifier.isbn | 978-602-6954-16-9 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7257 | |
dc.publisher | Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | en_US |
dc.subject | perception, multifunctional, ricefields, Subak | en_US |
dc.title | MULTIFUNGSI LAHAN SAWAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI SUBAK | en_US |
dc.type | Book | en_US |