Modifikasi Genetik Beta-Conglycinin dan Glycinin untuk Perbaikan Nilai Nutrisi Kedelai

No Thumbnail Available
Date
1997-11
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia
Abstract
Kedelai memiliki kandungan protein tertinggi di antara tanaman pangan lainnya. Protein kedelai dinilai berkualitas rendah disebabkan oleh rendahnya kandungan asam amino terutama sistein dan methionin. Protein kedelai sebagian besar (70%) terdiri dari beta-conglycinin (7S globulin) dan glycinin (11S globulin). Aplikasi metode SDS-PAGE (sodium dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis) untuk mendeteksi globulin pada biji kedelai telah dilakukan dan memberikan hasil yang andal. Kedua globulin tersebut memiliki karakteristik yang berlainan yaitu globulin 11S memiliki kandungan sistein dan methionin tiga sampai empat kali lebih banyak dibanding yang terdapat pada globulin 7S, disamping juga kandungan kedua globulin tersebut memiliki korelasi negatif yang kuat. Beta-conglycinin terdiri dari polipeptida a, a', dan B. Sedangkan glycinin terdiri dari enam subunit intermediat tak-identik yang masing-masing berisi satu '-pslipeptida acidic dan satu polipeptida basic. Keberadaan dan ketiadaan subunit a dikendalikan oleh alel tunggal resesif dan bersifat independen terhadap subunit a' dan ft. Modifikasi genetik untuk perbaikan nilai nutrisi kedelai dapat dilakukan dengan menurunkan kandungan 7S dan meningkatkan kandungan 11S. Penggabungan ketiga alel tersebut ke dalam satu varietas merupakan langkah penting, yang akan bermanfaat terhadap peningkatan kualitas protein kedelai di samping dukungannya terhadap industri yang berbahan baku kedelai.
Description
Keywords
Beta-conglycinin, glycinin, kedelai.
Citation