Keragaan Tumpangsari Hutan dalam Peremajaan Hutan dan Penghasil Pangan: Analisis Kasus Tumpangsari di KPH Cepu.
dc.contributor | en-US | |
dc.creator | Pakpahan, Agus | |
dc.creator | Irawan, Bambang | |
dc.creator | Hendiarto, nFN | |
dc.date | 2016-09-14 | |
dc.date.accessioned | 2019-10-09T09:39:37Z | |
dc.date.available | 2019-10-09T09:39:37Z | |
dc.description | IndonesianTumpangsari hutan merupakan suatu penerapan konsep agroforestry yang telah berjalan lebih dari satu abad sejak Buurman memperkenalkannya pada tahun 1873. Permasalahan yang dirasakan pada penerapan metoda tumpangsari dalam sistem peremajaan hutan dewan ini adalah adanya gejala semakin langkanya pekerja hutan yang dapat dikontrak sebagai pembuat tanaman. Kesulitan itu disinyalir disebabkan adanya kecenderungan penurunan produktivitas lahan sehingga pendapatan pesanggem dari hasil usahataninya berkurang. Di pihak lain metoda peremajaan ini merupakan metoda peremajaan hutan yang diandalkan karena kelebihan-kelebihannya dibanding dengan metoda peremajaan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai keragaan tumpangsari hutan terutama yang berhubungan dengan perubahan penerimaan dan biaya, resiko dan respon dari faktor-faktor produksi terhadap hasil sebagai akibat adanya perubahan teknik berproduksi dari tumpangsari tradisional ke Inmas tumpangsari. Untuk sampai pada tujuan tersebut telah digunakan metoda analisis budget, pembandingan koefisien variasi (CV), dan analisis fungsi produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan atas biaya tunai meningkat sebesar 75 persen dan 13 persen masing-masing untuk perubahan tumpangsari tradisional ke Inmas tumpangsari pada lahan bonita 3 dan bonita 4. Resiko yang dihadapi dalam usahatani tumpangsari cukup tinggi seperti tergambar dalam CV yang pada umumnya lebih dari 40 persen. Elastisitas penerimaan atas biaya tunai (dihitung dengan metoda aritamtik biasa) terhadap perubahan biaya yang dikeluarkan untuk pupuk dan pestisida adalah 45 persen dan 22 persen masing-masing untuk perubahan tumpangsari tradisional ke Inmas pada lahan bonita 3 dan bonita 4. Adapun hasil pengujian statistik dari fungsi produksi, secara parsial tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berarti dari setiap masukan usahatani dan jarak antara lahan andil dengan rumah petani. Walaupun begitu, pengaruh peubah-peubah bebas tersebut secara sekaligus keseluruhan menunjukkan pengaruh yang nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. | en-US |
dc.format | application/pdf | |
dc.identifier | http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/4655 | |
dc.identifier | 10.21082/fae.v1n2.1983.19-36 | |
dc.identifier.uri | http://124.81.126.59/handle/123456789/7541 | |
dc.language | eng | |
dc.publisher | Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian | en-US |
dc.relation | http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/4655/3939 | |
dc.rights | Copyright (c) 2016 Forum Penelitian Agro Ekonomi | en-US |
dc.source | Forum penelitian Agro Ekonomi; Vol 1, No 2 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi; 19-36 | en-US |
dc.source | 2580-2674 | |
dc.source | 0216-4361 | |
dc.subject | en-US | |
dc.title | Keragaan Tumpangsari Hutan dalam Peremajaan Hutan dan Penghasil Pangan: Analisis Kasus Tumpangsari di KPH Cepu. | en-US |
dc.type | info:eu-repo/semantics/article | |
dc.type | info:eu-repo/semantics/publishedVersion | |
dc.type | en-US |