Kajian Situasi Rabies di Wilayah Layanan Balai Besar Veteriner Maros
dc.contributor.author | Hadi, Sulaxono | |
dc.contributor.other | Direktorat Kesehatan Hewan | en_US |
dc.date.accessioned | 2022-03-16T23:08:20Z | |
dc.date.available | 2022-03-16T23:08:20Z | |
dc.date.issued | 2020 | |
dc.description.abstract | Pendahuluan. Rabies merupakan penyakit viral yang zoonosis. Penyakit ini bersifat sporadis pada beberapa kabupaten/kota di wilayah layanan. Kajian dilakukan terhadap hasil uji rabies terhadap sampel yang diuji untuk diagnosa dan deteksi antibodi yang terbentuk paska vaksinasi rabies. Akumulasi kasus bulanan yang positif rabies, akumulasi kasus per kabupaten serta hasil uji serologis antibodi yang terbentuk paska vaksinasi rabies per kabupaten. Kajian retrospektif dilakukan dengan melakukan analisa data akumulatif per tahun selama periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, dengan maksud untuk mengetahui situasi kasus rabies dan herd immunity terhadap rabies di beberapa kabupaten/kota di wilayah layanan Balai Besar Veteriner Maros. Metode. Metode uji yang dilakukan di Laboratorium Virologi untuk diagnosa rabies terhadap sampel otak adalah menggunakan Fluorescent Antibody Technique (FAT), sedangkan untuk pengujian serologis antibodi rabies menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (Elisa) Hasil. Dari data tahun 2016 dan 2017, kasus rabies ternyata berfluktuatif. Kasus rabies tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Agustus dengan puncak kasus terjadi pada bulan Agustus yang mencapai 15 kasus positif, Kasus terendah terjadi pada bulan Januari, hanya 1 kasus positif. Kasus tertinggi rabies terjadi di Kabupaten Tana Toraja, yang mencapai 62 kasus positif, disusul Kabupaten Toraja Utara dengan 15 kasus positif rabies. Uji serologis kekebalan terha-dap rabies dengan metode Elisa menunjukkan nilai kekebalan yang berbeda tiap kabupaten. Dalam tahun 2017, hasil pengujian terhadap serum anjing menunjukkan, titer kekebalan pada populasi anjing tertinggi ada di Kabupaten Mamuju yang mencapai 74% dari 54 sampel yang diuji, disusul dengan Kabupaten Kepulauan Sitaro yang mencapai 60,65% dari sejumlah 958 sampel serum yang diuji. Secara keseluruhan dari 2.767 sampel serum yang diuji dari 30 kabupaten/kota, herd immunity anjing hanya sebesar 36.50%. Kesimpulan. Kasus rabies tertinggi terjadi pada tahun 2016 dengan jumlah kasus mencapai 236 kasus dan terendah tahun 2014 dengan jumlah kasus sebanyak 47 kasus positif rabies dari hasil uji sampel otak anjing dengan uji florescent antibody technique (FAT). Kasus tertinggi rabies berada di Kabupaten Tana Toraja. Herd immunity anjing masih rendah, perlu dilakukan peningkatan vaksinasi untuk menekan kasus rabies yang terjadi. | en_US |
dc.identifier.issn | 2087-1279 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/15367 | |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Direktorat Kesehatan Hewan | en_US |
dc.subject | Antibodi Rabies | en_US |
dc.subject | FAT | en_US |
dc.subject | Uji Serologis | en_US |
dc.subject | Elisa | en_US |
dc.title | Kajian Situasi Rabies di Wilayah Layanan Balai Besar Veteriner Maros | en_US |
dc.type | Article | en_US |