Kinerja Pendampingan Kawasan Cabai di Kabupaten Garut Jawa Barat
dc.contributor.author | Susanto, Heru | |
dc.contributor.author | Histifarina, Dian | |
dc.contributor.other | Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | en_US |
dc.date.accessioned | 2020-04-14T10:05:26Z | |
dc.date.available | 2020-04-14T10:05:26Z | |
dc.date.issued | 2020 | |
dc.description.abstract | Pembangunan pertanian nasional diarahkan berbasis kawasan. Salah satu komoditas unggulan hortikultura di Jawa Barat adalah cabai. Pendampingan kawasan hortikultura cabai di Jawa Barat dilaksanakan salah satunya melalui bimbingan teknis (bimtek). Tulisan ini bertujuan untuk menilai kinerja pendampingan kawasan hortikutura di Jawa Barat. Pendampingan kawasan dilakukan pada lima kecamatan sentra cabai di Kabupaten Garut Jawa Barat tahun 2018. Materi bimtek berupa teknologi budidaya cabai dengan menitikberatkan pada Pengendalian Hama Terpadu (PHT) seperti pengenalan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pestisida serta teknik penyemprotan. Materi yang dipraktekkan berupa pengenalan hama cabai, pemasangan perangkap lampu (light trap surya sel), pengukuran pH air penyemprotan dan pH tanah, serta teknik penyemprotan yang benar. Berdasarkan evaluasi kinerja pendampingan kawasan cabai di Kabupaten Garut diperoleh hasil adanya peningkatan wawasan/pengetahuan peserta sebesar 47,99% dengan peningkatan tertinggi pada aspek OPT disusul oleh aspek budidaya, PHT, pemupukan dan terakhir aspek pestida dan teknik penyemprotan. Persepsi peserta terhadap teknologi yang diintroduksikan pada range setuju-sangat setuju (skor 2,28 - 3,56 dari range 1-4). Persepsi tinggi pada aspek persemaian sehat, penggunaan border jagung, dan penggantian spuyer yang masing masing memperoleh skor 3,56. Sedangkan persepsi terendah pada aspek cutting dan pengaturan pH air penyemprotan. Pengukuran adopsi dilakukan dengan menggunakan survey berupa daftar pernyataan yang diberi skor tingkat adopsi mulai dari 1= tahu, 2 = minat, 3 = mencoba, dan 4 = konsisten menerapkan. Adopsi tertinggi (61%) diperoleh pada penggunaan mulsa plastik, sedangkan terendah pada aspek teknologi cutting dan pemakaian sex feromon. Secara umum tingkat adopsi teknologi pengendalian OPT cabai di Kabupaten Garut masih rendah dan masih mengandalkan pestisida kimia. | en_US |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/9233 | |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | en_US |
dc.subject | Cabai | en_US |
dc.subject | Kawasan | en_US |
dc.subject | Pendampingan | en_US |
dc.subject | Bimtek | en_US |
dc.subject | Kinerja | en_US |
dc.title | Kinerja Pendampingan Kawasan Cabai di Kabupaten Garut Jawa Barat | en_US |
dc.type | Article | en_US |