Teknologi Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dari Lahan Sawah
No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Puslitbang Tanaman Pangan
Abstract
Description
Senyawa karbon diperlukan makhluk hidup sebagai sumber energi. Manusia menggunakan karbon sebagai bahan pangan dalam bentuk senyawa karbohidrat, lemak, protein dan senyawa lain. Unsur karbon (C) dalam bentuk senyawa gas rumah kaca (GRK) seperti gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) dilepas ke atmosfer melalui proses biologis dan aktivitas manusia sehingga terbentuknya lapisan di stratosfer yang berakibat dipantulnya kembali radiasi gelombang infra merah yang seharusnya dilepas ke atmosfer bumi. Tulisan ini berisikan informasi teknologi yang dapat mengurangi emisi C dan gambaran bagaimana kompensasi pengurangan karbon diterapkan di lahan sawah. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) telah melakukan penelitian guna mendukung upaya ini, antara lain mengganti cara pengairan sawah secara terus-menerus dengan pengairan berselang (intermittent), yang dapat menurunkan emisi CH4 sebesar 78%. Penggunaan varietas padi rendah emisi CH4 seperti Maros, Muncul, Way Apoburu, dan Fatmawati mampu menekan emisi CH4 hingga 66-10%, sedangkan pemakaian herbisida dengan bahan aktif paraquat dan glifosat menurunkan emisi CH4 sampai 60% dibanding tanpa herbisida. Teknologi yang dapat menurunkan emisi GRK dari lahan sawah seyogianya diterapkan. Insentif bagi petani yang terlibat dalam mengurangi emisi GRK perlu diperhatikan oleh pengambil kebijakan pertanian. Perdagangan karbon dari lahan sawah atau upaya menurunkan emisi karbon dari lahan sawah dapat menjadi alternatif pemberian insentif bagi pelaku usahatani padi sawah. Konsep tersebut, walaupun masih bersifat pilot study, diatur dalam Clean Development Mechanism (CDM) yang ditawarkan dalam Protocol Kyoto. Dengan integrasi yang sinergis dan terpadu antara pengambil kebijakan pertanian dengan pelaku usahatani, perdagangan karbon dari lahan sawah bukan hal yang mustahil, seperti halnya REDD (reduction emission from deforestation and degradation) yang sebelumnya hanya sekadar konsep, saat ini mulai dibicarakan dan dibahas untuk diratifikasi oleh negara-negara industri.