ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA USAHATANI CABAI MERAH DATARAN TINGGI DI PROVINSI BENGKULU

dc.contributor.authorHartono, Rudi
dc.contributor.authorBidi Astuti, Herlena
dc.contributor.otherBalai Pengkajian Teknologi Pertanianen_US
dc.date.accessioned2019-08-07T08:09:45Z
dc.date.available2019-08-07T08:09:45Z
dc.date.issued2017-10
dc.descriptionCabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan senyawa cabai meliputi : kapsaikin, flavenoid, kapsisidin, kapsikol, dan minyak esensial. Selain itu cabai juga memiliki kandungan senyawa-senyawa dan kandungan gizi yang sangat berguna bagi tubuh. Cabai juga salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan sehari-hari rumah tangga tanpa memperhatikan tingkat sosial. Dimana kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Selain itu cabai juga merupakan komoditas yang sangat berpengaruh dalam perekonomian yang kerap menjadi penyumbang inflasi sehingga kenaikan harga cabai tak boleh dianggap sepele. Harga cabai yang fluktuatif sehingga stabilitas harga sulit terjaga. Ironisnya, saat harga cabai naik harga barang lain pun ikut naik. Pada tahun 2015 deflasi tertinggi adalah bulan Februari sebesar 1,46 persen, dengan komoditas yang dominan menyumbangkan deflasi nasional pada bulan tersebut adalah turunnya harga cabai merah namun pada bulan Agustus Provinsi Bengkulu mengalami inflasi sebesar 1,99 dan salah satu penyebab utama inflasi adalah harga cabai di pasaran yang sangat tinggi, inflasi ini merupakan urutan kedua dari 82 Kota yang di pantau di Indonesia. (BPS, 2015).en_US
dc.description.abstractCabai merah merupakan salah satu komoditas strategis nasional yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Serangan hama dan penyakit tanaman sering membuat produksi menjadi rendah sedangkan permintaan tetap hal ini membuat harga cabai sangat tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan teknologi pengelolaan hama dan penyakit tanaman cabai di dataran tinggi Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Lebong. Lokasi ditentukan secara purposive dengan jumlah responden sebanyak 62 orang yang diambil secara random sampling. Rata-rata skor penerapan teknologi penanggulangan hama penyakit tanaman (HPT) cabai merah adalah 2,38 artinya secara keseluruhan penerapan teknologi HPT kurang baik. 37,5% penerapan teknologi penanggulangan hama dan penyakit tanaman cabai berada pada kategori tidak baik yaitu penggunaan pestisida hayati, menggunakan perangkap serangga, dan menanam tanaman border. 37,5 % masuk kategori baik yaitu menggunakan benih berlabel, sanitasi lahan dan pengolahan lahan sempurna. 25 % kategori sangat baik yaitu melakukan penyemprotan dengan bahan kimi dan menggunakan mulsa plastik hitam perak.en_US
dc.identifier.isbn978-602-6954-16-9
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7356
dc.publisherBalai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanianen_US
dc.subjectPenerapan Teknologi, Penyakit, Cabai Merah, Dataran Tinggien_US
dc.titleANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA USAHATANI CABAI MERAH DATARAN TINGGI DI PROVINSI BENGKULUen_US
dc.typeBooken_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
92. Analisis Penerapan Teknologi Penanggulangan Hama Penyakit.pdf
Size:
185.13 KB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description: