Potensi Pengembangan Pupuk Organik Insitu Mendukung Percepatan Penerapan Pertanian Organik
dc.contributor | en-US | |
dc.creator | Darwis, Valeriana | |
dc.creator | Rachman, Benny | |
dc.date | 2013-06-17 | |
dc.date.accessioned | 2019-10-09T09:39:18Z | |
dc.date.available | 2019-10-09T09:39:18Z | |
dc.description | EnglishOrganic fertilizer in-situ application is the beginning of organic farming. In-situ organic fertilizer raw materials can be obtained from straw and dung. National straw production is 30.4 million tons per year and cow’s dung production is 3.8 million tons per month. Technology for organic fertilizer production is simple, namely through stacking the straw and flipping it. Solid fertilizer organic fertilizer cost is Rp 417 per kg and that of liquid organic fertilizer is Rp 3,510 per liter. Accelerating organic farming implementation can be carried out through: (1) use of straw, (2) sustainable cattle and livestock integration program, (3) price subsidy policy, (4) provision of organic fertilizer processing equipments, composting houses, and organic fertilizer processing units, and (5) standardization and labeling of farmers-produced organic fertilizer. IndonesianPemakaian pupuk organik in-situ di tingkat petani merupakan awal dalam mewujudkan pertanian organik. Bahan pupuk organik in-situ dapat diperoleh dari jerami dan kotoran hewan (kohe). Potensi jerami secara nasional dalam satu tahun sebesar 30,4 juta ton dan kohe sapi 3,8 juta ton per bulan. Teknologi membuat pupuk organik sangat sederhana yaitu dengan cara menumpuk dan membalik-baliknya. Biaya yang dikeluarkan dalam membuat satu kilogram pupuk organik padat sebesar Rp 417 dan Rp 3.510 per liter untuk pupuk organik cair. Percepatan implementasi pertanian organik dapat dilaksanakan melalui : (1) kebijakan pemakaian jerami secara bijak, (2) program integrasi sapi dan ternak secara berkelanjutan, (3) penerapan kebijakan subsidi harga pupuk organik yang lebih menarik, (4) memberikan bantuan pembuatan pupuk organik secara berjenjang dimulai dari pemberian alat pengolah pupuk organik, kemudian diteruskan ke pemberian Rumah Kompos dan terakhir ke pemberian unit pengolah pupuk organik, (dan 5) standarisasi dan pelabelan pupuk organik produksi petani. | en-US |
dc.format | application/pdf | |
dc.identifier | http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/3844 | |
dc.identifier | 10.21082/fae.v31n1.2013.51-65 | |
dc.identifier.uri | http://124.81.126.59/handle/123456789/7501 | |
dc.language | eng | |
dc.publisher | Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian | en-US |
dc.relation | http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/3844/3192 | |
dc.rights | Copyright (c) 2016 Forum Penelitian Agro Ekonomi | en-US |
dc.source | Forum penelitian Agro Ekonomi; Vol 31, No 1 (2013): Forum Penelitian Agro Ekonomi; 51-65 | en-US |
dc.source | 2580-2674 | |
dc.source | 0216-4361 | |
dc.subject | agriculture; organic; fertilizers; pertanian; organik; pupuk | en-US |
dc.title | Potensi Pengembangan Pupuk Organik Insitu Mendukung Percepatan Penerapan Pertanian Organik | en-US |
dc.type | info:eu-repo/semantics/article | |
dc.type | info:eu-repo/semantics/publishedVersion | |
dc.type | en-US |