Gambaran Darah pada Kasus DIstokia, Retensi Plasenta dan Anestrus pada Sapi Betani Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Lembang
dc.creator | Retnawati, Dwi Walid | |
dc.creator | Yanuartono | |
dc.creator | Budiyanto, Agung | |
dc.date | 2020-12-03 | |
dc.date.accessioned | 2025-03-03T02:42:21Z | |
dc.date.available | 2025-03-03T02:42:21Z | |
dc.description | Gangguan reproduksi mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkanpenurunan populasi dan produksi susu, hal ini disebabkan oleh rendahnyastatus kesehatan hewan maupun kesehatan reproduksinya. Gangguanreproduksi yang sering terjadi di peternak saat ini adalah distokia, retensiplasenta, anestrus. Beberapa aspek penyebab gangguan reproduksi antara laindipengaruhi oleh genetik, nutrisi, seleksi, kondisi fisiologis. Kondisi fisiologisdapat dilihat atau ditentukan dari pemeriksaan hematologi. Pemeriksaanhematologi yang sering digunakan untuk mengukur derajat kesehatan hewanadalah jumlah sel darah merah, hemoglobin, hematokrit. Penelitiandilaksanakan di kawasan Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU),Kampung Areng, Kecamatan Cibodas, Kabupaten Lembang Provinsi JawaBarat. Penelitian ini menggunakan sapi betina jenis Peranakan(PFH), mengalami gangguan reproduksi berupa distokia, retensiplasenta, sedang kasus anestrus, sapi tidak mengalami estrus postpartus lebihdari 3 bulan, umur 3 sampai 10 tahun. Sapi dikelompokkan menjadi 5kelompok. Kelompok 1 yaitu 7 ekor sapi mengalami distokia, kelompok 2 yaitu7 ekor mengalami retensi plasenta, kelompok 3 yaitu 7 ekor mengalamianestrus, kelompok 4 yaitu 7 ekor sapi yang tidak mengalami distokia danretensi plasenta, dan kelompok 5 yaitu 7 ekor sapi yaitu dengan siklus estrusnormal. Hasil pemeriksaan darah sapi jenis PFH kasus distokia tersaji dalamTabel 1. Hasil penilitian ini menunjukkan kelompok 1 yaitu rata-rata nilaieritrosit sebesar 5.67 0.81 x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 9.311.17 g/dl, rata-rata nilai hemtokrit sebesar 21.8 4.55 %. Hasil penilitian inimenunjukkan kelompok 4 yaitu yaitu rata-rata nilai eritrosit sebesar 7.19 0.44x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 11.23 0.51 g/dl, rata-rata nilaihemtokrit sebesar 30.16 3.23 %. Hasil analisis menunjukkan sapi yangmengalami kasus distokia dan sapi kontrol memberikan perbedaan nyataterhadap rata-rata jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit (p<0.05). Hasilpemeriksaan darah sapi jenis PFH kasus retensi plasenta tersaji dalam Tabel 2.Hasil penilitian ini menunjukkan kelompok 2 yaitu rata-rata nilai eritrositsebesar 10.22 9.53 x10 /μl., rata-rata nilai hemoglobin sebesar 10.26 0.8g/dl, rata-rata nilai hemtokrit sebesar 24.71 3.35 %. Hasil penilitian inimenunjukkan kelompok 4 yaitu yaitu rata-rata nilai eritrosit sebesar 7.19 0.44x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 11.23 0.51 g/dl, rata-rata nilaihemtokrit sebesar 30.16 3.23 %. Hasil uji statistik pada sapi yang mengalamikasus retensi plasenta dan sapi kontrol yang tidak mengalami retensi plasentamemberikan perbedaan nyata atau signifikan terhadap rata-rata hemoglobindan hematokrit (p<0.05) sedangkan pada nilai rata-rata jumlah eritrosit tidakmemberikan perbedaan nyata atau tidak signifikan (P>0.05). Hasilpemeriksaan darah sapi jenis PFH kasus retensi plasenta tersaji dalam Tabel 3.Hasil penilitian ini menunjukkan kelompok 3 yaitu rata-rata nilai eritrositsebesar 13.17 19.78. x10 /μl., rata-rata nilai hemoglobin sebesar 9.24 0.53g/dl, rata-rata nilai hemtokrit sebesar 21.03 2.27 %. Hasil penilitian inimenunjukkan kelompok 5 yaitu yaitu rata-rata nilai eritrosit sebesar 6.06 0.49x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 9.23 0.62 g/dl, rata-rata nilaihemtokrit sebesar 20.9 2.47 %. Hasil uji statistik pada sapi yang mengalamikasus anestrus dan sapi kontrol tidak memberikan perbedaan nyata atau tidaksignifikan terhadap rata-rata jumlah eritrosit, nilai hemoglobin dan nilaihematokrit (P>0.05). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu hematologi (jumlaheritrosit, nilai hemoglobin dan nilai hematokrit) pada kasus distokia dan retensiplasenta mengalami penurunan sedangkan pada kasus anestrus mengalamikenaikan terhadap sapi kontrol. | en-US |
dc.description | Gangguan reproduksi mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkanpenurunan populasi dan produksi susu, hal ini disebabkan oleh rendahnyastatus kesehatan hewan maupun kesehatan reproduksinya. Gangguanreproduksi yang sering terjadi di peternak saat ini adalah distokia, retensiplasenta, anestrus. Beberapa aspek penyebab gangguan reproduksi antara laindipengaruhi oleh genetik, nutrisi, seleksi, kondisi fisiologis. Kondisi fisiologisdapat dilihat atau ditentukan dari pemeriksaan hematologi. Pemeriksaanhematologi yang sering digunakan untuk mengukur derajat kesehatan hewanadalah jumlah sel darah merah, hemoglobin, hematokrit. Penelitiandilaksanakan di kawasan Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU),Kampung Areng, Kecamatan Cibodas, Kabupaten Lembang Provinsi JawaBarat. Penelitian ini menggunakan sapi betina jenis Peranakan(PFH), mengalami gangguan reproduksi berupa distokia, retensiplasenta, sedang kasus anestrus, sapi tidak mengalami estrus postpartus lebihdari 3 bulan, umur 3 sampai 10 tahun. Sapi dikelompokkan menjadi 5kelompok. Kelompok 1 yaitu 7 ekor sapi mengalami distokia, kelompok 2 yaitu7 ekor mengalami retensi plasenta, kelompok 3 yaitu 7 ekor mengalamianestrus, kelompok 4 yaitu 7 ekor sapi yang tidak mengalami distokia danretensi plasenta, dan kelompok 5 yaitu 7 ekor sapi yaitu dengan siklus estrusnormal. Hasil pemeriksaan darah sapi jenis PFH kasus distokia tersaji dalamTabel 1. Hasil penilitian ini menunjukkan kelompok 1 yaitu rata-rata nilaieritrosit sebesar 5.67 0.81 x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 9.311.17 g/dl, rata-rata nilai hemtokrit sebesar 21.8 4.55 %. Hasil penilitian inimenunjukkan kelompok 4 yaitu yaitu rata-rata nilai eritrosit sebesar 7.19 0.44x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 11.23 0.51 g/dl, rata-rata nilaihemtokrit sebesar 30.16 3.23 %. Hasil analisis menunjukkan sapi yangmengalami kasus distokia dan sapi kontrol memberikan perbedaan nyataterhadap rata-rata jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit (p<0.05). Hasilpemeriksaan darah sapi jenis PFH kasus retensi plasenta tersaji dalam Tabel 2.Hasil penilitian ini menunjukkan kelompok 2 yaitu rata-rata nilai eritrositsebesar 10.22 9.53 x10 /μl., rata-rata nilai hemoglobin sebesar 10.26 0.8g/dl, rata-rata nilai hemtokrit sebesar 24.71 3.35 %. Hasil penilitian inimenunjukkan kelompok 4 yaitu yaitu rata-rata nilai eritrosit sebesar 7.19 0.44x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 11.23 0.51 g/dl, rata-rata nilaihemtokrit sebesar 30.16 3.23 %. Hasil uji statistik pada sapi yang mengalamikasus retensi plasenta dan sapi kontrol yang tidak mengalami retensi plasentamemberikan perbedaan nyata atau signifikan terhadap rata-rata hemoglobindan hematokrit (p<0.05) sedangkan pada nilai rata-rata jumlah eritrosit tidakmemberikan perbedaan nyata atau tidak signifikan (P>0.05). Hasilpemeriksaan darah sapi jenis PFH kasus retensi plasenta tersaji dalam Tabel 3.Hasil penilitian ini menunjukkan kelompok 3 yaitu rata-rata nilai eritrositsebesar 13.17 19.78. x10 /μl., rata-rata nilai hemoglobin sebesar 9.24 0.53g/dl, rata-rata nilai hemtokrit sebesar 21.03 2.27 %. Hasil penilitian inimenunjukkan kelompok 5 yaitu yaitu rata-rata nilai eritrosit sebesar 6.06 0.49x 10 /μl, rata-rata nilai hemoglobin sebesar 9.23 0.62 g/dl, rata-rata nilaihemtokrit sebesar 20.9 2.47 %. Hasil uji statistik pada sapi yang mengalamikasus anestrus dan sapi kontrol tidak memberikan perbedaan nyata atau tidaksignifikan terhadap rata-rata jumlah eritrosit, nilai hemoglobin dan nilaihematokrit (P>0.05). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu hematologi (jumlaheritrosit, nilai hemoglobin dan nilai hematokrit) pada kasus distokia dan retensiplasenta mengalami penurunan sedangkan pada kasus anestrus mengalamikenaikan terhadap sapi kontrol. | id-ID |
dc.format | application/pdf | |
dc.identifier | https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/ags/article/view/5 | |
dc.identifier | 10.51589/ags.v4i2.5 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/24454 | |
dc.language | ind | |
dc.publisher | Kelompok Penyelenggaraan, Kelembagaan dan Ketenagaan Pelatihan - Pusat Pelatihan Pertanian - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian - Kementerian Pertanian | en-US |
dc.relation | https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/ags/article/view/5/5 | |
dc.rights | Copyright (c) 2020 Dwi Walid Retnawati, Yanuartono, Agung Budiyanto | en-US |
dc.rights | https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 | en-US |
dc.source | Jurnal AgroSainTa: Widyaiswara Mandiri Membangun Bangsa; Vol. 4 No. 2 (2020): Desember 2020 (AgroSainTa); 97-104 | en-US |
dc.source | 2774-4922 | |
dc.source | 2579-7417 | |
dc.subject | distokia | id-ID |
dc.subject | retensi plasenta | id-ID |
dc.subject | anestrus | id-ID |
dc.subject | eritrosit | id-ID |
dc.subject | hemoglobin | id-ID |
dc.subject | hematokrit | id-ID |
dc.title | Gambaran Darah pada Kasus DIstokia, Retensi Plasenta dan Anestrus pada Sapi Betani Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Lembang | en-US |
dc.title | Gambaran darah pada Kasus Distokia, Retensi Plasenta dan Anestrus pada Sapi Betina Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Lembang | id-ID |
dc.type | info:eu-repo/semantics/article | |
dc.type | info:eu-repo/semantics/publishedVersion | |
dc.type | Peer-reviewed Article | en-US |