Analisis Pola Konsumsi Pangan di Sumatera Selatan 2013: Pendekatan Quadratic Almost Ideal Demand System
No Thumbnail Available
Date
2015-09-20
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Abstract
Description
EnglishStudy on the household food consumption pattern, especially at provincial level, is very interesting in order to offer accurate information regarding the household response to changes in food prices. This study aims to analyze food consumption pattern in South Sumatra using Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) based on Susenas household survey data in 2013. All food groups have positive income elasticity and negative price elasticity consistent with the theory of demand, but expenditure elasticities are higher than price elasticities. As a staple food, rice has relatively low expenditure and price elasticities in which rising household income and rising rice price do not affect much rice consumption. Most food commodity groups have uncompensated price elasticity close to 1, namely 0.9 to 1.1. The high price elasticities are found on fruit commodity group mainly affected by seasonal factors. The policy aimed to increase household income is more important than that to maintain price stability for adjusting consumption pattern. The government has challenging responsibility due to slow food diversification. IndonesianPola konsumsi pangan rumah tangga apalagi sampai level provinsi sangat menarik dikaji untuk memberikan informasi yang tepat mengenai respon rumah tangga terhadap perubahan harga pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan di Sumatera Selatan menggunakan quadratic almost ideal demand system (QUAIDS) dengan data hasil survei rumah tangga Susenas tahun 2013. Semua kelompok pangan memiliki elastisitas pendapatan yang positif dan elastistas harga yang negatif, konsisten dengan teori permintaan, namun elastisitas pengeluaran lebih tinggi dibandingkan elastisitas harga. Sebagai komoditas pangan utama, beras memiliki elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga yang rendah di mana kenaikan pendapatan dan kenaikan harga tidak banyak memengaruhi konsumsi beras. Sebagian besar kelompok komoditas pangan memiliki elastisitas harga tidak terkompensasi yang mendekati 1, yaitu antara 0,9 dan 1,1. Elastisitas harga yang tinggi terdapat pada kelompok komoditas buah-buahan terutama karena dipengaruhi oleh faktor musiman. Dengan demikian, kebijakan meningkatkan pendapatan rumah tangga lebih penting dibandingkan kebijakan menjaga stabilitas harga untuk mengarahkan pola konsumsi masyarakat. Pemerintah memiliki tugas yang berat karena proses diversifikasi konsumsi pangan berjalan sangat lambat.