Perspektif Bioetika dalam Bioteknologi Reproduksi
No Thumbnail Available
Date
2009-12
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
BB Biogen
Abstract
Perspektif Bioetika dalam Bioteknologi Reproduksi. Saat ini, bioteknologi pada ternak telah berkembang pesat. Beberapa orang merasa tidak senang dengan perkembangan ilmu ini, terutama peneliti yang mengubah genetik ternak. Mereka takut bahwa penerapan bioteknologi pada ternak dapat menjadi ancaman baru bagi manusia di masa yang akan datang. Biotek-nologi adalah semua teknik yang menggunakan atau menyebabkan suatu organisme berubah material biologisnya. Berdasarkan etika, maka modifikasi genetik pada hewan atau ternak dapat dilakukan sepanjang untuk kesejahteraan manusia serta dapat dipertanggungjawabkan tidak mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hewan (animal welfare). Teknik reproduksi kloning sudah banyak diterapkan pada tanaman, namun masih sedikit pada hewan ternak. Teknik ini lebih baik dilakukan pada ternak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti sapi perah yang mempunyai produksi susu tinggi. Walaupun teknik reproduksi kloning ini dapat dilakukan pada manusia, tetapi secara profesional, medis, dan etis tidak dapat diterima, karena dapat berisiko kesehatan dan secara psikologis serta rasional berbahaya. Beberapa ahli berpendapat bahwa kloning pada hewanpun merupakan tindakan kriminal dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena dapat mengakibatkan penyaan (ageing) dan kerusakan genetik yang tidak dapat dibayangkan. Beberapa ide
spekulatif dilontarkan untuk membuat klon beberapa organ dari seseorang yang telah meninggal, seperti organ bayi yang sudah meninggal. Organ hasil kloning kemudian ditransplantasikan pada seseorang yang membutuhkan yang karena satu dan lain hal organnya tidak dapat berfungsi normal. Kini telah berkembang suatu klon dari sel manusia yang dibuat untuk keperluan medis, seperti sel punca embrionik (embryonic stem cells) untuk keperluan medis. Status penggunaan embrio manusia, apakah ini sama dengan membunuh manusia untuk tujuan pengobatan manusia yang lain? Haruskah menggunakan embrio awal (early embryo) untuk membuat sel punca? Hal ini masih menjadi perdebatan di antara para ahli agama, orang yang berkepentingan medis, dan para peneliti. Di satu sisi ada yang menganggap bahwa embrio awal adalah “suatu sel dan tidak lebih”, bukan manusia, sebab jika tidak berkembang dan tidak hidup di dalam rahim, maka tidak akan menjadi manusia. Jadi penelitian embrio manusia dapat diizinkan? Di sisi lain, para ahli berpendapat bahwa embrio manusia adalah bakal manusia, jadi tidak diizinkan menggunakan sel punca manusia sebagai bahan penelitian baik untuk kepentingan medis maupun penelitian lain, termasuk replecement cells.
Description
Keywords
Bioetika, bioteknologi reproduksi, kloning sel punca.