Pemupukan K Tanaman Padi Gogo pada Tanah Oksisol Kandik di Lampung Tengah (K fertilization for Upland Rice for a Kandic Oxisol in Central Lampung)
No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Abstract
Description
Abstrak. Penelitian kalibrasi uji tanah hara K tanah telah dilaksanakan pada tanah Typic Kandiudox di Kecamatan Wah Pangubuan, Lampung. Penelitian lapang menggunakan pendekatan lokasi tunggal dan terdiri atas 2 tahapan. Tahap pertama pada musim kering 2013 adalah membuat status hara buatan dengan pemberian pupuk K: 0 X (sangat rendah), ¼X (rendah), ½ X (sedang), ¾ X (tinggi), dan X (sangat tinggi), dimana X adalah jumlah K yang diperlukan untuk mencapai 0,3 cmolc kg-1. Tahap kedua pada musim hujan 2013/2014 adalah percobaan pempukan K di setiap status hara K yang dihasilkan dari tahap pertama dengan pemberian K: 0, 24, 96, dan 192 kg K ha-1 dari pupuk KCl dan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengekstrak Morgan-Wolf, Mechlich, dan NH4 pH 7 tidak sesuai untuk menduga kebutuhan K tanaman padi gogo pada tanah Typic Kandiudox, sedangkan pengekstrak Truogh, Colwell, Olsen, HCl 25%, dan NH4OAc pH 4,8 sesuai. Diantara semua pengekstrak tersebut, pengekstrak Truogh dan HCl 25% sebagai pengekstrak terbaik. Kelas ketersediaan hara K terekstrak Truogh dan HCl 25% adalah rendah, sedang, dan tinggi dengan nilai masing-masing untuk pengekstrak Truogh adalah < 5,5 ppm K2O, 5,5-15,5 ppm K2O, dan > 15,5 ppm K2O, sedangkan untuk HCl 25% adalah < 86 ppm K2O, 86-265 ppm K2O, dan > 265 ppm K2O. Rekomendasi pupuk K untuk padi gogo pada tanah Typic Kandiudox dengan kelas status hara rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut adalah 74, 37, dan 0-15 kg K ha-1 atau setara dengan 125, 60, dan 0-25 kg KCl ha-1.Abstract. Calibration of K soil testing was conducted at Typic Kandiudox soil on Way Pangubuan, Lampung. Field experiment applied single location approach with two steps of activities. The first step was conducted on dry season 2013 was to make artificial soil K status by adding K: 0 X (very low), ¼ X (low), ½ X (medium), ¾ X (high), dan X (very high), where X was amount of K required to attain 0.3 cmolc kg-1. The second step, conducted in the following season (wet season 2013/2014), was K treatment in each artificial soil K status by using K fertilizer: 0, 24, 96, dan 192 kg K ha-1 from KCl with 3 replications. The result showed that Morgan-Wolf, Mechlich, and NH4OAc pH 7.0 did not suitable to determine K requirement for upland rice at Typic Kandiudox. Extraction of Truogh, Colwell, Olsen, HCl 25%, and NH4OAc pH 4,8 could be used to estimate K fertilizer requirement for upland rice. Among the extractions, Truogh and HCl 25% were the best. The level of soil K availability extracted using Truogh were classified into: low (< 5.5 ppm K2O), medium (5.5-15.5 ppm K2O), and high classes (> 15.5 ppm K2O), whereas soil K availability extracted using HCl 25% were into: low (< 86 ppm K2O), medium (86-265 ppm K2O), and high classes (> 265 ppm K2O). K fertilizer recommendation for upland rice on Typic Kandiudox with low, medium, and high soil K availability classes were 74, 37, and 0-15 kg K ha-1 or equal to 125, 60, and 0-25 kg KCl ha-1 respectively.
Keywords
Agriculture, pupuk K; padi gogo; Typic Kandiudox; K fertilizer; upland rice; Typic Kandiudox, Rice and Fertilization