Browsing by Author "Zuraida ...[at al], Nani"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemEvaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman terhadap Hama (Wereng Coklat pada Padi dan Hama Lanas pada Ubi Jalar)(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianEvaluasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap wereng coklat dan evaluasi ketahanan plasma nutfah ubi jalar terhadap hama lanas dilakukan di rumah kaca Balitbio, pada MK 2002. Plasma nutfah padi yang diuji, yaitu sebanyak 300 aksesi yang diinfestasi nimpa instar 2-3 WCk populasi IR42 dan IR64 sebanyak 3-4 ekor per tanaman pada tanaman berumur 7 hari. Ketahanannya diamati se-telah varietas IR42 atau IR64 (sebagai kontrol) menunjukkan gejala 90% tanam-an mati. Plasma nutfah ubi jalar yang diuji, yaitu sebanyak 50 aksesi, yang di-infestasi dengan 3 pasang serangga Cylas formicarius untuk setiap aksesi, setelah 30 hari diamati ketahanannya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tidak satupun plasma nutfah padi yang tahan atau resisten terhadap WCk populasi IR42 dan IR64. Aksesi yang bereaksi agak tahan sebesar 5,7% untuk WCk (populasi IR42 dan 5% untuk WCk populasi IR64. Dari 50 aksesi plasma nutfah ubi jalar terdapat satu aksesi yang bereaksi tahan terhadap hama lanas dan sembilan aksesi bereaksi agak tahan.
- ItemEvaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman terhadap Hama (Wereng Coklat pada Padi dan Hama Lanas pada Ubi Jalar)(BB Biogen, 2005) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianEvaluasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap wereng coklat dilakukan di rumah kaca, sedangkan evaluasi ketahanan plasma nutfah ubi jalar terhadap hama lanas dilakukan di Laboratorium Bank Gen. Plasma nutfah padi yang diuji, yaitu sebanyak 300 aksesi yang diinfestasi nimpa instar 2-3 WBC populasi IR42 dan populasi IR64 sebanyak 3-4 ekor pertanaman pada tanaman berumur 7 hari, diamati ketahanannya setelah varietas IR42 (sebagai kontrol) menunjukkan gejala 90% tanaman mati. Sedangkan plasma nutfah ubi jalar yang diuji, yaitu sebanyak 50 aksesi, yang diin festasi dengan 5 pasang serangga Cylas formicarius untuk setiap aksesi, setelah 30 hari diamati ketahanannya. Hasil evaluasi menunjukkan dari 300 aksesi plasma nutfah padi terdapat satu aksesi yang tahan terhadap WBC populasi IR42, dan satu aksesi tahan terhadap WBC populasi IR64. Dari 50 aksesi plasma nutfah ubi jalar tidak ada aksesi yang bereaksi tahan terhadap hama lanas.
- ItemEvaluasi Mutu Gizi Plasma Nutfah Tanaman Pangan(Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPlasma nutfah merupakan komponen keanekaragaman hayati yang memiliki peran dan fungsi sangat besar di dalam perbaikan genotipe tanaman. Kajian ke-anekaragaman plasma nutfah merupakan langkah awal dalam proses pemben-tukan/perbaikan varietas. Sifat baik seperti kandungan mutu gizi tinggi dapat di-peroleh dari plasma nutfah tanaman. Pada tahun 2000 telah dilakukan evaluasi terhadap kandungan amilosa pada padi dan jagung, lemak dan protein pada kedelai dan kacang tanah, HCN pada ubi kayu, dan tanin pada sorgum. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan lemak bervariasi antara 16,02-36,41% dan kandungan protein antara 16,93-29,65% pada kacang tanah, pada kedelai keragaman kandungan lemak berkisar antara 11,74-17,56% dan kandungan protein 23,35-38,81%. Kandungan amilosa pada jagung berkisar antara 11,45-27,69%. Keragaman kandungan tanin pada sorgum berkisar antara 0,10-1,26%. Kandungan amilosa pada padi bervariasi antara 9,80-28,45%. Kandungan HCN pada umbi ubi kayu antara 5,15-99,40 ppm, sedangkan pada daun antara 11,88-445,90 ppm.
- ItemEvaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah Tanaman Pangan(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2002-11) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeanekaragaman sifat yang terdapat di dalam plasma nutfah tanaman sangat besar perannya dalam pemuliaan tanaman, seperti keragaman kandungan mutu gizi bermanfaat untuk perbaikan tanaman bermutu gizi tinggi. Analisis mutu gizi dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balitbio tahun 2001 terhadap kandungan amilosa pada padi dan jagung, kandungan pati pada ubi jalar, ubi kayu, ganyong, dan Dioscorea sp, kandungan tanin pada sorgum, dan kandung-an HCN pada ubi kayu. Pada kedelai dianalisis kadar lemak, protein, air, serat, abu, asam stearat, asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Dari hasil analisis diperoleh kandungan amilosa padi antara 16,4-29,7% dan jagung antara 10,2-30,8%. Kandungan pati ubi jalar berkisar antara 28,0-51,7%, ubi kayu antara 28,0-51,7%, ganyong antara 31,3-38,9%, dan Dioscorea sp. Antara 14,0-62,3%. Kandungan tanin pada sorgum berkisar antara 0,12-0,85%, kandungan HCN pada umbi ubi kayu berkisar antara 8,3-150 ppm, dan pada daun ubi kayu antara 59,4-532,6 ppm. Kedelai mempunyai kisaran kadar lemak antara 18,92-29,62%, kadar protein antara 35,91-40,10%, kadar serat antara 2,88-3,15%, kadar abu antara 3,04-4,32%, kadar air antara 8,9-11,2%, asam stearat antara 3,26-4,01%, asam palmitat antara 7,86-13,43%, asam oleat antara 20,68-33,52%, asam linoleat antara 38,83-46,58%, dan asam linolenat antara 4,52-8,94%.
- ItemKeragaman Sifat Fenotipe Plasma Nutfah Ubi Kayu(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1988) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeragaman Sifat Fenotipe Plasma Nutfah Ubi Kayu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat/karakter plasma nutfah ubi kayu untuk dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan guna memperoleh hasil y ang sesuai dengan keinginan. Sebanyak 250 klon ubi kayu koleksi plasma nutfah ditanam di KP. Muara pada MH 1994/95. Masing-masing klon ditanam 10 tanaman dengan jarak tanam 100 x 60 cm. Tanaman dipupuk dengan 60 kg N + 20 kg P2O5 + 75 kg K2O/ha yang diberikan dua tahap, yaitu 1/3 takaran N + 1/3 K + seluruh P pada saat tanam, sisa N dan K tiga bulan setelah tanam. Hasil karakterisasi dari 76 klon menunjukkan adanya keragaman panjang daun yang berkisar antara 13,0-23,5 cm; lebar daun 1,6-6,4 cm; jumlah lobus daun 5,4-9,0; panjang tangkai daun 16,2-35,4 cm. Warna pucuk daun, pusat urat daun, urat daun atas dan bawah, tangkai daun bagian atas dan bawah, serta warna batang atas dan bawah juga beragam, sedangkan warna daun kurang beragam (hijau, hijautua, ungu).
- ItemPenyelarasan Pertanian Modern dengan Pelestarian Keanekaragaman Hayati(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUsaha pertanian modem cenderung menuju pola satu spesies-satu varietas dalam skala hamparan luas sehingga memiskinkan keanekaragaman hayati alamiah. Penggunaan satu varietas homogen homozigot dalam hamparan luas, seperti pada usahatani padi, memusnahkan keanekaragaman hayati di tingkat spesies itu sendiri, mengakibatkan timbulnya biotipe dan strain baru hama dan penyakit, sebagai akibat seleksi terarah ke arah strain yang lebih virulen. Penanaman satu spesies dalam hamparan luas mengakibatkan terjadinya pendesakan spesies, sehingga spesies asli musnah. Biota penyerta, termasuk arthropoda, mollusca, nematoda, mikroba, dan Iain-lain ikut terdesak dan termusnahkan, yang tinggal hanya yang serasi dengan ekologi satu spesies tanaman yang diusahakan. Pemiskinan keanekaragaman hayati pada ekologi lahan pertanian memang tidak dapat dihindarkan, tetapi pemeliharaan keragaman hayati masih memungkinkan. Penggunaan varietas nonhomogen-nonhomozigot, penanaman multivarietas, varietas campuran, multilini, sintetik dan komposit, menghindarkan keseragaman dalam spesies dan membentuk keanekara gaman genetik, meningkatkan plastisitas dan daya sangga genetik tanaman terhadap berbagai cekaman lingkungan. Penanaman multispesies dalam hamparan secara tumpangsari, karang kitri, hedge rows, dan Iain-lain menambah besarnya keragaman hayati pada ekologi pertanian. Pelestarian plasma nutfah (keanekaraman genetik dalam spesies) dapat lebih terjamin apabila dibentuk Pusat Plasma Nutfah Nasional. Pelestarian plasma nutfah pedesaan perlu dibentuk di sentra produksi komoditas spesies yang bersangkutan. Pelestarian keragaman hayati perlu dilakukan di tingkat pedesaan, kabupaten, dan wilayah, dengan membangun Taman Botani atau Gene Park yang berfungsi sebagai sistem konservasi, rekreasi, edukasi, dan penyediaan bibit. Penyertaan masyarakat untuk melestarikan keanekaragaman hayati perlu ditumbuhkan dengan menggerakkan anak sekolah, karang taruna, pramuka, ibu ibu PKK, kelompok tani, LSM, orsospol, dan seluruh lapisan masyarakat. Gerakan Sadar Pelestarian Keanekaragaman Hayati (SPKH) perlu dicanangkan untuk menghindari kepunahan sebagian besar spesies flora, fauna, mikroba di abad XXI dan abad selanjutnya.