Browsing by Author "Zulkifli"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemMetode Pengembangan Diagnosa Penyakit Paratuberculosis di Wilayah BPPV Regional II Bukittinggi Kajian Pendahuluan dalam Melakukan Survaillans dan Monitoring(Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi, 2011) Inarsih, Dwi; Zaidra, Olin; Zulkifli; Susilowati; Budhiyadnya, I Gde Eka; AzfirmanPenyakit Paratuberculosis atau yang biasa dikenal dengan Johne's Disease merupakan penyakit pada sapi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium avian subspesies paratuberculosis atau kadang-kadang juga disebut sebagai Myco Johne. Penyakit ini telah banyak dilaporkan sebagai salah satu penyakit menular penting dan telah menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar di sektor industri peternakan pada beberapa negara. Pengujian terhadap penyakit Paratuberculosis merupakan metode pengembangan diagnosa di Laboratorium Bakteriologi dengan menggunakan metode ELISA. Hasil yang didapat dapat digunakan untuk kajian pendahuluan terhadap surveillans dan monitoring penyakit Paratuberculosis di wilayah kerja BPPV Regional II Bukittinggi. Jumlah sampel yang dilakukan dalam pengujian ini sebanyak 135 sampel yang diambil dari 4 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat, 3 kabupaten di Propinsi Riau dan 2 kabupaten di Propinsi Jambi. Dari 135 sampel yang diuji, 10 sampel menunjukkan hasil seropositif dan 125 sampel menunjukkan hasil seronegatif. Dan adanya hasil seropositif pada pengujian ini menunjukkan perlu dan pentingnya dilakukan surveillans dan monitoring yang lebih terarah dan terencana terhadap penyakit paratuberculosis dan untuk membantu program pemerintah dalam swasembada daging tahun 2014.
- ItemPengamatan Terjadinya Kasus Penyakit Septicemia Epizootika (SE) di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi dari Tinjauan Laboratorium Bakteriologi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2015) Inarsih, Dwi; Zulkifli; Novriyenti, Adek; Oktavia, Erina; Anindita, Katamtama; AzfirmanSepticemia Epizootika (SE) merupakan bentuk khusus dari Pasteurelosis dan merupakan penyakit yang terdapat di seluruh wilayah tropis dan subtropics. Dengan sifat patogenisitasnya yang tinggi, ketepatan diagnosa dan kecepatan pengobatan terhadap penyakit SE sangatlah diperlukan. Sampel yang diperiksa adalah sampel yang menunjukkan indikasi penyakit SE. Hasil pengjian pada sampel yang masuk lab Bakteriologi secara umum yang diduga dan dicurigai disebabkan oleh bakteri Pasteurella sp diperlakukan sebagai berikut : pada pengujian biologis, mencit mati dalam waktu 24 jam. yang dilanjutkan isolasi pada organ mencit tersebut, dari kedua isolasi dan identifikasi yang dilakukan ditemukan kuman berbentuk bipolar dan gram negatif serta dari uji biokimia didapatkan kuman Pasteurella moltocida.Dari beberapa kasus yang diperoleh dan telah dilakukan pengujian serta dari hasil pengujian yang didapat maka perlunya diwaspadai dan dikendalikan terhadap penyakit Septicemia Epizootika di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi yang meliputi propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau. Septicaemia Epizootica (SE) adalah penyakit infeksius yang menyerang ruminansia oleh bakteri gram negatif Pasteurella multocida. Penyakit ini menyebar cepat dengan cara kontak langsung yang menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi yang tinggi. Pencegahan SE yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian vaksin.
- ItemPengaruh Pemberian Kompos Kiambang Pada Berbagai Lapisan Tanah Terhadap Pertumbuhan Bibit Sawit (Elaeis guineensis Jacq)(Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, 2020-12) Zulkifli; Herlinawati, Eva; Politeknik Pembangunan Pertanian MedanPertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis) yang optimal menghendaki tanah yang subur. Kebutuhan tanah top soil untuk media bibit kelapa sawit cukup besar sedangkan ketersediannya terbatas. Perlu dicoba mengunakan jenis tanah yang kurang subur (sub-soil) dengan pemberian kompos kiambang untuk meningkatkan kesuburan media tanam bibit sawit. Tujuan penelitian untuk mengetahui interaksi perlakuan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di Lahan SMK PP Negeri Sembawa dari bulan Oktober 2017 - April 2018, dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah L1 (0-30 cm), L2 (>30-60 cm), dan L3 (>60-90 cm) dan faktor kedua adalah dosis kompos kiambang K0 (0%), K1 (10 %), K2 (20%), dan K3 (30%). Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tinggi (55.00 cm) dan diameter batang bibit (2.800 cm) terbaik pada interaksi perlakuan LIK2 yang dapat mendukung pertumbuhan bibit sawit secara optimum.
- ItemPENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KIAMBANG PADA BERBAGAI LAPISAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)(Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, ) Zulkifli; Eva Herlinawati
- ItemSituasi Brucellosis Tahun 2009 dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas Brucellosis Wilayah Regional II Bukittinggi(BPPV Regional II Bukittinggi, 2009) Azfirman; Inarsih, Dwi; Zulkifli; Zedra, Olin; Sybli, MuhammadMenurut SK Mentan No.254/Kpts/PD.610/6/2009 tanggal 15 Juni 2009 tentang pernyataan Propinsi Sumbar, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau bebas Penyakit Kluron Menular (Brucellosis) pada sapi dan kerbau. BPPV Regional II telah melakukan surveilans dalam rangka mempertahankan status bebas brucellosis. Hasil pemeriksaan sampel dari Propinsi Sumbar sebanyak 4066 sampel, Propinsi Riau sebanyak 1648 sampel, Propinsi Jambi sebanyak 1538 sampel dan Propinsi Kepulauan Riau sebanyak 702 sampel diperoleh hasil 100% negatif terhadap reaktor Brucellosis.
- ItemSurveillans dan Monitoring Penyakit Brucellosis dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas Brucellosis di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2019) Inarsih, Dwi; Novriyenti, Adek; Oktavia, Erina; Zulkifli; KatamtamaBrucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi, penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau penyakit BAng. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1935 pada sapi perah di Grati Pasuaruan Jawa Timur, Penyakit Brucellosis menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia. Brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak. Saat ini Brucellosis merupakan salah satu dari 25 (dua puluh lima) penyakit masuk pada PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis) yang di tetapkan oleh Kementerian Pertanian. Untuk penyakit Brucellosis di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi sudah dinyatakan bebas sejak tahun 2009 dengan SK Menteri Pertanian tahun 2009 No. 2541/Kpts/PD.610/6/2009. Monitoring dan surveillans tetap terus dilaksanakan untuk detect diseases dalam mempertahankan status bebas Brucellosis di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Pengambilan sampel menggunakan kaidah pengambilan sampel dengan metode detect disease. Dan pengujian sampel secara serologi seperti yang ditetapkan dalam SK Ditjennak No. 75/OT/210/Kpts/1996 tanggal 5 Desember 1996 tentang petunjuk pengendalian. Penyakit hewan keluron menular (brucellosis) adalah Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT). Dan sejak dinyatakan bebas Balai Veteriner Bukittinggi tetap melakukan monitoring dan surveillans terhadap penyakit Brucellosis secara rutin dari tahun ke tahun hingga saat ini. Untuk 2 tahun terakhir ini pada tahun 2018 pengambilan sampel sebanyak 10.198 sampel dan di dapat hasil positif sebanyak 4 sampel (0,04%). Pada tahun 2017 pengambilan sampel sebanyak 10.720 sampel dan didapat hasil positif sebanyak 1 sampel (0,009%). Sampel positif yang di dapat adalah sampel positif yang telah di uji dengan CFT. Dengan masih di dapatkan hasil positif dari penyakit Brucellosis walaupun tingkat prevalensi masih kurang dari 2%, langkah ini untuk mewaspadai sedini mungkin timbulnya penyakit tersebut serta menanggulangi secara cepat terhadap masuknya kembali reaktor Brucellosis dari penyakit Brucellosis yang ada di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Hal-hal tersebut sebagai upaya dalam mempertahankan status bebas terhadap penyakit Brucellosis. Untuk itu sangat perlu mendapat perhatian dan pengawasan dari instansi terkait mengingat sangat pentingnya penyakit Brucellosis ini terhadap dampak yang ditimbulkannya, baik dari segi perekonomian maupun segi kesehatan masyarakat veteriner.