Browsing by Author "Zuhran, Muhammad"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemBenih Jeruk Bebas Penyakit Mendukung Agribisnis Jeruk Berkelanjutan(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, 2017) Zuhran, Muhammad; sunardi, sri; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratPengembangan agribisnis jeruk secara berkelanjutan memerlukan dukungan sistem perbenihan yang tangguh. Sistem perbenihan jeruk harus mampu menyediakan benih sehat berkualitas dengan memperhatikan ketepatan varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga. Benih jeruk bebas penyakit harus memenuhi tiga kriteria yaitu (1) True to tip; sama dengan induknya; (2) Bebas penyakit sistemik (CVPD, CTV, CVEV, CEV, CPsV, ccav, dan CTLV); dan (3) Memenuhi proses regulasi perbenihan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, benih jeruk bebas penyakit adalah benih yang bebas dari patogen sistemik tertentu, sama seperti induknya dan tahapan proses produksinya sesuai dengan alur proses produksi pohon induk dan distribusi benih jeruk bebas penyakit yang telah diberlakukan pemerintah (Balitjestro, 2010).
- ItemBersama Kita Kendalikan Penyakit CVPD(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, 2009) Zuhran, Muhammad; sution, sution; supriyanto, ary; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratKabupaten Sambas di Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra produksi penting jeruk di Indonesia. Dengan luas areal sekitar lebih dari 11.000 ha dan produksi buah mencapai sekitar 120.000 ton dari luas panennya sekitar 10.000 ha, agribisnis jeruk ini telah menjadi mata pencaharian utama lebih dari 20% penduduk di Kabupaten Sambas.
- ItemPengendalian pecah buah pada jeruk keprok terigas di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat(BBP2TP, 2014) Zuhran, Muhammad; Purba, Tommy; Supriyanto, Arry; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratPengembangan Jeruk Keprok Terigas di Kabupaten Sambas terhambat oleh masalah pecah buah. Pecah buah yang diyakini disebabkan oleh fluktuasi ekstrim kadar air, suhu, kelembaban tanah, serta serapan hara saat tehadi hujan setelah mengalami musim kemarau panjang sangat merugikan • • petani • karena berdampak signifikan terhadap penurunan • produksi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknologi pengendalian pecah buah melalui pengurangan fluktuasi kadar air, suhu, dan kelembaban tanah serta pemberian hara yang cukup bagi tanaman. Percobaan lapang ini dilaksanakan pada tahun 2010 hingga 2011 di kebun jeruk petani yang berlokasi di Kabupaten Sambas. Rancangan penelitian menggunakan Split Plot Design terdiri dart :?: petak utama yakni lahan dengan parit digenangi dan lahan dengan parit tidak digenangi, masing-masing terdiri dari 3 anak petak yaitu 1) pupuk anorganik (teknologi petani), 2) pupuk anorganik + pupuk organik + mulsa, dan 3) pupuk anorganik + pupuk organik + mulsa + (Ca + B). Penggenangan parit dilakukan selama tidak ada hujan. Pemberian pupuk anorganik, pupuk organik, dan mulsa dilakukan setelah panen, sedangkan Kalsium (Ca) dan Boron (B) diberikan pada stadia cepat pertumbuhan buah. Penelitian diulang 4 kali dengan unit percobaan 10 pohon. Berdasarkan hasil pengamatan, pecah buah terjadi setelah buah berumur 16 minggu hingga 34 minggu setelah bunga mekar, dengan kejadian tertinggi ketika buah berumur 22-24 mil)ggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan parit kebun selama musim kemarau yang diikuti dengan pemberian pupuk anorganik, pupuk organik, mulsa, pupuk Kalsium (Ca), dan pupuk Boron (B) mampu mengurangi pecah . buah pada tingkat yang paling rendah dib.andingkan perlakuan teknologi lainnya.
- ItemTop working Teknologi Mengganti Jeruk siam Pontianak dengan Keprok Terigas(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, 2009) Zuhran, Muhammad; supriyanto, Arry; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan BaratKalimantan Bara merupakan salah satu sentra produksi jeruk Siam Pontianak yang sudah dikenal masyarakat Indonesia. Harga jeruk Siam Pontianak yang tepatnya diproduksi di Kabupaten Sambas ini, terus berfluktuasi dan cenderung menurun sebagai akibat sistem pemasarannya yang belum berpihak kepada petani dan hadirnya pesaing baru dari provinsi lain.