Browsing by Author "Yanti Rina Darsani, Herman Subagio"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS INVESTASI JANGKA PANJANG(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman SubagioAnalisa proyek bertujuan untuk memilih investasi proyek secara lebih tepat artinya untuk mencapai hasil yang maksimal. Hal ini penting dilakukan karena sumberdaya terbatas, disamping itu kesalahan memilih proyek merupakan suatu pemborosan yang bisa merugikan. Dalam pertanian selain komoditas yang menghasilkan secara musiman « 1 tahun) atau komoditas yang periode tanam sampai menghasilkan lebih dari satu tahun. Untuk menghasilkan produksi pada tahun ke t, diperlukan investasi beberapa tahun seperti tanaman jeruk, kelapa, kelapa sawit, rambutan dan sebagainya. Tanaman tersebut mulai awal berproduksi, maka akan berproduksi sampai 20-30 tahun tergantung umur ekonomis masing-masing tanaman. Untuk tanaman jeruk di lahan rawa memerlukan surjan maka investasi awal terbesar untuk membuat surjan.
- ItemMetode Analisis usahatani(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman Subagio
- ItemMETODE PENGUMPULAN DATA USAHA TANI(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman SubagioPengumpulan data merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan dalam melakukan analisis usaha tani terdiri atas: (1) data sekunder sebagai data pendukung dikumpulkan dari instansi terkait seperti Dinas-Dinas terkait, BPS, lembaga swasta dan sebagainya; dan (2) data primer, dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung pada objek sasaran seperti petani, pedagang, dan hal-hal lainnya yang terkait. Menurut Sudana et at (1999) bahwa keberhasilan pengumpulan data melalui cara wawancara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: (1) faktor situasi saat wawancara (waktu, tempat, kehadiran orang ketiga, dan sikap masyarakat), (2) faktor pewawancara (keterampilan, karakter sosial, motivasi, rasa aman dan sebagainya), (3) faktor responden (karakter sosial, kesanggupan menangkap dan menjawab pertanyaan yang diajukan), serta (4) isi kuesioner (peka, sukar, tingkat minat, dan ada tidaknya unsur kekhawatiran).
- ItemPENGERTIAN DAN POTENSI LAHAN RAWA(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman SubagioLahan rawa adalah salah satu ekosistem lahan basah (wetland) yang terletak antara wilayah sistem daratan (terrestrial) dengan sistem perairan dalam (aquatic). Wilayah ini dicirikan oleh muka air tanahnya yangdangkal atau tergenang tipis. Menurut Tim Koordinasi Penyusunan Perencanaan Nasional Pengelolaan Lahan Rawa Berkelanjutan (P2NPLRB) disebut rawa apabila memenuhi 4 (empat) unsur utama berikut, yaitu: (1)jenuh air sampai tergenang secara terus-menerus atau berkala yang menyebabkan suasana anaerobic, (2) topografi landai, datar sampai cekung, (3) sedimen mineral (akibat erosi terbawa aliran sungai) dan atau gambut akibat tumpukan sisa vegetasi setempat), dan (4) ditumbuhi vegetasi secara alami (WACLIMAD 2012).
- ItemPERKEMBANGAN MODEL PERTANIAN LAHAN RAWA(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman SubagioMadel pertanian lahan rawa sebenarnya sudah ada sejak masyarakat suku Bugis dan Banjar membuka lahan rawa di pantai Timur Sumatera dan di pantai Selatan Kalimantan. Modelyangadapada saatitu sangat sederhana dan umumnya komoditas yangdiusahakan secara monokultur. Model yang berkembang tersebut belumdapat mencerminkan model yang optimal, karena lahan yang berhasildibuka masih dalam luasan terbatas sesuai dengan kemampuan merekadanhasil yang diperolehpun hanya untuk memenuhi kebutuhan keluargadengan produksi padi 0,8-1,0 ton per hektar. Sejak dibuatnya surjan secara bertahap, dimulai membuat tukungan hingga sampai terbentuk surjan, masyarakat mulai menanam tanaman hortikultura danperkebunan seperti jeruk, pisang, pepaya, kelapa, karet, kopi dan sebagainya, maka terbentuklah suatu model pertanian lahan rawa sederhana. Model pertanian di lahan rawa berkembang kemudian dengan masuknya transmigrasi sejak tahun 1970an di lahan rawa. Petanimelakukan usaha tani beragam setelah dibukanya lahan rawa untuk program transmigrasi. Masing-masing transmigran diberikan lahanusaha tani seluas 2,0 - 2,25 hektar per Kepala Keluarga (KK). Kemudian diikuti dengan pembagian bibit tanaman keras/hortikultura untuklahan pekarangan serta ternak atau ikan.
- ItemUsahaTani di Lahan Rawa Analisis Ekonomi dan Aplikasinya(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman SubagioSejak lama lahan rawa dikenal sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat. Laban rawa menjadi penghasil sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (nutrient) dari beranekaragam hasil tanaman, hewan ternak, unggas, ikan dan biota laut/ sungai baik yang dapat diramu maupun dibudidayakan sehingga menjadi tumpuan kehidupan bagi jutaan penduduk yang bermukim di sekitar rawa. Kondisi krisis pangan pada awal tahun 1960an sampai impor (beras) yang cukup besar hingga tahun 1970an (2 juta ton) menjadi pendorong bagi pemerintah untuk membuka lahan rawa sebagai penyangga pangan nasional. Bersamaan dengan program transmigrasi diadakan pembukaan lahan rawa seluas 2juta hektar sekitar 20% unit pemukiman transmigrasi ditempatkan didaerah rawa-rawa Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua dalam rangka meningkatkan produksi pangan, khususnya beras.