Browsing by Author "Wulandari, Septi"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN KABUPATEN PUNCAK PROVINSI PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Lewaherilla, Niki E.; Tirajoh, Siska; Lestari, Martina Sri; Wulandari, Septi; Suebu, Yusuf; Kementrian PertanianAnalisis kebijakan pengembangan komoditas unggulan pertanian Kabupaten Puncak bertujuan untuk: 1) menentukan komoditas pertanian unggulan dan kebutuhan teknologinya, 2) menetapkan arah kebijakan pengembangan komoditas pertanian unggulan Kabupaten Puncak. Pendekatan survey melalui pengumpulan data primer berupa pengamatan dan wawancara responden petani dan pemangku kepentingan (pedagang, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pihak Pemda Bupati, Assisten II, Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi). Wilayah sampel pengamatan ditentukan secara sengaja yaitu wilayah Distrik Gome dan Ilaga. Data sekunder dari berbagai institusi berupa luas lahan pertanian, jumlah dan jenis ternak, produksi komoditas pertanian, data kependudukan yang diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten, BPS, Bappeda, Perguruan Tinggi. Penentuan komoditas unggulan menggunakan analisis L/Q Question, selanjutnya untuk mengetahui ketepatan penentuan komoditas unggulan dilakukan penilaian terhadap komoditas unggulan terpilih oleh pemangku kepentingan Pihak Pemda menggunakan skala tinggi, sedang dan rendah. Analisis arah kebijakan pengembangan pertanian kabupaten Puncak didasarkan pada analisis SWOT, yang dituangkan dalam bentuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas unggulan kabupaten Puncak yaitu ubijalar dan sayuran pada 8 distrik induk yaitu: Ilaga, Pigoma, Agadugume, Beoga, Sinak, Duofo, Wangbe dan Gome. Komoditas Talas/bete dan ubikayu terdapat pada 7 Distrik basis. Jagung pada 4 Distrik Basis yaitu; Distrik Duofo, Beoga, Pogoma dan Sinak. Komoditas kacang tanah 3 wilayah basis pengembangan yaitu Distrik Duofo, Pogoma, dan Sinak. Dukungan inovasi teknologi pengembangan komoditas unggulan pertanian berupa penyediaan VUB, teknis budidaya praktis, pascapanen dan pengolahan hasil komoditas. Strategi Pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Puncak terdiri dari 11 program.
- ItemEKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI TANAMAN LOKAL SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH DI KABUPATEN BIAK NUMFOR, PROVINSI PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Wulanningtyas, Heppy Suci; Wulandari, Septi; Rumsarwir, Yuliana; Ondikeleuw, Mariana; Lestari, Martina Sri; Kementrian PertanianBiak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua berupa pulau yang terpisah dari daratan Papua. Secara umum termasuk wilayah dataran rendah dengan didominasi relief bergelombang-berbukit. Biak Numfor kaya aneka flora dengan plasma nutfah beragam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis tanaman lokal spesifik sebagai bagian dari pengelolaan dan pelestarian sumberdaya genetik di Biak Numfor, Papua. Metode yang digunakan adalah survei, kuesioner dan wawancara. Survei dilakukan pada pekarangan-kebun di tiga puluh rumah tangga yang tersebar di lima distrik di Kabupaten Biak Numfor yang diduga menjadi lokasi tumbuh tanaman yakni Distrik Samofa, Biak Kota, Biak Utara, Yendidori dan Warsa. Kuesioner dan wawancara dilakukan pada masyarakat setempat untuk mendapat informasi mengenai pemanfaatan dan nama lokal tanaman. Diperoleh 24 aksesi tanaman buah, 22 aksesi tanaman sayur, 29 aksesi tanaman hias, 6 aksesi umbi-umbian, dan 14 aksesi tanaman obat dari hasil eksplorasi. Dari data tersebut, beberapa merupakan tanaman lokal Biak Numfor dan sebagian hanya diketahui nama lokalnya yaitu alpukat hutan, sukun hutan, kuker, pisang jarum, gedi batang merah, anggrek tanah, talas merah, daun gatal, daun masnasem dan pohon kayu perahu.
- ItemKajian Status Mekanisasi Pertanian Mendukung Program Swasembada Padi Di Provinsi Papua(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nurhasanah, Ana; Budiharti, Uning; Nursani, Daragantina; Wulandari, Septi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Konsekuensi dari negara dengan jumlah penduduk yang besar berdampak pada tingginya pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan pokok. Salah satu permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian swasembada pangan adalah semakin berkurangnya jumlah dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta kurangnya mekanisasi pertanian (alat dan mesin pertanian). Dengan penerapan alsintan dalam kegiatan usaha tani dapat memberikan mutu hasil yang lebih baik dan lebih efisien serta efektif. Selain itu melalui pemanfaatan alsintan, dapat mendukung upaya pemecahan masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status mekanisasi pertanian (alsin produksi padi) di Provinsi Papua untuk mendukung swasembada pangan nasional. Survey data alsin produksi padi ini dilakukan dalam rangka kegiatan identifkasi status mekanisasi serta pemetaan mekanisasi berbasis GIS dalam upaya peningktan produksi padi tahun 2016. Responden dipilih secara purposive sampling. Survey dilakukan di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Merauke, Keerom dan Nabire. Dari hasil survey dapat diketahui bahwa penggunaan alsin produksi padi yang sudah banyak digunakan adalah traktor roda dua, RMU, thresher serta combine harvester, sedangkan alsin traktor roda 4 dan dryer sangat terbatas dan hanya ada di kabupaten Merauke. Traktor roda 2 yang umum digunakan adalah yang bertenaga diesel 8,5 HP, sedangkan thresher bertenaga 6,5 HP. Hasil analisa menunjukkan bahwa tingkat kecukupan alsintan di Provinsi Papua baik tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan pada tahun 2015 rata-rata jenuh. Walaupun demikian alsintan akan sangat banyak diperlukan terkait target pembukaan lahan sawah 9 juta hektar hingga tahun 2025. Untuk mempermudah penyebaran informasi, status mekanisasi pertanian ini dapat secara langsung diakses di katam.info.
- ItemKalender Tanam Terpadu(BPTP Papua, 2017-01-01) Wulandari, Septi; Kementrian Pertanian
- ItemRESPON PETANI TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI JAJAR LEGOWO SUPER DI KABUPATEN MERAUKE(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Wulandari, Septi; Wulanningtyas, Heppy Suci; Lestari, Martina Sri; Sujarwo; Kementrian PertanianPotensi luas lahan pertanian produktif Kabupaten Merauke sebagai salah satu peluang terwujudnya swasembada pangan. Kabupaten Merauke mempunyai luas lahan sawah dan lahan kering 64.000 ha dari luas wilayah mencapai 46.791,63 km. Produksi Kabupaten Merauke tahun 2016 mencapai 136.500 ton dengan luas panen 52.000 ha. Dalam rangka mempertahankan produksi beras sekaligus meningkatkan pendapatan petani, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi, salah satunya Teknologi Jajar Legowo Super. Teknologi Jajar Legowo Super merupakan teknologi budidaya padi berbasis jajar legowo 2:1, penggunaan VUB, pemanfaatan dekomposer M-Dec dalam pengelolaan jerami, pemanfaatan pupuk hayati dalam seed treatment (agrimeth), pengendalian organisme pengganggu tanaman menggunakan pestisida nabati dan anorganik serta pemanfaatan alsintan khususnya untuk tanam dan panen. Tujuan pengkajian adalah mengetahui respon petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teknologi jajar legowo super. Kajian dilakukan di Kampung Nggutibob, Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke pada bulan November 2016 - Februari 2017. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel petani secara purposif, yaitu 20 petani kooperator yang menerapkan jarwo super. Analisis data menggunakan regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi respon petani. Hasil kajian menunjukkan respon petani terhadap teknologi jajar legowo tergolong sedang (54,82%). Pemanfaatan biodekomposer, pupuk hayati, dan alsintan mendapat respon positif dari petani. Namun pemanfaatan agrimeth kurang diminati petani (36,67%) yang menyukai karena benih terlalu cepat berkecambah dan sulit untuk ditabur di pesemaian. Variabel umur, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, upah penanaman, dan besarnya biaya produksi tidak mempengaruhi tinggi rendahnya respon petani dalam penerapan teknologi jajar legowo super.
- ItemTEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK BABI DI PAPUA(Kementerian Pertanian, 2022-10-01) Dominanto, Ghalih Priyo; Wulandari, Septi; Rumsarwir, Yuliana Helena; Jayanti, Edita Dwi; BPTP PapuaTernak babi merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Terdapat 312 bangsa babi dan 87 merupakan bangsa babi unggul hasil seleksi dan persilangan beberapa bangsa babi, misalnya Landrace, Yorkshire dan Duroc (Sihombing 2006). Ternak babi tergolong ternak yang subur untuk dipelihara dengan jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu, serta jarak dari satu kelahiran dan kelahiran berikutnya pendek, sehingga memungkinkan untuk menjualnya dalam jumlah besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (1999), bahwa ternak babi mempunyai banyak keunggulan antara lain merupakan ternak prolifik (memiliki banyak anak setiap kelahiran), efisien dalam konversi pakan serta mempunyai daging dengan persentase karkas yang tinggi. Pendapat tersebut didukung oleh Wheindrata (2013), bahwa babi merupakan ternak produktif yang dapat beranak dua kali setahun, sekali beranak antara 10-14 ekor, karena babi merupakan hewan polytocous atau melahirkan anak lebih dari satu (Blakely dan Bade 1998). Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging. Besarnya konversi babi terhadap ransum ialah 3,5 artinya untuk menghasilkan berat babi 1 kg dibutuhkan makanan sebanyak 3,5 kg ransum (Prasetya 2012). Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien (Wheindrata 2013