Browsing by Author "Widayati, Tri"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemPerbandingan Tenik Pengambilan Darah Kuda untuk Membuat Media Penyubur Menggunakan Spuit 60 ml dan Selang Elastic(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Mariyono; Widayati, Tri; Direktorat Kesehatan HewanPlasma darah merupakan bahan penyubur yang umum digunakan untuk kultur bakteri, terutama kelompok fastidious bakterial. Salah satu plasma darah yang paling umum digunakan adalah plasma darah kuda. Plasma darah kuda tersedia secara komersial akan tetapi lifetime yang pendek dan harus didatangkan dari luar negeri merupakan kendala dalam penyediaan bahan uji tersebut. Membuat bahan penyubur sendiri sangat memungkinkan dilakukan oleh laboratorium untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bahan uji ini. Modifikasi tehnik pengambilan darah diperlukan untuk memperoleh plasma darah kuda yang berkualitas. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik pengambilan darah kuda menggunakan spuit 60 ml dibandingkan dengan pengambilan darah kuda dengan menggunakan teknik selang elastis. Materi yang digunakan adalah 4 ekor kuda donor dan alat restrain, elenmeyer, spuit 60ml, jarum G18, kain kassa, selang elastic, aluminium foil dan glassbead. Metode yang digunakan adalah mengamati data hasil pengambilan darah kuda kurun waktu 2015 s.d 2020. Persiapan pelaksanaan pengambilan darah dengan selang elastis adalah sebanyak 200 g glassbead dimasukkan dalam elenmeyer 500 ml yang telah ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa, fiksasi spuit 1 ml pada salah satu ujung selang elastik, kemudian dilakukan pemasangan ujung yang lain ke glass elenmeyer yang ditutup dengan kapas dan dilapisi kain kasa, bungkus dengan alumunium foil dan selanjutnya disterilkan. Alat yang digunakan untuk mengambil darah kuda dengan spuit 60ml adalah 200g biobead dimasukkan dalam elenmeyer 500ml ditutup dengan kapas yang dilapisi kain kasa selanjutnya di bungkus alumunium foil dan disterilkan dengan autoclave. Hasil pengamatan menunjukkan pengambilan darah menggunakan selang elastic memerlukan waktu rata-rata 20.71 menit, volume darah yang diperoleh sebanyak 54.29 ml, dan kontaminasi 1/7. Sedangakan pada pengambilan darah menggunakan spuit 60 ml diperoleh rata-rata waktu yang diperlukan mengambil darah adalah 5.28 menit, rata-rata volume plasmadarah sebanyak 215.71 ml. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan darah menggunakan spuit 60 ml spuit 60 ml lebih efektif karena memperoleh darah lebih banyak dan waktu pengambilan lebih cepat (efisien) dan tidak terjadi kontaminasi.
- ItemResistensi Isolat Escherichia Coli dari Ayam Broiler terhadap Beberapa Antibiotik(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Widayati, TriResistensi bakteri adalah kondisi dimana bakteri mampu membentuk mekanisme pertahanan terhadap antibiotik yang awalnya efektif. Penggunaan antibiotik yang terus-menerus maupun penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan merupakan pemicu terjadinya resistensi. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang secara normal terdapat dalam saluran pencernaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepekaan isolate bakteri E. coli terhadap enam jenis antibiotik yang digunakan dalam bidang peternakan yaitu kanamisin, colistin, polimixin B, enrofloxasin, trimethoprim, dan sulfonamide. Metodologi dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel, isolasi bakteri E. coli, dan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik. Sampelsampel dikoleksi dari peternakan ayam broiler di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates) dari Tulung Agung, Blitar, Pamekasan, Sampang, Batang, Kendal, Magelang, Klaten, Bantul, dan Sleman. Pengambilan sampel dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2017. Sampel yang diambil berupa swab kloaka selanjutnya dilakukan isolasi dan identifikasi di laboratorium BBVet Wates menggunakan media selektif Mac Conkey Agar dan dikonfirmasi dengan uji Indol Methyl Red Voges-Proskauer dan Citrate (IMVIC). Uji kepekaan menggunakan metode disc diffuse Kirby-Bouer. Isolat E. coli diinokulasi pada Muller-Hinton Agar, disk yang berisi antibiotik didrop pada agar tersebut dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Zona terang yang terbentuk diamati dan diameter diukur menggunakan digital kalipper yang telah dikalibrasi. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar Kirby-bouer. Dari 141 isolat diketahui sebanyak 83% resisten terhadap sulfonamide, 66% resisten enrofloxasin, 53% resisten trimethoprim, 26% resisten polimixin B, 4% resisten colistin, dan 1% resisten kanamisin. Resistensi sulfonamide, enrofloxasin, dan trimethoprim tinggi karena ketiga antibiotik sudah cukup lama digunakan secara luas pada sektor peternakan. Resistensi terhadap sulfonamid dan trimethoprim disebabkan oleh mutasi pada gen pengkode enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme sintesis asam tetrahidrofolat. Penggunaan yang jarang akibat memiliki efek yang buruk terhadap ginjal adalah kemungkinan yang menyebabkan resistensi E. coli trehadap polimixin B, colistin dan kanamisin relativ rendah.
- ItemTemuan Senyawa Toksik dalam Pestisida Pertanian : Studi Kasus Keracunan Ternak di Kabupaten Lamongan Tahun 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum Perwitasari; Widayati, Tri; Wibawa, Hendra; Rachmawati, Maria Avina; Prayitno, Gugus Eka; Direktorat Kesehatan HewanTelah dilakukan investigasi kasus oleh Tim Investigasi Kasus Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates) dan dilakukan pengambilan sampel-sampel berupa tanah, darah, isi rumen, pakan, urin, dan pestisida pertanian. Dugaan kasus keracunan muncul setelah hasil uji bakteriologi menunjukkan negatif Bacillus anthracis dan hasil uji parasitologi menunjukkan negatif berbagai parasit darah. Selanjutnya pengujian diarahkan pada uji yang mendukung dugaan diagnosa keracunan pakan (hijauan) ternak yang terkontaminasi pestisida. Studi ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa kimia berbahaya yang bersifat racun/toksik bagi ternak sehingga menyebabkan kematian. Sampel selanjutnya diuji di Laboratorium Kesmavet BBVet Wates. Sampel diekstraksi menggunakan metode Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, Safe (QuEChERS), kemudian dilanjutkan pembacaan fraksi senyawa menggunakan alat Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS-QP2010). Dari hasil pengujian sampel menunjukkan bahwa ditemukan senyawa protiofos, delta BHC, dan aldrin pada sampel tanah, endosulfan dan karbamat pada sampel isi rumen, serta senyawa terbufos pada darah sapi yang menunjukkan gejala klinis keracunan. Berdasarkan temuan ini dilanjutkan dengan pengujian terhadap 5 (lima) merk pestisida pertanian yang sering digunakan petani di sekitar kasus keracunan ternak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pestisida pertanian terdeteksi senyawa endrin, aldrin, terbufos, endosulfan, dan arsenous acid (arsenic compound). Senyawa-senyawa ini termasuk dalam klasifikasi bahan aktif berbahaya bagi kesehatan manusia/ternak dan telah dilarang peredarannya oleh Kementerian Pertanian melalui Permentan Nomor 39 tahun 2015. Hasil uji laboratorium ini mengkonfirmasi bahwa kematian ternak yang terjadi di Kabupaten Lamongan pada Bulan Januari 2019 adalah akibat keracunan senyawa berbahaya yang bersifat toksik yang terdapat dalam pestisida pertanian yang digunakan oleh petani-peternak. Untuk mencegah kasus ini terulang di masa mendatang perlu kerjasama dan koordinasi instansi yang membidangi pertanian dan peternakan/ kesehatan hewan dengan meningkatkan pengawasan dan peredaran pestisida serta melakukan komunikasi dan edukasi bagi petani-peternak terhadap penggunaan pestisida sesuai dengan dosis dan aturan yang tepat.
- ItemUji Susceptibility Isolat Klinis Mycoplasma Gallysepticum yang Diisolasi dari Ayam Program Bekerja BBVet Wates Tahun 2018 terhadap Antibiotik Tylosin(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Widayati, Tri; Maryono; Subekti, WoroMycoplasma gallisepticum merupakan kelas molliculate yang dimasukkan dalam kelompok bakteri meskipun tidak memiliki dinding sel sebagaimana ciri khas bakteri. Mikroorganisme ini bersifat pathogen penyebab Cronic Respiratory Disease (CRD) pada unggas dan menimbulkan kerugian cukup tinggi, tylosin merupakan antibiotik golongan makrolide yang banyak digunakan untuk mengatasi Mycoplasmosis pada unggas. Penggunaan antibiotik dalam waktu yang lama dengan dosis yang tidak tepat menigkatkan potensi terjadinya resistensi sehingga penggunaannya tidak efektif . Untuk mengukur efektifi tas antibiotik dilakukan uji susceptibility dengan mengukur minimum inhibitory concentration (MIC). Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui MIC antibiotik tylosin terhadap isolate Mycoplasma gallisepticum penyebab CRD pada ayam Joper program BEKERJA BBVet Wates 2018. Uji susceptibility menggunakan metode microbroth dilution. Media yang digunakan adalah mycoplasma broth dan mycoplasma agar ditambah suplemen serta indikator warna. Isolat Mycoplasma gallisepticum diisolasi dari swab nasoparing ayam petelur jenis Jawasuper (Joper) yang disebar pada RTM di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga dalam rangka program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera. Sampel diambil dari ayam yang menunjukkan gejala klinis sindrom pernafasan. Dari 250 sampel swab nasopharyng diperoleh 74 isolat Mycoplasma sp. Selanjutnya dipilih 11 isolat Mycoplasma gallisepticum yang memfermentasi glukosa untuk dilakukan diuji susceptibility terhadap antibiotik tylosin. Hasil uji susceptibility yang diperoleh menunjukkan MIC sebesar 0.125 μg/mL, s.d 0.25 μg/mL. Menurut penelitian sebelumnya Mycoplasma gallisepticum dikatakan resisten terhadap tylosin apabila MIC sama atau lebih besar dari 2.5 μg/mL Sehingga disimpulkan bahwa 11 isolat Mycoplasma gallisepticum yang di uji Antimikrobial Susceptibility masih peka terhadap antibiotik tylosin.