Browsing by Author "Wahida"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Notifikasi Dalam Kerangka Modalitas Perjanjian Pertanian WTO(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2007) Hutabarat, Budiman; Dermoredjo, Saktyanu K.; Purba, Helena J.; Lokollo, Erna Maria; WahidaBuku “Analisa Notifikasi Dalam Kerangka Modalitas Perjanjian Pertanian WTO” merupakan hasil Laporan Penelitian Terbaik peringkat 1 tahun 2006. Buku ini berisi kajian kritis tentang pokok-pokok perundingan pertanian yang berlangsung dan kemudian mengembangkan analisis skenario arah usulan-usulan perundingan yang ada serta melihat dampaknya terhadap pertanian nasional. Agar mampu menilai dan menjustifikasi jalannya perundingan, jenis keputusan dan kesepakatan yang akan diambil bahkan diusulkan, Indonesia memerlukan adanya pengkajian dan analisis secara komprehensif tentang berbagai isu yang dikemukakan di atas. Selain itu, Indonesia sebagai koordinator Kelompok Negara/G-33 sangat berkepentingan pada terwujudnya modalitas-modalitas agar tujuan pembangunan pertanian di masing-masing anggota sesuai dengan harapan masyarakat.
- ItemAntisipasi Potensi Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Sektor Pertanian Indonesia(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2022-02-03) Sumedi; Dermoredjo, Saktyanu K.; Wahida; Setiyanto, Adi; Mardianto, SudiRusia dan Ukraina memiliki peran strategis dalam perdagangan global. Kedua negara ini memasok gas dan dan minyak bumi terutama bagi UE, pengekspor komoditas pangan utama seperti gandum dan jagung serta bahan baku pupuk berupa potasium. Konflik Rusia-Ukraina berpotensi menjadi bola salju pemburukan ekonomi global. Indonesia sebagai salah satu pelaku pasar pangan global, dipastikan juga akan terdampak, baik secara langsung, terdampak melalui gejolak pasar komoditas global, maupun dampak bola salju akibat krisis energi dan industri pupuk. Perdagangan antara Indonesia dengan Ukraina akan terdampak langsung meskipun tidak terlalu besar. Ekspor Indonesia adalah CPO, karet, kopi, kakao, minyak kelapa, teh, dan tembakau. Komoditas yang diimpor adalah gandum dan phospat sebagai bahan baku pupuk. Dampak tidak langsung terjadi, karena konflik Rusia-Ukraina akan meningkatkan harga komoditas pangan dunia, terutama CPO, gandum, jagung dan kedelai. Peingkatan harga ini perlu diwaspadai dampaknya terhadap ketersediaan minyak goreng, industri tahu dan tempe, serta usaha peternakan rakyat. Kenaikan harga energi akan meningkatkan harga pangan global karena meningkatnya biaya produksi terutama pupuk serta biaya distribusi.
- ItemKebijakan Pengendalian Impor Komoditas Pangan Utama(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2022-09-08) Setiyanto, Adi; Mardianto, Sudi; Gunawan, Endro; Wahida; SumediDitengah situasi global yang dinamis akibat perubahan iklim, pandemi Covid-19 yang belum usai, dan konflik geopolitik yang berdampak terhadap perdagangan global. Isu yang berkaitan dengan impor pangan: penurunan impor jagung yang disubstitusi oleh gandum, terutama untuk pakan ternak sehingga diskusi memunculkan untuk memilah kode HS untuk food dan feed; impor beras terutama beras menir yang dipersepsikan publik dapat dipenuhi dari dalam negeri. Untuk itu, perlu dikaji potensi produksi; penggunaan instrumen tarif untuk meningkatkan daya saing usaha pertanian domestik, khususnya untuk mendorong usaha tani kedelai.
- ItemMencermati Perkembangan Harga Pangan Global dan Domestik Sebagai Antisipasi Menghadapi Ancaman Krisis Pangan(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2022-08-07) Mardianto, Sudi; Sumedi; Wahida; Suryana, AchmadMeskipun harga pangan di pasar global secara umum sudah menunjukkan tren yang menurun, namun tetap lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2020. Durasi tingkat harga pangan yang tinggi yang relatif lama telah mulai berimbas ke dalam negeri. Data BPS menunjukkan inflasi di tingkat produsen secara tahunan (YoY) pada bulan Juli 2022 telah mencapai 11,77%, jauh lebih tinggi dibanding inflasi tingkat konsumen yang hanya 4,94%. Inflasi di tingkat produsen tertinggi terdapat di sektor makanan dan minuman, yaitu industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, serta minyak dan lemak; yakni sebesar 10,16% secara tahunan. Daya tahan Indonesia dalam pengendalian inflasi, saat ini sangat bergantung pada subsidi BBM. Tingginya Harga energi dan pupuk di pasar global yang masih relatif tinggi hingga saat ini, merupakan hal yang paling dikhawatirkan; karena akan menjadi pemicu tetap tingginya harga pangan di pasar global
- ItemMewasdapai Dampak Keluarnya Rusia Dari Kesepakatan Black Sea Grain Initiative Terhadap Ketahanan Pangan Global dan Domestik(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2023-08-05) Mardianto, Sudi; Wahida; Perdana, Resty Puspa; Iffah, Sarah IzzatulKeluarnya Rusia dari kesepakatan “Laut Hitam” diyakini akan memicu kenaikan harga pangan dan pupuk. Potensi kenaikan harga pangan utamanya dipicu oleh gangguan suplai bahan pangan dari Ukraina ke pasar global dan multiplier effect terhadap harga komoditas lain yang ditimbulkan oleh kebijakan “safety first” negara produsen pangan. Situasi suplai pasar global juga dapat terganggu dari potensi penurunan produktivitas, jika harga pupuk kembali melonjak tinggi. Ancaman penurunan produksi pangan akan semakin kompleks apabila dikaitkan dengan fenomena El Nino dan La Nina yang saat ini sedang terjadi di banyak negara. Ancaman kenaikan harga pangan dan pupuk akan kembali memperlambat pemulihan ekonomi di banyak negara; dan apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan potensi permintaan komoditas pangan dan pertanian di pasar global. Untuk mengantisipasi hal tersebut, peningkatan permintaan pasar domestik, baik melalui permintaan langsung (produk segar) maupun bahan baku untuk industri pengolahan, harus menjadi salah satu strategi utama untuk menjaga stabilitas harga pasar pangan domestik.
- ItemMewaspadai Dampak Situasi Pangan Global Terhadap Sektor Pertanian Indonesia(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2022-05-05) Wahida; Sinuraya, Julia F; Yofa, Rangga D; Sumedi; Mardianto, SudiSituasi pangan global saat ini sedang dalam kondisi yang serius. Faktor perubahan iklim pandemi Covid-19, dan konflik Rusia-Ukraina, menyebabkan disrupsi kemampuan produksi dan rantai nilai pangan dunia. Pasokan pangan dunia tergangu karena penurunan produksi, peningkatan biaya, ataupun terkendala distribusi serta kebijakan safety first dari negara eksportir. Respon beberapa negara importir mengamankan kebutuhan dengan meningkatkan impor pangan semakin meningkatkan tekanan di pasar pangan dunia. Kondisi ini tercermin dari indeks harga pangan dunia yang terus meningkat sejak tahun 2020, dan mencapai titik tertinggi sebesar 160.
- ItemSituasi Harga Pangan Global: Saatnya Mewaspadai Efek Berantai Harga Pangan di Pasar Domestik(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2023-10) Mardianto, Sudi; Wahida; Yuliani, Fitria; Iffah, Sarah Izzatul; SumediKebijakan pengendalian atau pelarangan ekspor pangan (terutama beras) berpotensi meningkatkan harga pangan dunia. Kenaikan harga gabah dan beras domestik sudah terdeteksi sejak awal Agustus 2023, dan dalam perkembangannya terus meningkat hingga saat ini, pada sisi lain share pengeluaran untuk konsumsi beras cukup tinggi. Selain beras, harga bahan pangan lainnya juga kecenderungan naik. Hal ini berpotensi mengurangi asupan bahan pangan yang lain, seperti daging dan telur ayam. Untuk mengantisipasi tingginya harga beras dalam jangka waktu lama, pemerintah perlu mendorong peningkatan produksi padi di akhir tahun 2023 dan sepanjang tahun 2024 secara at all cost. Makna at all cost diterjemahkan dengan penyediaan yang memadai terkait beberapa hal sebagai berikut: (a) Benih unggul bersertifikat yang toleran terhadap ancaman kekeringan atau rendaman; (b) Pupuk bersubsidi tersedia untuk melakukan pemupukan sesuai rekomendasi; (c) Kredit modal usaha tani yang mudah dan cepat diakses oleh petani; (d) Penyediaan dan pengendalian air irigasi; (e) Pendampingan penyuluh pertanian lapangan secara intensif; dan (f) Kesiapan Perum Bulog untuk menyerap gabah/beras petani sebagai sumber utama cadangan beras pemerintah. Keberhasilan peningkatan produksi beras domestik pada akhir tahun 2023 dan sepanjang 2024, akan membantu terciptanya stabilitas supply-demand bahan pangan yang lain.
- ItemWaspada Inflasi Pangan Global dan Guliran Dampaknya Terhadap Sektor Pertanian dan Pangan Indonesia(Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2022-10-11) Mardianto, Sudi; Ikhwan, Rizghina; Iffah, Sarah Izzatul; WahidaKonflik Rusia-Ukraina hingga saat ini belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir. Disisi lain ujian terhadap ketahanan pangan global semakin berat, selain dampak perubahan iklim dan pandemi Covid-19, konflik Rusia dan Ukraina memperberat kondisi yang sudah ada. Gangguan supply pangan asal kedua negara tersebut dibarengi dengan terhambatnya supply energi dan bahan baku pupuk telah memicu kenaikan harga pangan di tingkat global. Akibatnya banyak negara produsen melakukan restriksi ekspor guna menyelamatkan kondisii pangan di dalam negeri. Inflasi pangan menjadi tidak terhindari dan terjadi di seluruh belahan dunia. Inflasi pangan diperkirakan akan semakin buruk jika gangguan suplai pangan dan energi tidak dapat segera diatasi. Inisiatif multilateral telah diambil dengan mengajak seluruh negara untuk mengambil langkah cepat dalam menanggulangi krisis pangan. Upaya black sea grain initiative yang dilakukan oleh Turki, masih belum dapat menurunkan harga komoditas pangan secara signifikan.