Browsing by Author "Waas, Edwen Donal"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
- ItemEvaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Perkebunan kakao Rakyat di Pulau Wokam Kabupaten Aru(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Waas, Edwen Donal; Susanto, Andriko Noto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan perkebunan kakao telah dilakukan di puau Wokam, kabupaten Aru pada tahun 2003. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif dengan mencocokkan kualitas lahan yang ditemukan berdasarkan metode survey dengan persyaratan tumbuh kakao. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari total luas lahan pulau Wokam sebesar 139.000 ha, terbagi kedalam kelas cukup sesuai (S2) seluas 30.400 ha (11,87 %), kelas sesuai marginal (S3) seluas 37.200 ha (22,77%), dn tidak sesuai (N) seluas 71.400 ha (51,37%), lahan dengan kelas S2 ini terbagi dalam dua sub-kelas yaitu S2-nr dan S2-nr/rc dengan luas berturut-turut 200.000 ha dn 10.400 ha. Lahan dengan kelas S3 terbagi ke dalam sub-kelas yaitu S3oa/rc, S3-eh dan S3-rc dengan luasan berturut-turut 1.000 ha, 15.100 ha dan 21.100 ha. Factor pembatas pertumbuhan yang umum ditemukan adalah retensi hara, media perakaran dan ketersediaan oksigen
- ItemEvaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Tanaman Kelapa di Daerah Dataran Wae Apu Kabupaten Buru(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan kelapa telah dilakukan di dtaran Wae Apu, kabupaten Buru. Evaluasi kelas kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif yaitu dengan mencocokkan kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh kelapa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 25.400 ha total luas lahan di dataran Wai Apu, seluas 3.149 ha (12,4%) masuk dalam kelas cukup sesuai (S2), 13.031 ha (51,3%) sesuai marginal (S3) dan lahan yang tidak sesuai (N) 9.220 ha (36,3%). Faktor pembatas pertumbuhan yang ditemukan adalah retensi hara, media perakaran, bahaya erosi dan bahaya banjir
- ItemKajian Adaptasi Dan Pengembangan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Rawa Lebak Di Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Pesireron, Marietje; Riry, John; Koesrini; Waas, Edwen Donal; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian dilakukan di Maluku Tengah, seluas 4 ha, menggunakan 6 varietas unggul baru lahan rawa.Rancangan Acak Kelompok, ulangan 4. Takaran pupuk organic 1,5 t/ha dikombinasi dengan pupuk anorganik200 kg/ha NPK PHONSKA + 50 kg/ha Urea. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam (Anova) dandilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %. Analisis kelayakan usahatanimenggunakan B/C dan MBCR. Hasil kajian menunjukkan bahwa varietas Ciherang lebih tinggi (4,0 t/ha) dansangat berbeda nyata dengan varietas unggul baru padi rawa. Analisis usahatani menunjukkan bahwa, rata-rata biaya input petani kooperator dari tiap varietas unggul baru padi rawa maupun varietas Ciherang sebagai pembanding cukup tinggi karena penambahan biaya benih, tenaga kerja, pupuk organic dan pestisida yang digunakan. Biaya input dari masing-masing varietas yang lebih tinggi yaitu varietas Inpara 2 (Rp 12.555.000, ) kemudian diikuti varietas Inpara 1 Rp 12.505.000,- sedangkan Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 7 biaya input sama yaitu Rp 12.230.000; Ciherang Rp 12.317.500,- Pendapatan dipengaruhi oleh peningkatanhasil dan penekanan biaya input yang dikeluarkan. Besar penerimaan dan keuntungan dari ke enam varietas unggul baru sangat rendah bahkan minus dari varietas Ciherang hal ini sangat mempengaruhi nilai R/C ratiodan B/C ratio. Varietas Ciherang merupakan varietas existing nilai R/C ratio >1 sedangkan nilai R/C ratiovarietas unggul baru padi rawa rata-rata <1 berkisar antara 0,1 sampai 0,8 menurut kriteria bahwa jika R/Cratio <1 maka secara finansial tidak layak.
- ItemKajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Sawah pada Lahan Irigasi di Seram Utara, Maluku Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sirappa, Marthen P; Waas, Edwen Donal; Tolla, Yacob; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian perbaikan teknologi budidaya padi sawah telah dilaksanakan di Seram Utara, kabupaten Maluku Tengah. Tujuan dari kajian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh perbaikan teknologi budidaya padi sawah terhadap hasil dan pendapatan petani. Pengkajian dilakukan di lahan petani yang berlangsung dari bulan Juni sampai September 2006 pada areal seluas 2 ha. Perlakuan yang dikaji adalah teknologi petani (pembanding), teknologi petani diperbaiki, dan teknologi introduksi dengan menerapkan model PTT. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi introduksi memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan atas biaya tunai yang lebih besar dibanding kedua teknologi lainnya, yaitu masing-masing sebesar 8,21 t GKP/ha, Rp 12.315.000/ha, dan Rp 6.730.625/ha (teknologi introduksi), 7,35 t GKP/ha, Rp. 11.025.000/ha, dan Rp. 5.977.875/ha (teknologi petani diperbaiki), dan 5,30 t GKP/ha, Rp. 7.950.000/ha, dan Rp. 3.189.000/ha (teknologi petani). Ketiga teknologi yang dikaji secara finansial layak karena memberikan nilai R/C rasio di atas 1, namun teknologi introduksi dan teknologi petani diperbaiki mempunyai R/C rasio atas biaya tunai > 2,0 sehingga lebih berpeluang. Penggantian beberapa komponen teknologi petani sangat perlu untuk meningkatkan hasil dan penerimaan serta keuntungan petani, yang ditunjukkan oleh nilai MBCR yang tinggi dari penerapan teknologi petani diperbaiki dan teknologi introduksi. Teknologi petani diperbaiki dapat diterapkan di lokasi kajian karena lebih efisien yang ditunjukkan oleh nilai MBCR, namun jika petani memiliki modal usahatani yang cukup, teknologi introduksi dapat diterapkan
- ItemKesesuaian Lahan untuk Pengembangan Kacang Tanah di Pulau Wokam Kabupaten Kepulauan Aru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTujuan penelitian ini adalah menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas kacang tanah pada lahan kering di Pulau Wokam, Kabupaten Kepulauan Aru. Penilaian kelas kesesuian lahan dilakukan secara kualitatif yaitu dengan mencocokan kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 139.000 ha total luas lahan di Pulau Wokam, lahan seluas 30.400 ha (21,87 %) masuk dalam kelas cukup sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) seluas 45.200 (21,01) dan lahan yang tidak sesuai (N) 63.400 ha (43,55 %). Faktor pembatas pertumbuhan yang ditemukan adalah kondisi perakaran, retensi hara dan bahaya erosi.
- ItemKesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cengkeh (Eugenia Aromatica L.) Di Pulau Seram, Pulau-Pulau Lease Dan Ambon(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuLuas lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian tanaman cengkeh mencapai 767,483.84 ha atau 40.53 % dari total luas wilayah 1,893,841 ha untuk Pulau Seram dan Pulau-pulau lease ( Kabupaten Maluku Tenggah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kota Ambon). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman cengkeh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk cengkeh terbagi menjadi empat yaitu kelas sesuai (S1) 9,033.45 ha (0.48 %), cukup sesuai (S2) 530,648.28 ha (28.02 %), sesuai marginal (S3) 227,802.11 ha (12.30 %) dan 1,126,357.15 ha (59.48 %) termasuk kelas tidak sesuai (N2). Faktor pembatas utama pengembangan tanaman cengkeh adalah lereng curam sampai sangat curam, tanah dangkal, drainase terhambat, retensi hara dan bahaya banjir pada jalur aliran sungai.
- ItemKesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kakao Di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Maluku Tengah. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif dengan mencocokkan kualitas lahan yang ditemukan berdasarkan metode survai dengan persyaratan tumbuh kakao. Hasil penilaian menunjukan bahwa dari total luas lahan Kabupaten Maluku Tengah sebesar 868.772 ha, terbagi ke dalam kelas sesuai (S1) seluas 61.107 ha (7.03%), cukup sesuai (S2) seluas 87,027 ha (10,02%), dan lahan sesuai marjinal (S3) seluas 276.403 ha (31,82%), dan tidak sesuai (N) seluas 444.236 ha (51,13%). Dengan Faktor pembatas untuk kelas (S2) berupa bahaya erosi (eh), bahaya banjir (fh), keter sediaan oksigen (oa), dan media perakaran (rc); dan faktor pembatas (S3) berupa bahaya erosi (eh), bahaya banjir (fh), ketersediaan oksigen (oa), retensi hara (nr), dan media perakaran (rc).
- ItemPengaruh Cekaman Abiotik Dan Upaya Pengelolannya Pada Tanaman Padi Sawah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Muhammad, Abid; Waas, Edwen Donal; Muh, Afif Juradi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPermasalahan yang utama yang dihadapi dalam pengembangan bidang pert anian, saat ini adalah beragamnya cekaman abiotik yang dapat menyebabkan rendahnya produktivitas pada tanaman. Kendala utama tanah masam bagi pertumbuhan tanaman adalah (1) tingginya konsentrasi H, Al, dan Mn yang dapat meracuni; (2) rendahnya konsentrasi Ca, Mg, K, P, dan Mo, dan (3) terhambatnya pertumbuhan akar dan penyerapan air karena defisiensi hara dan cekaman kekeringan. Beberapa kendala yang terjadi pada tanah masam adalah keracunan aluminium (Al) yang paling bermasalah pada tanah-tanah masam. Upaya peningkatan berupa perluasan areal maupun peningkatan produktivitas akan menghadapi besar dan beragamnya cekaman abiotik lahan-lahan pertanian yang bahkan dapat menggagalkan panen. Kendala abiotik utama adalah kekeringan, yang diduga akan semakin parah karena besarnya kebutuhan air dari sektor non pangan dan menurunnya daya tanah menahan air, serta menurunnya kualitas lingkungan. Cekaman abiotik lainnya seperti keracunan Fe, Mn, kahat hara N,P, K, salinitas maupun suhu rendah juga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Penanggulangan cekaman abiotik yang perlu dilakukan, penambahan bahan organik, pembenah tanah untuk meningkatkan daya mengikat air, pemberian kapur, penggunaan varietas yang toleran yang tanggap terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim
- ItemPengaruh Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani (Study kasus di desa Waspait, Kecamatan Airbuaya Kab. Buru, Provinsi Maluku)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Masauna, E D; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKegiatan study kasus pengaruh serangan hama penggerek buak kakao (PBK) terhadap produksi dan pendapatan petani telah dilakukan di Desa Waspait, Kecamatan Airbuaya , Kabupaten Buru, Provinsi Maluku berlangsung November hingga Desember 2005 dengan menggunakan metode Rapid Rural Appraisal (PRA) dan observasi langsung di kebun kakao masyarakat setempat. Sepuluh orang petani dengan total luas lahan 10 ha, dipilih sebagai sampel guna memperoleh data primer. Data sekunder diperoleh dari kantor Kecamatan, Dinas Perkebunan Kabupaten Buru dan PPK setempat. Hasil penelitian menunjukan bahwa serangan hama PBK dapat menurunkan produksi dan pendapatan petani. Pada serangan hama PBK 96 % dengan intensitas serangan 66.7 %, petani kehilangan hasil sebesar 533.328 kg biji kering (97.08 %) dengan pendapatan sebesar Rp. 3 006 624./ ha /tahun. Apabila tanpa serangan produksi dapat mencapai 1058.08 kg dengan pendapatan sebesar Rp. 6 333 224.-/ha/tahun. Produksi dan pendapatan petani masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan sistem usahatani dan penerapan pengendalian hama PBK sesuai teknologi anjuran.
- ItemPewilayahan Sistem Usahatani (Forming System Zone) pada Dataran Wai Apu di P. Buru. Prov. Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan pewilayahan system usahatani beserta alternatif pengelolaan lahan untuk mengatasi factor pembatas pertumbuhan pada tanah-tanah pertanian di dataran Wai Apu, Pulau Buru telah dilakukan pada area seluas 25.400 ha. Evaluasi lahan dilakukan pada setiap satuan peta tanah (SPT yang didelineasi berdasarkan pendekatan landscape mapping. Sedangkan arahan penggunaan lahan didasarkan pada pertimbangan teknis, ekonomi dan kelas kesesuaian lahan yang paling baik untuk suatu jenis komoditas atau kelompok komoditas pada setiap SPT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di dataran Wai Apu diarahkan untuk pertanian lahan bawah (padi sawah) seluas 16.033 ha (63%), usahatani padi sawah dan sayuran (cabe, tomat dan kacang panjang seluas 1.168 ha (63%), usahatani lahan kering (padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas 533 ha (2,1%), perkebunan kelapa seluas 2.210 ha(8,7%) dan hutan konservasi seluas 6.654 ha (26,2%). Factor pembatas pertumbuhan yang ditemukan adalah retensi hara, ketesediaan oksigen, media perakaran, bahaya sulfidik, bahaya banjir dan erosi. Pengelolaan lahan dapat dilakukan dengan pengapuran pemberian pupuk organik/anorganik pembuatan talid pengendali banjir, membuat saluran drainase dan melakukan system pengolahan tanah konservasi
- ItemPotensi dan Arahan Penggunaan Lahan untuk Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering di Pulau Selaru. MTB(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini dilakukan di pulau Selaru, kabupaten Maluku Tenggara Barat pada tahun anggaran 2004. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi lahan dalam kaitannya dengan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lahan pulau Selaru Maluku Tenggara Barat untuk pengembangan pertanian tanaman pangan lahan kering adalah padi gogo 28.312 ha, jagung 19.330 ha, kacang tanah 19.330 ha, kacang ijo 19.330 ha, ubi jalar 19.330 ha, yams dan cococyams (uwi/kumbili dan keladi/talas) 28.312 ha dengan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Faktor pembatas utama penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering antara lain temperature (suhu rata-rata tahunan) tinggi, media perakaran (drainase tanah sedang, solum tanah dangkal, tekstur agak berat), retensi hara (pH tanah agak alkalis sampai alkalis), tingkat bahaya erosi rendah sampai sedang, dan terrain (berombak batuan pada permukaan tanah dan singkapan batuan). Arahan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering di pulau Selaru, MTB adalah : (1) palawija dan umbi-umbian dengan komoditas utama jagung, kacang hijau, dan uwi/kumbili dan keladi seluas 5.299 ha, (2) padi gogo dan umbi-umbian dengan komoditas utama padi gogo dan uwi/kumbili dan keladi seluas 8.982 ha, dan (3) palawja dengan komoditas utama kacang tanah dan kacang hijau seluas 14.031 ha. Dalam pengelolaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering perlu memperhatikan fungsi kelestarian sumberdaya lahan agar tetap lestari dan berkelanjutan
- ItemPotensi Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah di Lahan Kering Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Waas, Edwen Donal; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas kacang tanah, telah dilakukan pada lahan kering pulau Selau, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Penelitian kelas kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif yaitu dengan mencocokkan kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32.217 ha total luas lahan di pulau Selaru, 19.330 ha (60,04 %) diantara masuk dalam kelas cukup sesuai (S2), dan 12.887 ha (39,96%) termasuk tidak sesuai (N). faktor pembatas pertumbuhan yang ditemukan adalah retensi hara, media perakaran, bahaya eosi dan bahaya banjir
- ItemPotensi Lahan untuk Tanaman Padi Gogo di Lahan Kering Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Susanto, Andriko Noto; Waas, Edwen Donal; Sirappa, Marthen P; Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian bertujuan menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas Padi Gogo di lahan kering Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Penelitian kelas kesesuan lahan dilakukan secara kualitatif yaitu mencocokan kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh Padi Gogo. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari total luas lahan 32.217 ha di Pulau Selaru, termasuk dalam kelas cukup sesuai (S2) seluas 8.982 ha (27,88 %), lahan sesuai marginal (S3) 19.330 ha (60,0 %), dan lahan yang tidak sesuai (N) 3.905 ha (12,12 %). Faktor pembatas pertumbuhan adalah retensi hara, media perakaran, bahaya erosi, dan bahaya banjir.