Browsing by Author "Tukimin S.W."
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemINTENSITAS KERUSAKAN AKSESI WIJEN (Sesamum indicum L.) TERHADAP HAMA TUNGAU Polyphagotarsonemus latus (BANKS)(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) Tukimin S.W.; Suprijono; Rusim-Mardjono; A. Muhammad Amir; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenelitian intensitas kerusakan aksesi wijen terhadap hama tungau Polyphagotarsonemus latus (Banks) dilak-sanakan di Kebun Percobaan Sumberrejo, Bojonegoro mulai April–Agustus 2005. Tujuan penelitian untuk mengetahui intensitas kerusakan pada aksesi wijen terhadap hama keriting daun P. latus. Aksesi wijen yang diuji adalah: SI 1, SI 2, SI 3, SI 4, SI 5, SI 6, SI 7, SI 8, SI 9, SI 10, SI 11, SI 12, SI 13, SI 14, SI 15, SI 16, SI 17, SI 18, SI 19, SI 20, SI 21, SI 24, SI 25, SI 28, Sbr 1 (pembanding). Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan mulai 25 hari setelah tanam (HST) sampai 75 HST. Variabel pengamatan meliputi: intensitas kerusakan yang diamati sepertiga bagian atas tanaman dan populasi telur, larva, nimfa, dan imago. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi-aksesi wijen yang tergolong tahan sampai 45 HST ada 7 aksesi yaitu: SI 3, SI 13, SI 17, SI 18, SI 20, SI 24, SI 28, dan mempunyai ketahanan sama dengan varietas pembanding yaitu Sbr 1. Aksesi-aksesi tersebut pada pengamatan 75 HST tidak ada yang tergolong tahan, dan hanya menunjukkan agak tahan. Empat aksesi yang agak tahan adalah SI 3, SI 17, SI 20, dan SI 28. Aksesi-aksesi tersebut mempunyai tingkat ketahanan yang sama dengan Sbr 1 (agak tahan).
- ItemTEKNOLOGI BUDI DAYA DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU WIJEN (Sesamum indicum L.)(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) MARDJONO, Rusim; Hadi Sudarmo; Moch. Romli; Tukimin S.W.; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratTanaman wijen (Sesamum indicum L.) mempunyai beberapa keunggulan antara lain tahan kering, mutu biji umumnya tetap baik walau ditanam pada tanah kurus, mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi, dan dapat ditanam baik monokultur maupun tumpang sari. Tanaman wijen pada akhir-akhir ini banyak dikembangkan di lahan sawah sesudah padi pada musim kemarau di samping di lahan kering pada musim penghujan. Oleh karena itu peluang pe-ngembangan wijen ini sangat besar, baik di lahan kering yang sangat luas mencapai 49,3 juta ha maupun di lahan sawah sesudah padi. Pengembangan wijen akan berhasil dengan baik apabila menggunakan varietas unggul, waktu tanam, ja-rak tanam, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit yang tepat, serta panen dan pascapanen yang sesuai
- ItemTOKSISITAS MINYAK TIGA AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP Helicoverpa armigera HUBNER(Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2009) Tukimin S.W.; Deciyanto S.; Soebandi; Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan SeratPenelitian toksisitas minyak tiga aksesi jarak pagar (HS-87, SP-8, dan Jatim A-41 telah dilaksanakan terhadap larva Helicoverpa armigera Hubner pada instar dua dengan menggunakan alat spray chamber. Penelitian yang dilak-sanakan di Laboratorium Entomologi Balittas pada bulan Mei–Juni 2008, untuk mengetahui LC50 dan LC90, serta kait-annya dengan kandungan kimia forbol ester pada setiap aksesi yang bersifat toksik terhadap serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak jarak pagar yang berasal dari aksesi SP-8 memiliki toksisitas lebih tinggi dibandingkan de-ngan Jatim A-41 dan HS-87. Hasil analisa LC50 (48 jam) setelah penyemprotan menunjukkan bahwa toksisitas tiga ak-sesi tersebut berbeda dengan urutan dari tinggi ke rendah adalah SP-8 (19,01 ml/l air), Jatim A-41 (31,84 ml/l air), dan HS-87 (39,64 ml/l air). LC90 adalah SP-8 (62,30 ml/l air), Jatim A-41 (75,64 ml/l air), dan HS-87 (91,07 ml/l air). Na-mun demikian kandungan forbol ester setiap aksesi belum dapat dijadikan dasar bahwa aksesi tersebut bersifat toksik karena ada beberapa kandungan kimia yang juga berpengaruh antara lain: kursin dan trigliserida yang tidak dianalisa pada penelitian ini.