Browsing by Author "Trisnaningsih"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- Item29. Reaksi Ketahanan Galur-galur Padi Fungsional Terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae Kelompok IV dan VIII(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Nasution, Anggiani; Trisnaningsih; Abdullah, Buang; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPengujian ketahanan dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Muara Bogor. Galur fungsional yang diuji sebanyak 61 galur berasal dari UDHP, UDHL dan UML,galur-galur tersebut berasal dari Kelti Pemuliaan BB Padi. Tujuan penelitian ini adalah menguji ketahanan galur-galur padi fungsional yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri kelompok IV dan VIII. Dari 61 galur diuji ketahanannya ternyata hasilnya bervariasi ada yang menunjukan reaksi tahan (T) sampai sangat rentan (SR) pada pengamatan I, tapi pada pengamatan II galur yang semula bereaksi tahan bisa menjadi agak rentan (AR ) sampai rentan (R).Hasil Pengujian terhadap kelompok IV pada pengamatan II ada 8 galur bereaksi tahan (T), Sedang terhadap kelompok VIII pada pengamatan II ada 10 galur bereaksi tahan (T) dan yang bereaksi tahan terhadap kelompok IV dan VIII ada 7 galur yaitu galur B13025B-RS*1-6-9-PN-14-3-2, B13257B-RS*1-5-MR-8-11-8, B13257B-RS*1-5-MR-9-6-1, B13257B-RS*1-5-MR-9-7-2, B13257B-RS*1-6- MR-8-1-1, B13257B-RS*1-6-MR-8-2-1, dan galur B13017B-RS*1-2-5-PN-1-4-1
- ItemGalur-Galur Padi Hibrida Yang Memiliki Ketahanan Terhadap Ras Blas(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Nasution, Angiani; Santoso; Kartina, Nita; Satoto; Trisnaningsih; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Padi hibrida mempunyai potensi hasil tinggi dibandingkan dengan varietas inbrida. Selain faktor genetis, keragaman dan ketidakstabilan hasil padi hibrida juga sangat terkait dengan kesesuaian agroklimat, agronomis, gangguan hama dan penyakit, oleh karena itu kendala utama yang aktual saat ini ada di lapangan saat ini adalah beberapa varietas padi hibrida yang sekarang ada yang bersifat rentan terhadap beberapa hama penyakit utama Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi ketahanan galur–galur padi hibrida terhadap penyakit blas daun dengan ketahanan beragam. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah kaca KP Muara Bogor MT 2015. Materi genetik yang diuji sebanyak 117 galur hibrida 3 varietas lokal asal dan 1 kontrol rentan varietas Kencana Bali. Ras cendawan P. grisea yang digunakan adalah ras, 033, 073, 133, dan 173. Hasil pengamatan dari 121 aksesi yang diuji terhadap 4 ras blas ternyata ketahannya bervariasi antar galur dan varietas dimana ada 42 galur yang mempunyai ketahanan terhadap 1 ras dan 5 galur yang mempunyai ketahanan terhadap 2 ras blas yaitu galur CRS832/BHS-1001, CRS891/BHS-1083, GMJ12/CRS860, GMJ12/CRS882, dan galur GMJ13/CRS664 sisanya bereaksi agak tahan dan rentan .
- ItemHama Dan Musuh Alami Tanaman Padi Hasil Tangkapan Berbagai Alat Perangkap(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Trisnaningsih; Kurniawati, NiaPertanaman padi sawah sering diserang oleh berbagai hama seperti wereng coklat dan penggerek batang padi. Untuk mengetahui poulasi hama sejak dini, perlu dilakukan pengamatan secara terus menerus di lapangan. Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian mengenai hama dan musuh alami tanaman padi hasil tangkapan berbagai alat perangkap. Penelitian dilakukan di KP. Sukamandi pada MT-1 dan MT-2 tahun 2011. Areal pertanaman padi yang digunakan untuk penelitian di kedua lokasi tersebut adalah seluas 0,25 ha. Pengamatan populasi hama dan musuh alami dilakukan dengan berbagai jenis alat perangkap yaitu perangkap rekat, perangkap bak kuning, dan lampu perangkap. Serangga hasil tangkapan selanjutnya di identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkap bak kuning lebih banyak menangkap serangga hama dan musuh alami yaitu sebanyak 16 jenis pada MT 1 (Musim Kemarau) dan 13 jenis pada MT 2 (Musim Hujan), dibandingkan dengan perangkap rekat yaitu 13 jenis pada MT1 dan 12 jenis pada MT 2. Untuk hasil tangkapan serangga hama dan musuh alami dengan lampu perangkap selama penelitian sangat berfluktuatif.
- ItemKarakterisasi Virulensi dan Molekuler Wereng Batang Coklat (Nilaparvata Lugens [Stål])(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Chaerani; Yuriyah, Siti; Dadang, Ahmad; Damayanti, Diani; Kusumanegara, Kusumawaty; Trisnaningsih; Bahagiawati; Sutrisno; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiWereng batang coklat (WBC) mudah beradaptasi pada varietas padi yang mengandung gen ketahanan tunggal terhadap WBC. Ketersediaan marka molekuler yang dapat menentukan virulensi WBC yang berkembang di lapang akan berguna untuk perancangan strategi pelepasan varietas tahan. Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaan virulensi dan genetik populasi WBC lapang dan biotipe WBC untuk mengidentifi kasi marka molekuler yang berasosiasi dengan virulensi WBC. Sepuluh populasi WBC asal Provinsi Banten (T2), Jawa Barat (S1), Kalimantan Selatan (B1-B4), dan Sulawesi Selatan (X1, X3-X5); serta terduga ‘biotipe 1’ dan ‘biotipe 2’ diuji virulensinya pada empat varietas diferensial mengandung gen ketahanan yang berbeda terhadap WBC (TN-1 [tanpa gen ketahanan], Mudgo [Bph1], ASD7 [bph2], dan Rathu Heenathi [Bph3]). Hasil pengujian menunjukkan bahwa virulensi B1-B4, X1, dan X3 sudah melebihi biotipe 4; virulensi X4 menyamai biotipe 4; virulensi T2 dan X5 seperti biotipe 3; sedangkan virulensi S1 paling rendah, yakni seperti biotipe 2. Virulensi WBC yang selama ini dipelihara sebagai ‘biotipe 1’ dan ‘biotipe 2’ ternyata telah bergeser, berturut-turut menjadi biotipe 4 dan lebih virulen daripada biotipe 4. Karakterisasi WBC menggunakan 38 primer expressed sequence tag-simple sequence repeat (EST-SSR) polimorfi k terhadap 5 ekor per populasi mendapatkan rata-rata keragaan alelik yang moderat pada koleksi WBC dengan jumlah alel 30 dan nilai polymorphic information content (PIC) sebesar 0,47. Jumlah alel SSR dan nilai PIC yang terdeteksi pada S1 nyata paling rendah (berturut-turut 18 dan 0,38) dibandingkan dengan yang terdeteksi pada populasi lainnya yang lebih virulen (berturut-turut 21–40 dan 0,42–0,52). Plot principal coordinate analysis (PCoA) tidak memperlihatkan adanya korespondensi antara genotipe SSR dengan fenotipe virulensi WBC, sehingga marka molekular yang dapat menentukan virulensi WBC belum diperoleh. Evaluasi marka EST-SSR dan jumlah individu WBC yang lebih banyak serta tersedianya WBC biotipe 1 murni diharapkan dapat meningkatkan peluang ditemukannya marka yang berasosiasi dengan virulensi WBC.
- ItemPopulasi Hama Dan Predator Pada Berbagai Sistem Tanam Padi Model Hazton, Sri Dan PTT Di Muara, Bogor Pest And Predator Population On Rice Planting Systems Of Hazton , Sri And ICM At Muara, Bogor(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Trisnaningsih; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Dalam upaya meningkatkan produksi padi berbagai teknik budidaya padi telah dikembangkan secara meluas oleh petani antara lain teknologi PTT, SRI maupun Haston. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui populasi hama dan predator pada berbagai model pola tanam Hazton, SRI, dan PTT. Penelitian populasi hama dan predator pada berbagai system tanam padi model Hazton, model SRI dan PTT dilakukan di KP. Muara, Bogor pada MT - 1 2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan meliputi M1: Model Hazton murni; M2 Model Hazton modifikasi takaran pupuk; M3: Model Hazton modifikasi umur tanaman; M4: Model SRI; M5: Model SRI + 50% NPK; M6: Model PTT; M7: Model PTT + pupuk hayati + 100 % NPK; M8: model PTT + pupuk hayati + 75% NPK: M9: Model PTT dikombinasikan dengan model Hazton. Pada pengamatan dilakukan secara diagonal pada 20 rumpun sample dilakukan dengan menghitung populasi hama dan predator yang dijumpai setiap satu minggu sekali pada padi berumur 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, 77, 84 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang dijumpai adalah wereng coklat, penggerek batang padi kuning dan lembing batu. Predator yang dijumpai Paederus fuscipes, Ophionea nigrofasciata, Coccinella sp, Cyrtorhinus lividipennis dan laba-laba.Populasi wereng coklat mencapai puncaknya pada pengamatan minggu ke 3 dan tertinggi pada perlakuan M3 (model hazton modifikasi umur bibit) dengan rata-rata 34,33 ekor per 20 rumpun. Populasi penggerek batang padi kuning tertinggi pada pengamatan minggu ke 1 pada perlakuan M1 (model hazton murni) dengan rata-rata 6 ekor per 20 rumpun. Populasi lembing batu tertinggi pada pengamatan minggu ke-5 pada perlakuan M7 (model PTT modifikasi 1) dengan rata-rata 32,66 per 20 rumpun . Predator laba-laba tertinggi pada pengamatan minggu ke-4 pada perlakuan M4 (model SRI) dengan rata-rata 46 ekor per 20 rumpun. Predator Cyrtorhinus tertinggi pada pengamatan minggu ke 3 pada perlakuan M2 (model hazton modifikasi pemupukan) dengan rata-rata 50 ekor per 20 rumpun.