Browsing by Author "Thamrin, Tumarlan"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemKELAYAKAN BERBAGAI POLA TANAM BERBASIS PADI DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN KABUPATEN OKI, SUMATERA SELATAN(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Thamrin, Tumarlan; Hutapea, Yanter; Ratmini, Putu Sri; BPTP JambiLahan tadah hujan sebagai lahan sub optimal adalah salah satu potensi untuk pengembangan komoditas pertanian. Di Sumatera Selatan baru sebagian kecil lahan ini yang dimanfaatkan lebih dari satu kali dalam satu tahun. Upaya untuk meningkatkan lahan sawah tadah hujan dengan menerapkan indeks pertanaman 200 dalam satu kajian dilakukan di Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten OKI tahun 2012/2013. Lokasi pengkajian seluas 4 ha dengan melibatkan delapan kooperator. Pola tanam yang diterapkan adalah padi-padi; kacang tanah-padi; kacang hijau-padi dan jagung manis-padi. Sebagai pembandingnya adalah cara petani setempat yaitu penanaman padi satu kali dalam satu tahun. Hasil kajian menunjukkan bahwa penanaman tanaman pangan dua kali dalam satu tahun layak dilakukan di lahan sawah tadah hujan. Pola tanam jagung manis-padi relative lebih layak dibanding pola lain dengan tingkat efisiensi (R/C) sebesar 2,32; tingkat produktivitas modal 132,62% dan produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 197.285/HOK. Pola jagung manis-padi ini dengan pembanding pola petani, memberikan nilai tambah tertinggi yang besarnya Rp 16.173.000/ha. Kata kunci: Sawah tadah hujan, pola tanam, padi
- ItemKELAYAKAN BERBAGAI POLA TANAM BERBASIS PADI DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN KABUPATEN OKI, SUMATERA SELATAN(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Thamrin, Tumarlan; Hutapea, Yanter; Ratmini, Putu Sri; BPTP JambiLahan tadah hujan sebagai lahan sub optimal adalah salah satu potensi untuk pengembangan komoditas pertanian. Di Sumatera Selatan baru sebagian kecil lahan ini yang dimanfaatkan lebih dari satu kali dalam satu tahun. Upaya untuk meningkatkan lahan sawah tadah hujan dengan menerapkan indeks pertanaman 200 dalam satu kajian dilakukan di Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten OKI tahun 2012/2013. Lokasi pengkajian seluas 4 ha dengan melibatkan delapan kooperator. Pola tanam yang diterapkan adalah padi-padi; kacang tanah-padi; kacang hijau-padi dan jagung manis-padi. Sebagai pembandingnya adalah cara petani setempat yaitu penanaman padi satu kali dalam satu tahun. Hasil kajian menunjukkan bahwa penanaman tanaman pangan dua kali dalam satu tahun layak dilakukan di lahan sawah tadah hujan. Pola tanam jagung manis-padi relative lebih layak dibanding pola lain dengan tingkat efisiensi (R/C) sebesar 2,32; tingkat produktivitas modal 132,62% dan produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 197.285/HOK. Pola jagung manis-padi ini dengan pembanding pola petani, memberikan nilai tambah tertinggi yang besarnya Rp 16.173.000/ha. Kata kunci: Sawah tadah hujan, pola tanam, padi
- ItemPenggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, 2011) Thamrin, Tumarlan; Marpaung, Imelda S.; Arief, Triyandar; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera SelatanPadi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi (sustainable production system), kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi. Kebutuhan dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu: (a) ketersediaan hara dalam tanah, termasuk pasokan melalui air irigasi dan sumber lainnya, dan (b) kebutuhan hara tanaman. Oleh sebab itu, rekomendasi pemupukan harus bersifat spesifik lokasi dan spesifik varietas. Cara dan metode yang dapat digunakan dalam menentukan rekomendasi pemupukan N, P, dan K. Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional dan nasional seperti International Rice Research Institute (IRRI), Lembaga Pupuk Indonesia, dan produsen pupuk telah menghasilkan dan mengembangkan beberapa metode dan alat bantu dalam upaya peningkatan efisiensi pemupukan N, P, dan K untuk tanaman padi sawah, antara lain Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
- ItemPERAN DAN KINERJA KELEMBAGAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN “BAKTI KARYA PETANI” DI KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI TELANG(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-03-31) Hutapea, Yanter; Thamrin, Tumarlan; Marpaung, Imelda S; BPTP JambiKeberadaan lembaga Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) menjadi demikian penting untuk mendukung pengembangan pertanian, khususnya untuk mencapai swasembada pangan. Keterbatasan kemampuan petani untuk memiliki alsintan membuka peluang berkembangnya penyewaan alsintan. Kepemilikan alsintan secara perorangan pada usahatani kecil tidak akan memberikan keuntungan, bahkan akan menimbulkan kerugian pada pemilknya. Lembaga UPJA Bakti Karya Petani yang dibentuk pada bulan Agustus 2012 merupakan upaya yang semakin dilirik petani untuk mengefisiensikan usahanya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dan peran kelembagaan alsin di Kawasan Kota Terpadu Mandiri Telang. Dilakukan pada bulan Pebruari tahun 2016 dengan fokus kajian pada UPJA Bakti Karya Petani yang beroperasi di wilayah pasang surut. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kondisi saat awal keberadaannya dan saat kajian. Hasil kajian menunjukkan bahwa kemampuan kelompok UPJA ini mengalami peningkatan jika dilihat dari: 1. Aspek organisasi (adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga UPJA), 2. Aspek teknis ( peningkatan jenis pengelolaan alsin dari delapan menjadi sebelas jenis, 3. Aspek Ekonomi (penghasilan dari operasional alsin tahun 1 Rp 18.610.000, tahun 2 Rp 37.690.000 dan tahun ke 3 Rp 75.380.000) dan 4. Aspek Penunjang (bersinergi dengan koperasi simpan pinjam). Berkembangnya kemampuan UPJA ini menunjukkan semakin optimalnya pengelolaan alsintan kearah pertanian yang modern dan berkelanjutan. Dengan adanya UPJA ini dampak yang dirasakan di wilayah KTM Telang adalah: pengolahan lahan menjadi lebih cepat 15 hari, meningkatnya penerapan pola padi-jagung dari 5% menjadi 88% petani, kehilangan hasil panen padi berkurang 5-6%, penghematan biaya panen Rp 1.000.000/ha dan curahan kerja berkurang 32 HOK disertai penggunaan combine harvester.
- ItemPERAN DAN KINERJA KELEMBAGAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN “BAKTI KARYA PETANI” DI KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI TELANG(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Hutapea, Yanter; Thamrin, Tumarlan; Marpaung, Imelda S; BPTP JambiKeberadaan lembaga Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) menjadi demikian penting untuk mendukung pengembangan pertanian, khususnya untuk mencapai swasembada pangan. Keterbatasan kemampuan petani untuk memiliki alsintan membuka peluang berkembangnya penyewaan alsintan. Kepemilikan alsintan secara perorangan pada usahatani kecil tidak akan memberikan keuntungan, bahkan akan menimbulkan kerugian pada pemilknya. Lembaga UPJA Bakti Karya Petani yang dibentuk pada bulan Agustus 2012 merupakan upaya yang semakin dilirik petani untuk mengefisiensikan usahanya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dan peran kelembagaan alsin di Kawasan Kota Terpadu Mandiri Telang. Dilakukan pada bulan Pebruari tahun 2016 dengan fokus kajian pada UPJA Bakti Karya Petani yang beroperasi di wilayah pasang surut. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kondisi saat awal keberadaannya dan saat kajian. Hasil kajian menunjukkan bahwa kemampuan kelompok UPJA ini mengalami peningkatan jika dilihat dari: 1. Aspek organisasi (adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga UPJA), 2. Aspek teknis ( peningkatan jenis pengelolaan alsin dari delapan menjadi sebelas jenis, 3. Aspek Ekonomi (penghasilan dari operasional alsin tahun 1 Rp 18.610.000, tahun 2 Rp 37.690.000 dan tahun ke 3 Rp 75.380.000) dan 4. Aspek Penunjang (bersinergi dengan koperasi simpan pinjam). Berkembangnya kemampuan UPJA ini menunjukkan semakin optimalnya pengelolaan alsintan kearah pertanian yang modern dan berkelanjutan. Dengan adanya UPJA ini dampak yang dirasakan di wilayah KTM Telang adalah: pengolahan lahan menjadi lebih cepat 15 hari, meningkatnya penerapan pola padi-jagung dari 5% menjadi 88% petani, kehilangan hasil panen padi berkurang 5-6%, penghematan biaya panen Rp 1.000.000/ha dan curahan kerja berkurang 32 HOK disertai penggunaan combine harvester.
- ItemTinjauan Terhadap Kelayakan Harga Beras Di Sumatera Selatan(BPTP Jambi, 2003) Hutapea, Yanter; Arif, Triyandar; Thamrin, Tumarlan; BPTP JambiHarga jual beras haruslah layak agar petani dapat mengelola kelangsungan usahatani padi, yang berarti suatu harga di atas harga pokok produksinya. Tulisan ini membahas layak tidaknya harga beras yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2001 yang lalu di tiga agroekosistem yakni irigasi, lebak dan pasang surut.