Browsing by Author "Suyamto"
Now showing 1 - 19 of 19
Results Per Page
Sort Options
- Item6. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Efisiensi Penggunaan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Pratomo, Al. Gamal; Nasimun; Suyamto; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiTanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim dan tanaman itu sendiri yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain. Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman tidak selalu mengandung unsur hara yang cukup dan dalam keadaan siap untuk diserap tanam oleh karena itu perlu adanya pemupukan. Tetapi lahan sawah yang terus menerus dipupuk dengan takaran pupuk yang tinggi, menyebabkan terjadinya kemunduran produktivitas lahan. Dengan semakin sadarnya bahaya pencemaran lingkungan melalui penggunaan pupuk yang berlebihan mendorong berkembangnya pertanian organik, dimana penggunaan pupuk hayati merupakan bagian dari sistem produksinya.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efi siensi pengurangan pupuk anorganik akibat pemberian pupuk hayati pada tanaman padi.Penelitian dilakukan di Desa Bugeman Kecamatan Kendit - situbondo pada bulan April hingga Agustus 2013. Rancangan yang digunakan adalah rancangan Acak kelompok diulang 3 kali dengan perlakuan 12 kombinasi perlakuan pupuk hayati dan pupuk anorganik serta 1 perlakuan cara petani. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Pupuk hayati Probio, Biovam dan Remicr ternyata mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik hingga 50% .
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Jatim, 2005) Suyamto
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Jatim, 2007) Suyamto
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Jatim, 2004) Suyamto
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Jatim, 2006) Suyamto
- ItemJagung Teknik Produksi dan Pengembangan(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007) Sumarno; Suyamto; Widjono, Adi; Hermanto; Kasim, HusniDewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan, tetapi juga untuk pakan dan bahan baku beberapa industri strategis dengan kebutuhanyang terus meningkat. Produksi nasional jagung tampaknya belum mampumemenuhi semua kebutuhan dalam negeri sehingga adakalanya pemerintah harus mengimpor. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi jagung melalui berbagai kebijakan dan program, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi. Penelitian terhadap komoditas ini terus pula dilakukan untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mampu memberikan kontribusi bagi upaya peningkatan produksi. Melalui penelitian jangka panjang, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan telah menghasilkan inovasi teknologi jagung dari berbagai aspek. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi nasional, hasil-hasil penelitian tersebut antara lain dipublikasikan dalam buku Jagung yang diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1985. Buku ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan dan dijadikan sumber rujukan dalam penelitian dan pengembangan jagung. Dengan makin berkembangnya penelitian dan inovasi teknologi jagung selama dua dasawarsa terakhir, Puslitbang Tanaman Pangan menerbitkan buku Jagung yang baru. Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan telaah pustaka, yang diharapkan dapat menjadi “pegangan utama” bagi penentu kebijakan, akademisi, penyuluh pertanian, peneliti, dan pihak lain yang berminat mengembangkan jagung. Dalam buku setebal lebih dari 500 halaman ini dibahas secara komprehensif tentang morfologi tanaman,plasma nutfah, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul, budi daya, pengelolaan organisme pengganggu tanaman, pascapanen, pengolahan jagung untuk pakan dan pangan, baik secara tradisional maupun modern, sosial-ekonomi, dan aspek kebijakan
- ItemJerami Padi(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007-12-16) A. Karim Makarim; Sumarno; Suyamto; Hermanto; SunihardiJerami padi memiliki banyak manfaat. Di Cina, limbah tanaman padi ini dimanfaatkan untuk bahan kompos, pakan ternak, mulsa untuk tanaman sayuran dan buah-buahan, bahan bakar di rumah tangga, bahan industri kerajinan, atap rumah, dan media tumbuh jamur merang. Tidak ada jerami yang dibakar di ladang atau di sawah. Di Jepang, jerami padi umumnya dikomposkan atau dimasukkan ke dalam tanah saat membajak setelah dipotongpotong dan dikeringkan. Budaya membakar jerami sudah di- tinggalkan petani sejak akhir tahun 1990an. Di Korea, jerami padi umumnya dimanfaatkan untuk bahan kompos, pakan ternak, media tumbuh jamur, mulsa sayuran, atap, dan tidak ada budaya membakar jerami. Di Indonesia, sebagian besar petani menganggap jerami padi tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan dianggap sebagai limbah yang mengganggu pengolahan tanah dan penanaman padi. Oleh karena itu, mereka membiarkan jerami miliknya diambil oleh orang lain atau membakarnya di tempat. Sebagaimana diketahui, membakar jerami menimbulkan banyak kerugian, terutama merusak lingkungan dan keseimbangan hayati. Buku ini berisikan informasi yang cukup komprehensif tentang pengelolaan dan pemanfaatan jerami padi. Dengan pengelolaan yang tepat, limbah tanaman ini dapat memberikan banyak manfaat, antara lain sebagai sumber hara tanaman, bahan organik, dan pembenah tanah yang berdampak terhadap peningkatan hasil tanaman.
- ItemKONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM BUDIDAYA KENTANG DI LAHAN BERLERENG DATARAN TINGGI(PSE, 2002) ARIFIN, Zaenal; Suyamto
- ItemPADI GOGO(BALAI PENELITIAN TANAMAN PANGAN MALANG, 1995-12-16) Amir Basyir; Punarto S; Suyamto; SupriyatinPadi gogo memiliki prospek pengembangan di Indonesia, karena pembukaan lahan baru di luar Jawa nampaknya lebih sesuai untuk bertanam padi gogo. Dari areal tanaman padi gogo yang ada, produktivitasnya juga masih rendah. Sementara itu, kegiatan penyuluhan teknik produksi padi gogo belum banyak dilakukan, dan buku tentang padi gogo juga masih sangat sedikit. Dalam rangka mengisi pentingnya ketersediaan informasi tentang padi gogo tersebut, Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang ingin ikut menyumbangkan pengalaman yang diperoleh, walaupun sedikit, dengan menerbitkan buku ini. Buku padi gogo ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para penyuluh, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, mahasiswa, pelajar sekolah pertanian, dan masyarakat yang berminat terhadap padi gogo. Kami berharap sumbangan Balai Penelitian Tanaman Pangan ini bermanfaat bagi kemajuan pembangunan pertanian di Indonesia.
- ItemPedoman Umum Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009) Suyamto; Baehaki; Abdulrachman, Sarlan; Sembiring, Hasil; Hendarsih; Samaullah, Mohamad Yamin; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
- ItemPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Tadah Hujan(2008) Achmad Suryana; Suyamto; Husin M. Toha; Hamdan Pane; M. Yamin Samaullah; Triny S. Kadir; Agus GuswaraBuku petunjuk teknis model PTT padi sawah tadah hujan disusun berdasarkan pengalaman dalam penelitian dan pengembangan inovasi teknologi usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan bersamaan pengembangan model PTT padi sawah irigasi. Buku petunjuk lapang ini dibuat/disusun untuk dipedomani oleh penyuluh pertanian dalam usaha meningkatkan produktivitas padi lahan sawah tadah hujan melalui pendekatan model PTT. Selain itu, buku ini diharapkan dapat pula dipakai sebagai pelengkap bahan pelatihan PTT padi lahan sawah tadah hujan, baik yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) maupun oleh Dinas Pertanian di daerah.
- ItemRevitalisasi Sistem Perbenihan Tanaman Pangan: Sebuah Pemikiran(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011-12-15) SuyamtoRevitalisasi perbenihan merupakan salah satu dari tujuh revitalisasi yang digunakan untuk mencapai empat target utama pembangunan pertanian 2010- 2014 yang meliputi pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; peningkatan diversifikasi pangan; peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta peningkatan kesejahteraan petani. Upaya yang dilakukan untuk melakukan revitalisasi perbenihan dan perbibitan telah dicantumkan dalam Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014, namun masih perlu penjabaran dan perumusan yang lebih operasional sehingga mampu mendorong industri perbenihan nasional untuk maju dan berdaya saing. Perbenihan harus dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari paling tidak empat subsistem yang saling berhubungan mulai dari hulu hingga hilir, yaitu pengelolaan sumber daya genetik (SDG); perakitan dan pelepasan varietas unggul; produksi, distribusi/pemasaran dan pengendalian mutu benih; serta jaringan informasi perbenihan. Melakukan revitalisasi perbenihan berarti harus melakukan revitalisasi pada semua subsistem perbenihan tersebut. Pemikiran tentang revitalisasi pada masingmasing subsistem perbenihan disampaikan pada tulisan ini, dengan harapan dapat dijadikan masukan untuk perumusan upaya-upaya konkrit dalam melakukan revitalisasi perbenihan, utamanya tanaman pangan. Kebijakankebijakan di bidang perbenihan masih perlu diharmonisasi dan diarahkan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya industri perbenihan nasional. Kebijakan bantuan langsung benih unggul (BLBU) yang sudah dilaksanakan selama empat tahun terakhir ini perlu dievaluasi efektivitasnya. BLBU perlu direvitalisasi agar mampu meningkatkan produktivitas dan pergiliran varietas melalui penggantian varietas, mampu meningkatkan indeks pertanaman melalui penggunaan varietas unggul umur genjah, mampu mendorong industri/penangkar benih setempat sehingga mandiri benih, tidak menjadikan petani bergantung pada bantuan benih, dan khusus untuk padi hibrida diutamakan benih yang diproduksi di dalam negeri. Reformasi dan revitalisasi juga harus dilakukan pada kelembagaan perbenihan nasional, utamanya Badan Benih Nasional (BBN) yang struktur, keanggotaan, tugas, dan perannya, yang saat ini tidak lagi sesuai.
- ItemSenjang Hasil Tanaman Padi dan Implikasinya terhadap P2BN(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008-12-16) Achmad M. Fagi; H. Sembiring; SuyamtoMetode penelitian kendala dan senjang hasil padi dikembangkan oleh IRRI (International Rice Research Institute) secara komprehensif yang dikelompokkan menjadi masalah biofisik, teknik, sosial-ekonomi dan kelembagaan. Metode yang sama digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dari 10 jurus komponen teknologi paket-D yang digunakan dalam program Supra Insus. Petani pembandingnya adalah mereka yang sebelumnya peserta program intensifikasi Bimas. Komponen teknologi yang diverifikasi adalah pengolahan tanah sempurna, pemupukan berimbang, pemberian PPC (pupuk pelengkap cair), cara pengendalian hama dengan prinsip PHT, dan jarak tanam untuk mencapai populasi sebanyak 200.000 rumpun per ha. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa pengolahan tanah sempurna merupakan komponen teknologi 10 jurus paket-D yang paling efektif meningkatkan hasil. Pemupukan lengkap (NPK) ditambah PPC plus ZA atau Zn atau ZA dan Zn tidak efektif meningkatkan hasil kalau tanaman padi ditanam pada tanah yang tidak melumpur sempurna. Jarak tanam dan cara pengendalian hama menjadi penentu kenaikan hasil, kalau tanah melumpur sempurna. Jadi, tidak semua komponen 10 jurus paket-D perlu dianjurkan pada lokasi-lokasi Supra Insus. SUTPA (sistem usahatani padi berorientasi agribisnis) yang dipandu oleh peneliti dalam penerapan teknologi, ketepatan waktu ketersediaan pupuk dan kredit, meningkatkan hasil padi di areal Supra Insus. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem penyuluhan seperti yang berlaku pada saat program Bimas berlangsung diperlukan lagi. P2BN dicanangkan pada pasca-Supra Insus, pada saat petani telah terbiasa mengelola tanaman padinya secara intensif. Dapat diperkirakan bahwa kasus pelandaian produksi padi nasional terjadi akibat faktor sosial- ekonomi dan kelembagaan yang tidak kondusif bagi petani untuk menerapkan teknologi. Upaya untuk memacu laju kenaikan produksi padi sebesar 6,4% pada tahun 2007 melalui penerapan teknologi PTT pada padi sawah seluas 2,0 juta ha menghadapi tantangan faktor biofisik dan sosial-ekonomi yang lebih kompleks. Sebab itu anjuran teknologi PTT harus lebih cerdas yang dilandasi oleh nalar ilmiah, jangan sampai penerapan 12 jurus teknologi PTT justru menurunkan efisiensi. Efektivitas komponen teknologi PTT yang perlu dikaji dan merupakan isu terkini adalah penanaman varietas padi (varietas unggul biasa vs varietas hibrida), pemupukan (pemupukan lengkap vs site spesific nutrient management), dan tata tanam (jajar tegel vs jajar legowo). Metode pengkajian (perlakuan, rancangan percobaan, data yang dikumpulkan, metode analisis, dan sebagainya) dikemukakan dalam artikel ini.
- ItemStrategi dan Implementasi Pemupukan Rasional Spesifik Lokasi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, 2002-07) SuyamtoDi negara-negara maju seperti di Australia, Eropa, dan Amerika telah menerapkan praktek pemupukan atas dasar kandungan hara dalam tanah dan daun dengan pendekatan ‘‘Prescription Farming” atau ‘‘Precision Farming”. Dalam pendekatan tersebut diperlukan informasi tentang karakteristik tanaman yang diusahakan, seperti tingkat hasil yang ingin dicapai dan jumlah serapan hara untuk mencapai hasil tersebut. Pendekatan tersebut di Australia telah dijelaskan oleh Talay dari “PIVOT Limited” pada “National Soil Summit” di Jakarta tanggal 26 Februari 1998. Fukai (1998) dari Universitas Queensland juga menyatakan bahwa analisis tanah telah digunakan secara luas untuk banyak tanaman diberbagai negara untuk menentukan keefektifan aplikasi pemupukan. Di Indonesia, penentuan rekomendasi pupuk atas dasar analisis tanah dan tanaman telah dilakukan pada tanaman perkebunan (Goenadi dan Adiwiganda, 1998). Sementara pada tanaman pangan masih pada tahap rekomendasi pemupukan secara umum untuk satu unit area dengan menggunakan peta status hara tanah (Widjaja-Adhi et,al. 1998), itupun baru pada daerah terbatas yang tersedia peta status hara tanahnya. Pemupukan berimbang masih sering diartikan sebagai pemberian pupuk (N,P,K) lengkap dengan dosis dan formulasi sama diberbagai kondisi kesuburan tanah. Atas dasar uraian tersebut, dalam orasi ilmiah ini saya akan menyampaikan pokok-pokok pikiran menuju pemupukan rasional spesifik lokasi sesuai kebutuhan, dengan fokus pada tanaman pangan (padi). Pembahasan ditekankan pada strategi dan implementasi pemupukan rasional spesifik lokasi. Dengan harapan semua pihak yang terkait dengan praktek pemupukan (pengambil kebijaksanaan, produsen pupuk, distributor, petugas lapang/penyuluh, peneliti dan petani) mempunyai persepsi yang sama menuju penerapan pemupukan rasional spesifik lokasi.
- ItemStrategi dan Implementasi Pemupukan Rasional Spesifik Lokasi(BPTP Jatim, 2002) Suyamto
- ItemTanya - Jawab PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006) Suyamto; Las, Irsal; Sembiring, H.; Syam, M.; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
- ItemTEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI(BPTP Karangploso, 2000) ROESMIYANTO; F. Kasijadi; Suyamto
- ItemTeknologi Pengolahan Umbi-Umbian mendukung Diversifikas i Pangan(BPTP Jatim, 2012) YUNIARTI; Suyamto
- ItemTeknologi Usahatani Kedelai Spesifik Lokasi Jawa Timur(BPTP Jatim, 2016) ARIFIN, Zaenal; Suyamto; C. Tafakresnanto