Browsing by Author "Sutoro ...[at al]"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemEvaluasi dan Identifikasi Markah Molekuler untuk Sifat Tahan Penyakit Bulai dan Heterosis pada Tanaman Jagung(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProduksi jagung dapat ditingkatkan melalui penanaman jagung hibrida tahan bulai. Penyakit bulai pada jagung disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis (Rac). Dalam program pemuliaan tanaman, proses seleksi tanaman yang diinginkan memerlukan waktu, tenaga, dan biaya cukup banyak. Pengaruh heterosis merupakan faktor yang cukup penting untuk memperoleh hibrida. Heterosis menghasilkan tanaman yang lebih vigor daripada tetuanya. Masalah yang dihadapi untuk mendapatkan hibrida, yaitu memerlukan proses yang lama untuk memilih kombinasi tetua yang sesuai. Untuk memperoleh efisiensi dalam seleksi, markah molekuler mungkin dapat membantu dalam seleksi. Penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu evaluasi heterosis dan survai markah molekuler untuk sifat tahan bulai dan heterosis. Hasil evaluasi hibrida menunjukkan bahwa empat rekombinan inbrida T3 x T8, T8 x T9, T1 x T3, dan T3 x T10 memberikan penampilan yang baik dengan pengaruh heterosis 99,4-116,7% dan hasil benih 7,3-7,9 t/ha (T1 = SW2-30-2-1-1-#-2-1-2-#, T3 = J1-46-2-2-9-f, T8 = GM19, T9 = Arc 1-178-1-4-1-3-1-1-1-#, T10 = Hy1). Hasil analisis juga menunjukkan adanya pengaruh interaksi lokasi dan hibrida. Primer yang telah digunakan sebanyak 27 dan menghasilkan lima primer yang menunjukkan polimorfisme di antara tanaman tahan dan peka penyakit bulai. Primer yang menunjukkan polimorfisme, yaitu Phi 061, Phi 022, Phi 021, Bngl 589, dan Nc 132. Jarak genetik antara inbrida dilakukan dengan menggunakan tujuh primer, yaitu Bngl128, Phi 115, Bngl 198, Bngl 657, Bngl 127, Bngl 589, dan Bngl 371. Jarak genetik dengan tujuh primer ternyata masih belum menunjukkan adanya hu-bungan antara jarak genetik dengan heterosis, namun studi ini perlu dilanjutkan dengan memperbanyak primer.
- ItemEvaluasi Plasma Nutfah Jagung (Zea mays L.) terhadap Kekeringan(Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianJagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Kendala peningkatan produksi jagung ter-utama karena sebagian besar areal jagung berada pada lahan marginal kering yang memiliki produktivitas rendah. Program pemuliaan jagung untuk menda-patkan varietas unggul atau hibrida telah dilaksanakan, bahkan sedang diting-katkan. Koleksi tanaman jagung baik yang berasal dari introduksi maupun plas-ma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari bahan pemuliaan toleran terhadap kekeringan. Oleh karena itu, evaluasi plasma nutfah jagung terhadap kekering-an perlu dilakukan untuk mendapatkan sumber gen pada tanaman jagung tole-ran kekeringan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa plasma nutfah jagung ber-umur genjah dan toleran kekeringan yang sama dengan varietas Wisanggeni, yaitu Tuxpeno Seq C6, Tey Drt Tol Synt, Genjah Kertas, Campolaga, dan Lokal Madura (No. registrasi 3652, 3654, 3659).
- ItemKarakterisasi Ukuran dan Bentuk Umbi Plasma Nutfah Ubi Jalar(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2003) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUbi jalar sebagai salah satu palawija berperan penting sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan mineral. Bobot dan bentuk umbi merupakan karakter penting ubi jalar karena berkaitan dengan pemasaran, sedangkan formasi umbi berkaitan dengan kemudahan pemanenan. Evaluasi terhadap 50 plasma nutfah ubi jalar telah dilakukan di Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada MT 2001. Hasil pengamatan menunjukkan adanya keragaman yang cukup besar dari plasma nutfah yang diteliti. Beberapa aksesi memiliki umbi berukuran kecil, sedang, dan besar. Tidak ada hubungan antara bentuk, formasi umbi dengan keragaman bobot, jumlah, dan hasil ubi jalar.
- ItemKeragaman Malai Anakan dan Hubungannya dengan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa)(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2015) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKarakter morfofisiologi dan komponen hasil merupakan karakteristik tanaman yang mempengaruhi produktivitas. Hasil biji sebagai salah satu bagian dari sink tanaman ditentukan oleh komponen hasil, di antaranya malai yang berasal dari berbagai tipe/ jenis anakan padi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaman malai anakan dan hubungannya dengan hasil padi. Percobaan dilaksanakan dengan menanam 30 varietas/galur pada pot percobaan. Hasil analisis menunjukkan perbedaan jumlah total malai di antara varietas/galur yang diuji. Jumlah malai berkisar antara 20–50 buah. Di antara varietas yang diuji juga terdapat perbedaan yang nyata pada jumlah malai yang berasal dari anakan primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Kehampaan gabah dari setiap jenis malai cenderung meningkat menurut urutan pemunculan malai anakan padi, dimulai dari malai tanaman induk (11%), primer (12%), sekunder (12%), tersier (16%), dan kuarter (22%). Tanaman padi yang dapat memberi hasil tinggi dapat diperoleh melalui perakitan varietas atau teknik budi daya yang dapat menghasilkan terutama malai anakan primer dan sekunder yang relatif banyak dan sedikit atau tanpa anakan tersier dan kuarter.
- ItemPengelolaan Plasma Nutfah Ubi-ubian Dioscorea spp.(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUbi-ubian Dioscorea merupakan sumber karbohidrat potensial yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jenis Dioscorea yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah Dioscorea alata L.(ubi kelapa), Dioscorea esculenta L. (gembili) dan Dioscorea hispida Dennst (gadung) namun belum intensif. Ubi-ubian Dioscorea dapat dijadikan sebagai bahan makanan pokok maupun makanan tambahan, bahan baku industri pati, alkohol, dan obat-obatan. Petani biasanya menanam Dioscorea di sekitar pagar atau pekarangan dan membiarkan tumbuh memanjat tanaman pagar atau pohon yang ada di pekarangan. Tingkat pengelo-laan tanaman relatif masih rendah sehingga produktivitasnya rendah. Tanaman Dioscorea merupakan tanaman perdu yang memanjat sehingga memerlukan penunjang tanaman/ajir sekitar 1,5-2,5 m. Tanaman penunjang yang berasal dari legum seperti lamtoro kurang baik dibanding Gliricidia. Penanaman dapat dilakukan dengan ubi atau potongan ubi, stek batang atau ubi-atas (aerial tuber). Potongan ubi dapat digunakan sebagai bibit dengan berat sekitar 40 g yang diambil dari bagian pangkal, tengah atau ujung ubi. Bibit yang berasal dari stek batang dapat digunakan dengan memotong batang sekitar ruas 2 cm yang dibenamkan dalam larutan indole-3-butyric. Tidak semua varietas dapat menghasilkan ubi yang tinggi dengan cara stek batang ini. Ubi Dioscorea dapat dipanen bila daundaun tanaman telah rontok sekitar 6-10 bulan setelah tanam. Ubi dapat disimpan selama 1-4 bulan. Untuk menghambat pertunasan ubi selama penyimpanan dapat digunakan asam giberelic. Di beberapa daerah, tanaman Dioscorea hampir punah, karena itu diperlukan eksplorasi, konservasi dan evaluasi secara intensif.
- ItemPengelompokan Plasma Nutfah Sorgum Berdasarkan Ciri Morfologi Malai(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPengelompokan Plasma Nutfah Sorgum Berdasarkan Ciri Morfologi Malai. Tanaman sorgum memiliki sifat lebih tahan terhadap kekeringan dibanding palawija lainnya. Selain sebagai bahan pangan, komoditas ini juga dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan dan bahan baku industri. Bentuk malai tanaman sorgum beragam di antara varietas. Malai merupakan bagian yang penting dari tanaman ini. Bentuk malai menentukan produktivitas karena malai sorgum sebagai sink merupakan tempat penampungan sebagian besar translokasi hasil asimilat. Sorgum yang memiliki sifat menguntungkan dapat diliasilkan melalui perakitan varietas unggul bam. Dalam hal ini, plasma nutfali yang telah dimiliki dapat digunakan sebagai sumber tetua dalam proses persilangan. Pengelompokan plasma nutfah sorgum berdasarkan kemiripan ciri-ciri malai perlu dilakukan untuk memberikan informasi kepada pemulia tanaman. Ciri-ciri morfologi yang diamati meliputi panjang malai, panjang tangkai malai, jumlah cabang, berat biji, jumlah biji tiap malai, warna biji, warna sekam, sifat sekam, sifat malai dan bobot 100 biji dari 175 varietas/galur sorgum. Dari hasil analisis cluster diperoleh sebanyak 8 kelompok malai sorgum.
- ItemPengembangan Database Plasma Nutfah Tanaman Pangan(Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianMasih banyak hasil karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah yang belum didokumentasikan, sehingga masih ada kesulitan dalam menelusuri aksesi yang memiliki karakter tertentu. Sistem database tanaman pangan telah dikembang-kan dengan menggunakan perangkat lunak dBase IV, MS-EXCELL, dan MS-ACCESS. Jumlah aksesi yang telah direkam di dalam komputer untuk plas-ma nutfah padi, jagung, sorgum, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu berturut-turut adalah 3111 aksesi, 477 aksesi, 174 aksesi, 475 aksesi, 165 aksesi, 1039 aksesi, 763 aksesi, dan 110 aksesi. Berdasarkan data-base yang telah direkam, katalog plasma nutfah koleksi Balitbio telah didoku-mentasikan. Beberapa karakter plasma nutfah masih banyak yang belum dieva-luasi. Oleh karena itu, kegiatan karakterisasi dan evaluasi masih perlu dilakukan secara intensif untuk melengkapi database yang telah ada.
- ItemPre-breeding and gene discovery for food and renewable energy security(IAARD Press, 2016) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian