Browsing by Author "Susetya, Heru"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemEkologi dan Studi Demografi Anjing dalam Upaya Persiapan Program Pembebasan Rabies di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Rahmadani, Ibenu; Krisnandana; Putra, A.A. Gde; Susetya, Heru; Mardani, M.; S, JejenPulau Rupat merupakan salah satu pulau terbesar di Kabupaten Bengkalis yang menjadi salah satu tujuan destinasi wisata. Delapan tahun terakhir kasus Rabies sudah tidak pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi populasi dan study awal demografi anjing dalam upaya program pembebasan Rabies di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis. Kajian observasional ini dilaksanakan pada 379 responden yang terpilih secara random sederhana pada 13 desa yang tersebar di Kecamatan Rupat 263 (68%) orang dan Rupat Utara 121 (32%) orang. Analisis data di lakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft Offi ce excel 2013. Perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah anjing adalah 14:1, jika di konversikan dengan jumlah penduduk diperoleh estimasi populasi anjing yaitu berjumlah 3.421 ekor, maka tingkat kepadatan anjing di Pulau Rupat diperkirakan hanya 2 ekor per km2 (3.421 ekor/ 1524.9 km2 luas wilayah). Mayoritas responden memiliki kondisi rumah tanpa pagar (382; 99%). Rata-rata tingkat kepadatan anjing berpemilik sebanyak (0,31±0,10) ekor. Cara masyarakat memelihara anjing dengan dilepas (54; 92%). Tujuan masyarakat memelihara anjing sebagian besar untuk menjaga rumah (52; 88%). Perbandingan rata rata jumlah anjing betina dengan jumlah anjing jantan adalah (1:2,5). Secara keseluruhan anjing berdasarkan kategori umur, anjing anak ≤ 6 bulan sebanyak (28; 23%), umur muda (7-12 bulan) (18; 15%), dan umur dewasa (>12 bulan) (78; 63%). Kelahiran bayi anjing di terjadi pada Desember sampai dengan Mei sebesar (81; 80%) dan Juni sampai dengan November sebesar (20; 20%). Musim kawin anjing banyak terjadi di bulan Februari (23;22,7%) dan di bulan September (38;37%), pada masa waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan program vaksinasi massal. Faktor resiko masuknya rabies ke pulau Rupat daeri daerah endemis adalah terdapatnya lalu lintas anjing dari luar desa sebanyak (78; 20%) dan kegiatan bisnis jual beli anjing sebanyak (2; 1%). Gambaran bioekologi anjing ini sangat bermanfaat dalam penyusunan strategi pembebasan Rabies di Pulau Rupat.
- ItemPenilaian Risiko Masuknya Virus Rabies ke Timor Barat(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Tabali, Zulkifli; Susetya, Heru; Nugroho, Widagdo SriLatar Belakang: Rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan tahun 1884. Pada tahun 2013, sembilan dari 33 provinsi di Indonesia berstatus bebas rabies. Rabies di Nusa Tenggara Timur (NTT) pertama kali dilaporkan pada tahun 1997 di Kabupaten Flores Timur yang berasal dari pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Belum ada laporan kasus rabies di pulau Timor hingga saat ini, namun tidak menutup kemungkinan risiko tertular rabies sangat tinggi. Pulau Timor merupakan satu dari tiga pulau besar di Provinsi NTT dan berbatasan dengan pulau Flores serta pulau Kisar (Kabupaten Maluku Barat Daya) yang memiliki status daerah terinfeksi rabies. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifi kasi dan menghitung peluang jalur masuk rabies ke pulau Timor melalui lalu lintas anjing. Metodologi: Penilaian dilakukan dengan menggunakan enam kategori kemungkinan (likelihood) yang mengacu pada Biosecurity Australia. Data berasal dari dokumen, laporan, wawancara, kuesioner dan pengamatan langsung di pulau Timor. Hasil: Hasil penelusuran di lapangan, ditemukan 2 kapal (8,3%) yang memelihara anjing di kapal. Sebanyak 8,1% (7/86) responden pernah melihat kapal dari daerah bebas rabies, dan 4,7% (4/86) dari daerah endemis rabies yang membawa anjing selama berlayar berlabuh di pulau Timor. Perhitungan akhir penilaian risiko menunjukkan kemungkinan risiko tinggi masuknya rabies melalui kapal-kapal yang berasal dari luar pulau Timor.